👻MDS 31 || Gadis di Tengah Hujan (2)

3.5K 489 31
                                    

"DOR!"

"Anjir!" Spontan Sheina menoleh ke samping, rupanya Nayva yang mengejutkannya tadi. Hantu sialan.

Tanpa merasa berdosa, Nayva tertawa.

"Ngapain lo di sini?" tanya Sheina sambil menunjukkan ekspresi tak peduli dengan kejadian barusan. Jujur saja, Sheina tak ingin berlama-lama bertemu Nayva, mengingat ia adalah adik Ryan, sudah pasti sifat menyebalkan mereka sama.

Tawa Nayva terhenti. "Kak Sheina juga ngapain di ruko kosong begini? Lagi hujan juga."

Sheina mengembuskan napasnya, kemudian melipat tangannya di depan dada dan bersandar pada dinding ruko yang dingin.

"Gue kejebak hujan."

"Kak Sheina gengsi buat pulang bareng Mas Ryan, 'kan? Yang satu ga peka, yang satu lagi gengsi," ledek Nayva. Suara tawanya semakin kencang. Sementara Sheina tetap menatap lurus ke arah taman.

Hujan sedikit reda, tapi masih cukup deras jika Sheina memaksakan diri untuk menerjangnya. Maka, Sheina memilih berdiam dahulu meski ditemani Nayva.

Telinga Sheina yang sebelumnya menangkap suara tawa Nayva, kini tergantikan oleh suara nyanyian. Mirip seperti diawal hujan turun tadi. Gadis itu masih setia duduk walaupun hujan mengguyur tubuh ringkihnya.

Sheina tak dapat melihatnya secara jelas sebab gadis di sana menunduk.

"Apa yang Kak Sheina liat?" Nayva mengikuti ekor mata Sheina yang menunjuk ke suatu tempat. Matanya terbelalak.

"Hati-hati, dia bukan manusia," bisik Nayva di detik berikutnya. Karena Nayva merupakan hantu, ia juga bisa merasakan makhluk mana saja yang sebangsa dengannya.

Namun, pernyataan Nayva tidak membuat Sheina takut. Bukankah ini sudah biasa ia jumpai?

"Gue mau samperin dia buat mastiin."

Baru selangkah, Nayva mencegah Sheina agar tak pergi ke taman.

"Jangan! Kita ga tau dia baik atau jahat. Bisa-bisa kejadian waktu Mas Ryan masuk rumah sakit karena jalanin misi itu terulang lagi," sergah Nayva. Tanpa sadar ia membongkar satu rahasia.

Sheina langsung tertarik pada ucapan Nayva. "Hah? Lo tau darimana?"

"Ups, keceplosan," cicit Nayva seraya menutup mulut menggunakan kedua tangan.

"Kasih tau gue!" pinta Sheina sedikit memaksa.

"Jadi ... aku waktu itu ngikutin Kak Sheina sama Mas Ryan. Pas tengah malem, di jalanan yang sepi, kalian kabur dari rumah Pak Surya, 'kan? Dan aku juga liat luka Mas Ryan. Karena keliatannya dia sebentar lagi bakal pingsan, aku bingung harus gimana. Kebetulan aku nemuin satu mobil yang pengen lewat di jalan itu, aku masuk ke tubuh pengemudinya karena ga ada pilihan lain," urai Nayva secara rinci.

Pantas saja ada yang janggal dengan mobil yang menolong Sheina sewaktu Ryan pingsan. Ternyata Nayva pelakunya. Habis ini, Sheina harus berterima kasih.

"Tapi ..."

"Mending Kak Sheina pulang daripada nanya terus. Lagian tuh udah ga hujan, cepetan sana," sela Nayva ketika Sheina ingin bertanya.

Mungkin karena keasyikan mengobrol, Sheina sampai tak sadar kalau hujan sudah berhenti dan ... gadis itupun ikut menghilang. Entah pergi kemana dia. Yang jelas, Sheina tidak dapat menemukannya di sudut taman manapun, padahal tadi ia duduk di ayunan.





•••••




Pagi-pagi sekali Ryan terbangun karena merasa kedinginan. Memang cuaca masih sama seperti kemarin, curah hujan juga tinggi, dan prakiraan cuaca menyatakan bahwa hari ini akan turun hujan.

MEREKA DI SINI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang