10. Rumah Galvin

1.6K 551 165
                                    

syarat membaca vote komeeeen aja koook

<<<

Galvin menghentikan mobilnya tepat di halaman rumahnya. Ia melihat ke arah Nasya yang sudah tertidur. Senyum singkat terukir di bibir Galvin.

"Bangun." Galvin menepuk pipi Nasya yang sudah tertidur di mobil. Nasya menggeliat, lalu membuka matanya perlahan.

"Udah sampai ya?" tanyanya dengan nada khas orang bangun tidur. Ia membuka pengamannya dan keluar dari mobil Galvin.

"Astaga besar banget rumahnya," lirih Nasya melihat rumah Galvin yang begitu besar. Rumah dia besar juga, tapi rumah Galvin tiga kali lebih besar dari rumahnya. Berapa banyak orang yang ada di dalam sehingga rumahnya sebesar ini.

Nasya jadi takut untuk masuk, gimana kalau dia ketemu keluarga besar Galvin. Nasya nunggu di luar aja deh.

"Yok masuk," ajak Galvin tapi Nasya menggeleng.

"Lo aja deh, gue nunggu di sini," katanya.

"Kenapa?" tanya Galvin.

"Takut sama orang di dalem?" lanjutnya. Nasya menggaruk tengkunya yang tak gatal lalu mengangguk.

"Gak ada orang di dalam. Ayo." Galvin menarik tangan Nasya untuk masuk. Tunggu dulu, apa katanya? Gak ada orang? Lah, rumah sebesar ini untuk apa dong kalau gak untuk nampung beribu bahkan bejuta orang?

Nasya mengikuti arah tarikan Galvin sedikit lebih lama. Dia takut jika akan bertemu dengan keluarganya Galvin. Gimana kalau mereka tanya yang aneh-aneh nanti? Gimana kalau dia dibandingin de-

"Jangan pikirin yang mecem-macem." Ucapan Galvin itu menghentikan pikiran Nasya. Ah, Galvin tau aja dia sedang berpikir yang enggak-enggak.

"Duduk," ucap Galvin dengan nada memerintah. Nasya hanya mengikuti lalu melihat ke sekitar, sepi. Tidak ada orang sama sekali. Apa benar yang Galvin bilang tadi kalau di sini tidak ada orang?

"Gal-" Eh kemana tu anak? Tadi di depan Nasya sekarang dia di mana? Nasya memandang ke sekitarnya tapi Galvin tidak ada. Cepat banget ngilangnya tu anak.

Nasya berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah foto-foto yang menarik perhatiannya. Disana terdapat banyak sekali foto. Ada foto dua anak kecil, ada foto keluarga besar, ada foto Galvin juga, tapi di sebelah Galvin itu ada Galvin lagi? Bagaimana bisa Galvin foto bersama dirinya sendiri? Apa mungkin Galvin ada kembaran? Ah gak penting juga bagi Nasya.

Benar-benar sepi, tidak ada orang sama sekali di rumah ini, bagaimana Galvin bisa hidup tanpa teman? Kasihan sekali hidupnya. Nasya bisa gak ya jadi calon pendamping hidup Galvin biar ada teman. Ahahaha canda pendamping.

Setelah capek mengelilingi tu rumah besarnya Galvin, Nasya kembali duduk di tempat yang ia duduki sebelumnya. Galvin juga belum menampakkan tanda-tanda ia akan datang. Lebih baik Nasya beristirahat dulu, dia capek, tadi dia juga sempat tidur di mobil Galvin.

Galvin turun ke lantai bawah dengan baju kaus dan celana pendek yang ia kenakan, juga novel yang ada di tangannya. Melihat Nasya yang sudah tertidur di sofa membuatnya sedikit kasihan. Kayaknya tu anak capek banget, di mobil tidur di sini juga tidur. Atau memang tukang tidur?

Galvin meletakkan novel itu di atas tas Nasya lalu mengambil selimut dan menutupi badan Nasya. Kasihan anak orang, rok cuma sepaha, bajunya juga gak lengan panjang, nanti masuk angin lagi.

Selagi mengunggu Nasya bangun, Galvin akan melakukan kegiatan sorenya dulu, berenang di tengah kesepin yang melanda. Menghilangkan sedikit beban di pundaknya.

GALVINASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang