27. Modus

1.1K 172 128
                                    

vote komennya mbakk

<<<

"Ayo naik," kata Galvin sambil melihat Nasya yang masih berdiri di samping motornya, belum mau naik ke atas motor Galvin. Entah apa alasannya.

"Minjam tangan dong," pinta Nasya dengan raut takutnya, sepertinya dia takut untuk naik ke atas motor kalau gak dipegangin.

Galvin menjulurkan saja tangannya dan Nasya langsung memegangnya lalu naik ke atas motor Galvin. Itulah yang selalu ia lakukan bila naik ke motor Devan. Dan pastinya Devan sudah mengerti dengan hal itu.

"Oh, harus dipegangin ya. Maaf gue gak tau," kata Galvin melihat ke belakang, lebih tepatnya ke muka Nasya. Nasya mengangguk mengiyakan dengan muka santai.

Galvin kembali menghadapkan pandangannya ke depan lalu melihat Nasya dari kaca spion dangan helm yang sudah dia bawa tadi pagi, sengaja. Dia tau Nasya pasti mau ikut.

Lucu, batin Galvin melihat muka Nasya yang ditutupi beberapa helaian rambut.

"Udah siap belum?" tanya Galvin membuat Nasya mengangguk, Galvin dapat melihatnya dari kaca spion. Galvin sedikit terkekeh.

"Ada yang kurang ni," ucap Galvin dari depan sana. Nasya langsung maju dan mendekatkan wajahnya ke bahu Galvin. "Apa?"

"Pegangan dong," ucap Galvin sambil terkekeh membuat Nasya mundur dengan muka kesal. "Gak mau ah, modus."

"Yaudah kalau gak mau, gue gak tanggung jawab kalau lo jatuh." Galvin mulai menjalankan motornya keluar dari area sekolah.

"Yaudah sih, gue gak akan jatuh," kata Nasya dengan sombongnya.

Galvin punya ide, jalan juga sepi, dia melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Nasya berteriak dan langsung memeluk pinggang Galvin lalu meremas ujung jaket Galvin.

Eh ini kan jaket Resvagos, tapi Nasya gak pedulikan itu dulu, yang penting marahin si Galvin, gak takut apan matikan anak orang. Kan bisa masuk penjara. Dasar Galvin.

"Pelanin gak motornya," teriak Nasya dari belakang sambil memlukul punggung Galvin. Galvin melihat ekspresi wajah Nasya dari kaca spion. Matanya ia tutup dengan muka sangat ketakutan.

Galvin memelankan laju motornya karna mereka sudah masuk ke jalanan yang ramai juga. Ia mengelus lembut tangan Nasya yang berada di perutnya.

"Kita mau ke mana sih?" tanya Nasya meletakkan kepalanya di bahu Galvin.

"Mau pulang dong, mau ke mana lagi memang?" tanya Galvin sambil menatap Nasya sekilas.

"Gak ada sih."

"Ke markas dulu ya, mau bicara sama Devan," ujar Galvin membuat Nasya berfikir.

"Kenapa gak langsung ke rumah gue aja?" tanyanya disertai denagn kerutan di dahi.

"Abang lo mana ada di rumah jam segini, dia di markas," kata Galvin yang tau dengan kebiasaan Devan.

Setelah pulang sekolah pasti dia langsung ke markas, kadang jemput Nasya dulu, tapi kadang dia latihan basket dulu di sekolahnya. Benar juga apa kata Galvin. Nasya lupa.

"Oh iya, gue lupa," kata Nasya sambil menyengir lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Kan Galvin jadi gemas sendiri lihat Nasya. Lucu banget.

"Abang sendiri masa lupa sih."

<<<

Nasya turun dari motor Galvin disertai dengan uluran tangan Galvin untuk membantu Nasya turun. Galvin membantu melepaskan helm yang ada di kepala Nasya.

GALVINASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang