"Jangan berharap ceritamu akan disukai banyak orang. Berharaplah semoga ceritamu dapat menghibur walau sedikit yang membacanya."
- Agen Intel -
__________________________________
SEKILAS INFO
"Dikabarkan Raffi Ahmad akan membangun rumah 15 lantai ke bawah ....""Ga sekalian bangun rumah di laut?" Nampak seorang pria sedang sibuk mengganti channel televisi.
Dipencetnya nomor satu pada remote yang sekarang berada digenggaman. Penyiar berita mulai berbicara.
"Kabar bahagia datang dari artis Deddy Magic Jar. Setelah sekian lama tampil dengan kepala plontos, kini sudah tumbuh rambut walau sebiji."
Lagi-lagi kabar tak penting dibawakan penyiar berita. Eh tapi, gimana ya kalau om Deddy punya rambut mirip Upin?
Pria tadi kembali menekan tombol remote demi mencari berita penting. Sekarang giliran channel CRTi yang ditontonnya.
"Begini kata emak-emak sehabis menonton episode Ikatan Janda kemarin ...."
"BODOAMAT!" Dengan kesal pria itu melempar remote hingga terbanting di lantai dan hancur berkeping-keping.
"BANG REY!" bentak Sheina seraya menutup pintu kamar.
Yap, Rey Alexander, kakak kandung sekaligus keluarga satu-satunya yang Sheina miliki.
Ibunya sudah meninggal saat Sheina masih kecil, sekitar umur 5 tahun. Sedangkan ayahnya pergi entah kemana demi menggeluti bisnisnya, yaitu menjadi dukun.
Saking terobsesi dengan dunia perdukunan, sang ayah rela menelantarkan anaknya sendiri. Memang aneh.
"Jangan banting remote-nya," ujar Sheina sembari berjalan ke dapur.
"Biarin, lagian berita ga ada yang jelas."
Langkah Rey menyusul Sheina yang lebih dulu sampai di dapur. Mata Rey mengamati wajah adiknya sekilas. Ada sedikit guratan senyum di sudut bibirnya.
Perlahan dia mengelus rambut Sheina tanpa menghilangkan senyuman itu.
"Muka kamu mirip banget sama mama, abang jadi kangen," ucap Rey pelan.
Wajahnya berubah menjadi sendu, kedua matanya berkaca-kaca ingin segera menumpahkan kesedihan itu. Tapi tak mungkin, dia tak boleh menangis di hadapan Sheina.
Detik berikutnya, Rey duduk di kursi yang berhadapan dengan meja makan lalu bersandar.
"Abang pernah liat muka mama?"
Pelan, Rey mengangguk.
"Abang sama sekali gatau penyebab mama meninggal?" tanya Sheina, penasaran.
Lagi dan lagi, Rey tak menjawab, dia hanya menggeleng sebagai pengganti jawabannya.
Sheina lekas bangkit karena kasihan melihat ekspresi Rey yang sepertinya menggambarkan kerinduan.
Beberapa menit kemudian, wangi nasi goreng memenuhi ruangan. Dua piring nasi goreng itu tersaji di atas meja.
Masih dengan sorot mata sayu, Rey meraih piring tersebut.
"Maaf karena Sheina tadi nanya tentang mama."
"Gapapa, gausah minta maaf. Sekarang kamu sarapan aja, 'kan sebentar lagi kita mau pindahan." Rey tersenyum getir.
Sunyi, tak ada suara bahkan jangkrik yang biasa memecah keheningan pun kali ini tidak lewat.
Begini suasana jika hidup tanpa adanya orang tua. Monoton, setiap hari hanya pergi sekolah, rebahan, lalu beres-beres rumah.
****
"KIRI! KIRI!" teriak Rey seolah-olah menjadi tukang parkir.
Sebuah mobil pick up memasuki halaman rumah. Dua orang bapak-bapak mulai mengangkut seluruh barang dari dalam rumah.
Hari ini Sheina akan pindah rumah sekaligus pindah sekolah. Keputusan itu sudah dipikirkan matang-matang oleh Rey, dia tak mau adiknya terus menjadi bahan bully-an di sekolah.
"Sesuai alamat ya, Pak." Rey menaiki motor matic-nya, diikuti oleh Sheina.
Mobil pick up berjalan bersama motor Rey dan meninggalkan rumah lamanya dimana terdapat banyak kenangan yang telah diukir manis di sana.
Tatapan kosong Sheina mengarah pada lambaian tangan dari balik jendela rumah yang kini tak terisi. Setelahnya, dia bergidik ngeri.
"Kamu mau mampir ke sekolah dulu?" Rey bertanya sambil terus mengendarai motor.
"Ngga."
Rey manggut-manggut tanda mengerti maksud Sheina. Lagipula untuk apa mereka mampir?
Tak terasa, sekarang mereka sampai di pelataran rumah. Rey memarkirkan motornya tepat di samping mobil pick up tadi.
Sheina mengamati secara intens kondisi rumah yang tampak sedikit ... seram.
Birsimbing.
Selamat datang di cerita pertamaku! ^^
Semoga suka dengan cerita ini.
Maap kalo terlalu pendek, mwehehe.
"Kesepian tanpa kekasih, cukup sekian terimakasih."
- Agen Intel -
KAMU SEDANG MEMBACA
MEREKA DI SINI [TAMAT]
HorrorSheina Arsilia, gadis SMA yang terpaksa tinggal sendiri di rumah pemberian sang paman. Setiap hari ia lewati bersama 'mereka'. Peristiwa mengerikan dimulai ketika ia dan Rey-kakaknya-memutuskan untuk mencari keberadaan ayah mereka yang sudah menghil...