33. Menghindar

1.1K 143 115
                                    

vote komen dulu yuk

<<<

Nasya sudah sehari ini tak keluar kelas, dia hanya ingin menghindari Galvin untuk beberapa hari. Dan ternyata, cewek yang kemarin bersama Galvin di kafe itu sekelas dengannya. Namanya Thalia, Nasya sudah berkenalan dengan cewek blasteran bule itu.

Nasya merapikan buku-bukunya tanpa minat, dari setengah jam yang lalu bel berbunyi, Nasya hanya termenung menatap papan tulis, hari ini moodnya benar-benar hancur.

Tadi pas istirahat Galvin menghampirinya ke kelas, tapi cewek bernama Thalia itu langsung memaksa Galvin ke kantin bersama, dengan kata-kata-

"Ingat perjanjian semalam kan Al?"

Nasya melihat muka Galvin yang tak dapat menolak karna ancaman itu, memang Thalia mengajaknya baik-baik, tapi kan Galvin hanya ingin memberitahu kejelasan yang kemarin pada Nasya. Galvin aja tak sempat mengatakan apa-apa pada Nasya.

Nasya juga mau dengar dari Galvin apa hubungannya dengan Thalia, dan kenapa kemarin mereka ke kafe kalau Thalia aja baru pulang dan pasti capek.

Tapi Galvin tak jadi memberitahukannya dan memilih ke kantin bersama Thalia yang sudah tersenyum senang. Thalia sepertinya orang yang baik, mukanya saja tertekan mengajak Galvin tadi.

Ah untuk apa juga Nasya mikirin itu kan? Galvin bukan siapa-siapanya. Ingat ituuu Naysa. Galvin bukan siapa siapa dia. Kenapa dia mikirin Galvin juga sih? Emang Galvin ada mikirin dia? Enggak kan.

Setelah memasukkan bukunya ke dalam tas, Nasya memutuskan untuk membantu Yauvi membersihkan dinding dengan memegangkan kursi Yauvi manjat. Karna dia udah berkoar-koar dari tadi. Nasya juga belum dijemput abangnya.

Entah apa tu kerja anak tu sampai mau membersihkan dinding padahal tugas mereka cuma piket lantai, papan tulis, jendela dan membersihkan barang yang berserakan, gak disuruh sapu dinding. Ada-ada aja kerjanya.

"Buat apa sih lo sapu Vi?" tanya Nasya pada cowok yang sedang mengangkat sapunya tinggi tinggi ke dinding. Ia memegangkan kursi yang Yauvi pakai.

"Biar bersih dong kelasnya, biar nyaman juga kita belajar, terus biar Bu Rani yang garang itu gak marah-marah mulu bilang kelas kita paling kotor," jawab Yauvi tanpa melihat Nasya.

"Sya, tu Galvin di depan tu, kayanya nyariin lo deh." Welli baru saja masuk kelas sambil membawa skop dan sapu habis membuang sampah karena dia juga piket hari ini.

Nasya memang mau pulang karna teman-temannya sudah pulang dari tadi tapi abangnya belum jemput, dia sengaja menunggu di kelas sampai abangnya menelfon kalau dia udah di depan, lebih baik Nasya menemani Welli, Yauvi dan anak yang hari ini piket di kelas dari pada nanti di jalan bertemu Galvin.

Nasya menghembuskan nafas pasrah, ternyata abangnya sudah ada di depan halte, dengan berat hati, Nasya berjalan ke luar kelas dan langsung menemukan Galvin.

Saat Nasya ingin berlalu meninggalkannya, Galvin langsung mencekal tangannya. "Sampai kapan mau menghindar terus?" Suara berat dan dingin dari Galvin berhasil membuat jantung Nasya berdetak tak karuan.

Nasya berkutik di tempat. Galvin menghembuskan nafas pasrah lalu mengarahkan badan Nasya agar berhadapan dengannya. "Kemarin ke mana gue cariin gak ketemu?" tanya Galvin melihat muka Nasya yang jutek itu.

"Abang gue udah jemput," kata Nasya datar dan ingin berlalu meninggalkan Galvin, tapi Galvin lagi-lagi menahan tangannya.

"Kenapa menghindar terus?" tanya Galvin lagi, dia tau kenapa Nasya seperti ini, dan dia hanya ingin mendengar sendiri dari mulut Nasya kalau dia sedang 'cemburu' mungkin.

GALVINASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang