53. Benar Benar Berubah

867 78 73
                                    

vote komen dulu dong

<<<

Nasya hari ini memang fokus untuk belajar, selain ingin membanggakan orang tuanya, dia juga ingin melupakan masalahnya dengan Galvin.

Besok anak kelas sebelas akan TO, dan Nasya akan berusaha maksimal untuk mendapatkan nilai yang sempurna demi membanggakan orang tuanya. Nasya sudah memutuskan untuk berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.

Tidak ada salahnya dia memulai saat ini, masih belum terlambat, Nasya akan berusaha maksimum untuk mendapatkan nilai yang terbaik kali ini, walaupun hanya TO.

Dan dipelajaran, Nasya juga sudah berusaha, setiap malam dia belajar sebelum tidur, mengulang pelajaran yang ia pelajari tadi dan membaca meteri baru untuk pelajaran selanjutnya.

Jika kita berusaha maka semuanya tidak akan sia-sia, karna usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, gak kayak dia. Haha, canda dia.

"Kia Kia Kia, Nasya Nasya Nasya yuhuuuu." Devan menggedor gedor pintu Nasya membuat kefokusan Nasya terpecah. Padahal dia sedang mencoba mengerjakan soal yang ada di buku soal.

"Masuk aja, gak dikunci," teriak Nasya dengan malas, ia masih menulis di buku coret-coret dan membolak-balik buku catatannya.

Devan masuk ke kamar Nasya dan disungguhi memandangan yang amat sangat langka, Nasya belajar dengan tekun sekali, seolah tak ingin diganggu. Sungguh luar biasa.

"Woi lah Sya, lo sakit ya? Lo demam? Kok aneh sih lo? Kok tiba-tiba belajar? Atau lo kerasukan ya?" Devan memeriksa kening Nasya dengan punggung tangannya.

Nasya mundur dan menghempaskan tangan Devan. "Gue sehat, jangan lebay."

"Ya kan gak biasanya lo belajar kaya gini, aneh aja, bisa masuk keajaiban dunia ni," ujar Devan duduk di sebelah Nasya.

"Gue gak belajar salah, gue belajar juga salah, apa sih mau lo," ujar Nasya dengan sensian. Devan jadi mundur, takut macan ngamuk.

"Santai Sya, jangan marah, gue becanda doang," kata Devan lalu melihat buku-buku Nasya. Lumanyan susah juga ni soalnya, pelajaran kelas dua belas, kok dia pelajari itu sih?

"Kok lo pelajari pelajaran gue sih Sya? Bukannya lo kelas sebelas? Lo loncat kelas ya? Atau guru lo salah kasih materi?" tanya Devan bertubi-tubi, Nasya yang sedang mengerjakan itu jadi tidak fokus.

"Ganggu aja lo mah, sana ah, gue mau fokus dulu, jangan ganggu," ujar Nasya sedikir mendorong badan Devan.

"Aneh lo ya, semenjak pulang sama gue beberapa hari ini lo jadi sering tensian, ngapa lo sama Galvin? Ada masalah? Bilang sama gue, biar gue hajar tu anak," ucap Devan dengan menggebu-gebu dan melipat lengan bajunya yang sudah pendek ke atas. Memperlihatkan ototnya.

"Gak ada apa, gue pingin belajar fokus aja dulu, besok gue TO. Mau banggain mama sama papa," bohong Nasya membuat Devan menganggukan kepalanya. Padahal dia mau menghindar dari Galvin dengan cara seperti ini. Dia cuma gak mau Devan tau.

"Temenin gue yok Ki, gue mau ke markas ni, bosan gue di rumah terus." Mendengar kata markas, Nasya langsung menggelengkan kepalanya. Nanti dia bisa ketemu sama Galvin lagi.

"Gak ah, gue mau belajar aja," tolaknya kembali menulis di buku coret-coret.

"Buset dah lo, baru pulang sekolah, gak capek apa otak lo? Gue bisa aja sih ke markas sendiri, tapi lo tinggal di rumah sendiri dong, mama sama papa lagi keluar, nanti lo diapa-apain lagi sama musuh gue," ujar Devan menakut nakuti Nasya.

"Musuh lo udah masuk penjara," jawab Nasya dengan santai, dia masih menulis di buku yang tadinya ia tulis.

"Musuh gue banyak kalau lo lupa, gue sih mau-mau aja ninggalin lo ya, tapi ya gitu," ujar Devan lagi sok-sok gak peduli.

GALVINASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang