Helaan napas terus Sheina keluarkan bersamaan dengan umpatan-umpatan di dalam hatinya. Ia benci keadaan seperti ini; dikelilingi oleh banyak orang aneh. Ada yang menyanyi sambil berjoget, mengobrol, makan, tidur, membuat konten tidak jelas di handphone, dan lain-lain. Sedangkan Sheina duduk terdiam.
Hari ini cuaca agak mendung, hujan pun turun tadi pagi, tapi beruntung lah sekarang sudah reda. Meskipun cuaca tak mendukung, tetapi kegiatan akhir tahun SMA Pertiwi tetap dilaksanakan. Rencana awal mereka hanya study tour, namun berubah jadi berkemah karena salah satu murid yang meminta. Maklum, murid itu membayar kepala sekolah agar mau menuruti permintaannya.
Ya, sudah biasa. Orang yang berduit selalu menang dalam kondisi apapun.
Masalahnya bukan itu. Sheina kesal mengapa menerima penawaran Ryan untuk ikut kemah. Harusnya sekarang Sheina bersantai di rumah sambil memikirkan bagaimana cara menemui Rey.
"Lo kenapa? Pusing?" tanya seseorang di sebelah kanan Sheina. Suaranya tak asing lagi.
Ryan memperhatikan Sheina selama 2 menit. Gadis itu tak menjawab, ia malah memalingkan wajah ke arah jendela. Menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan roda empat. Kemilau cahaya senja menembus jendela. Ternyata sudah hampir malam. Bus pun sepertinya sebentar lagi akan sampai di tempat perkemahan.
"Lo ngapain kesini? Duduk aja sama temen-temen lo sono," usir Sheina tanpa menoleh sedikitpun.
Bukannya pergi, Ryan justru menyandarkan tubuhnya yang terbalut jaket di kursi.
"Nanti kita cari bang Rey, ya? Setelah dari sini. Mungkin besok lusa, gue janji."
Lantas Sheina menoleh. Ia tidak salah dengar, 'kan? Kedua manik matanya saling bersitatap dengan milik Ryan. Lelaki itu tersenyum berusaha mengatakan kalau semua akan baik-baik saja.
"Gue janji, Shen."
👻👻👻
Malam hari di lokasi perkemahan. Api unggun sudah menyala sejak 10 menit lalu. Murid-murid asyik bercengkrama atau bermain gitar dan menyanyi. Suara tawa terdengar dimana-mana. Sementara Sheina hanya duduk di dekat tendanya sembari memainkan ponsel walaupun ia tahu tidak ada sinyal di sini, tapi setidaknya ada game offline.
Dari kejauhan juga Sheina melihat Ryan tengah tertawa bersama teman-temannya. Ryan mungkin tersiksa di rumah, namun ia bisa bahagia di luar. Tapi ... bagaimana dengan Sheina? Di rumah terus memikirkan Rey, sedangkan di luar selalu sendirian. Bahkan Sheina lupa rasanya bisa tertawa puas.
"Sheina," panggil seseorang.
Dari arah depan, Karina—teman sekelas Sheina—memegangi perut sambil meringis pelan. Terlihat dari ekspresinya, sepertinya ia sedang sakit perut.
"Temenin gue, yuk! Sakit perut banget ini."
Karena merasa kasihan, Sheina lekas berdiri sementara temannya itu berjalan terlebih dahulu di depan.
Mereka mulai menjauh dari area perkemahan. Ternyata kalau malam pemandangannya cukup mengerikan. Pohon tinggi serta daun yang lebat dapat ditemui di sepanjang perjalanan. Kunang-kunang pun terlihat jelas di antara ilalang.
"Kita mau kemana?" tanya Sheina setelah lama bungkam.
"Ke sumur deket sini, katanya sih ada. Jujur, Shen. Gue kesel banget sama yang nyaranin kita buat kemah di sini. Emang ga ada tempat lain apa? Masa harus di deket hutan begini?" Karina terus mengoceh tanpa memperhatikan apa yang Sheina lakukan di belakang.
Mereka berhenti begitu cahaya senter menyorot ke sebuah sumur. Memang tampak menyeramkan, apalagi di malam hari. Karina menelan salivanya. Biasanya kalau sakit perut, ia tinggal buang air besar di toilet mewah yang ada di rumahnya. Namun sekarang harus berhadapan dengan sumur tua.
"Gue harus gimana? Masa buang air besar di sini? Ga mau lah! Gimana, Shen?" Raut wajahnya mulai panik.
Sheina berpikir sejenak, mencoba mencari jalan keluar meskipun mustahil.
Saat Sheina tenggelam dalam pemikirannya sendiri, terdengar suara aneh dari semak-semak. Seperti suara seseorang sedang mengendap-endap.
Sheina mendongakkan kepala mencari sumber suara. Detik itu juga mata Sheina menemukan sosok misterius itu. Postur tubuhnya tak asing bagi Sheina. Tapi ... siapa?
Secepat mungkin sosok tadi berlari memasuki hutan. Sheina menduga kalau orang itu sadar telah kepergok. Maka Sheina ikut berlari mengejarnya tanpa mempedulikan Karina yang tak hentinya mengeluarkan umpatan.
"SHEINA! MAU KEMANA?!" teriakan super kencang Karina terdengar. Namun, Sheina tetap masuk ke dalam hutan untuk memastikan dan memuaskan rasa penasarannya.
Sementara itu, di waktu yang bersamaan. Seorang pria bersembunyi di balik pohon besar. Beberapa kali ia sempat meninju pohon itu penuh amarah. Hampir saja rencananya ketahuan.
©MEREKA DI SINI
Jujur, gue kesel pas ngetik part ini. Keyboard-nya eror anjir😭 pengen mencet titik malah jadi koma. Pengen hapus kata/kalimat malah ga bisa.
Tapi, untung orang cakep ini sabar:v
Oh iya, part ini juga jumlah katanya paling sedikit dibanding yang lain. Entahlah, udah ga ada ide lagi.
Eh tunggu dulu, bentar lagi cerita ini bakal tamat. Tinggal beberapa part doang.
Tetep stay ya sampai tamat :)
Bye.
Selasa, 08 Februari 2022. 18:08.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEREKA DI SINI [TAMAT]
HorrorSheina Arsilia, gadis SMA yang terpaksa tinggal sendiri di rumah pemberian sang paman. Setiap hari ia lewati bersama 'mereka'. Peristiwa mengerikan dimulai ketika ia dan Rey-kakaknya-memutuskan untuk mencari keberadaan ayah mereka yang sudah menghil...