51. Permintaan Oma

762 76 67
                                    

vote komen dulu man temann

<<<

Thalia menghampiri meja Nasya yang sedikit berantakan karna hari ini mereka di minta menggambar organ pencernaan oleh guru biologi, sebagai murid yang sudah patuh dan baik, Nasya mengerjakan tuga itu dengan serius.

Nasya menoleh pada Thalia yang berdiri di sampingnya dengan senyuman, Nasya membalas senyuman itu. "Eh Thalia, kenapa?" tanya Nasya, biasanya cewek itu tak pernah menghampirinya walaupun mereka sekelas.

"Boleh bicara gak? tanya Thalia dengan pelan. Nasya mengangguk. "Boleh dong, bicara aja."

"Gak di sini, ikut gue mau ya? Ada hal penting," ujarnya membuat Nasya yang sudah siap dengan gambarnya menutup buku itu, lalu dia berjalan ke arah Chika dan mengatakan dia akan keluar sebentar.

Chika yang sibuk menggambar hanya menganggukkan kepalanya tanpa ingin bertanya ke mana Nasya akan pergi.

Thalia mengajak Nasya untuk berbicara empat mata di taman belakang sekolah. Nasya hanya menuruti kemauan cewek itu.

Setelah lama berdiam, Nasya akhirnya membuka suara, tidak suka suasana diam seperti ini. "Mau bicara apa Thal?" tanyanya to the point.

Thalia menghembuskan nafas panjang, lebih baik dia memberitahukan ini langsung dengan Nasya, jika memendamnya terlalu lama takut Nasya akan tambah sakit hati.

"Gue mau bilang sesuatu sama lo Sya." ujar Thalia memulai pembicarannya. Nasya hanya mengangguk dan menjadi pendengar yang baik dulu, tidak ingin memotong.

"Ini ada hubungannya sama Galvin." Mendengar nama Galvin disebut, jantung Nasya jadi berdetak lebih kencang, entah karna perasaannya pada Galvin atau khawatir dengan Galvin.

"Galvin kenapa Thal?" tanya Nasya yang terlihat cemas, dia memegang tangan Thalia dengan gemetar.

Thalia jadi tersenyum menatap Nasya. "Dia baik-baik aja Sya, tapi-" Thalia menggantung ucapannya membuat Nasya jadi penasaran.

"Tapi apa Thal?" tanya Nasya penasaran. Hembusan nafas yang keluar dari mulut Thalia membuat Nasya tambah penasaran.

"Tapi lo harus jauhi dia Sya," perkataan Thalia barusan membuat Nasya langsung melepaskan pegangannya pada tangan Thalia, Thalia yang merasakan perubahan di wajah Nasya langsung menatap cewek itu.

"Kenapa gue harus jauhi pacar gue sendiri?" tanyanya dengan suara yang dingin. "Lo mau rebut dia dari gue?" tanyanya lagi.

"Galvin itu calon tunangan gue Sya." Pernyataan yang meluncur mulus dari mulut Thalia membuat hati Nasya hancur seketika, kepalanya terasa seperti dihantam batu besar, hatinya seperti ditusuk ribuan jarum.

Nasya menatap Thalia dengan tidak percaya, ia menggeleng dengan tatapan kosong. "Bohong, lo bohong Thal."

Tidak mungkin kan Galvin itu tunangan dengan Thalia, mereka kan sepupu, bukan tidak mungkin juga, tapi Nasya tetap tidak percaya.

"Gue gak bohong Sya, gue beneran," ucap Thalia dengan nada suara rendah, sebenarnya dia juga tak menginginkan perjodohan ini, tapi ini demi omanya bahagia, dia rela melakukan apapun.

"THALIA." Panggilan keras itu memasuki indra pendengaran kedua cewek itu, mereka menoleh mendapati Galvin yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Al, Alvin, yang dibilang Thalia itu gak benar kan? Kamu gak akan tunangan sama dia kan?" tanya Nasya pada Galvin dengan suara yang sudah bergetar.

Galvin diam, menatap Thalia tajam, cewek itu sedang menunduk takut pada Galvin. Tangan Galvin terkepal kuat, dia tidak suka melihat Nasyanya seperti ini.

GALVINASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang