👻MDS 05 || Hai!

6.9K 914 184
                                    

"AWAS JURANG!!! WOOOW! Dalam banget ... aduhh
Bagaimana?! JAGOAN NEON! YEAYY! Yeyy! AAAAAAA WUUUU mmmm WLEEEE WRAAAA JAGOAN JAGOAN YEYYY HIYAAAA HAHAHAHA JAGOAN! Jagoan neon! PERMENNYA JAGOAN!"

- Cerita ini disponsori oleh Permen Jagoan Naon -

______________________________________


"Sayang, bangun!" Seseorang menepuk pelan pipi Sheina yang terbaring di sofa.

Sheina mengerjapkan kedua netranya dan melihat seorang pria tampan tengah tersenyum padanya.

"Ja-jaemin?" Sheina menutup wajahnya sejenak agar pria itu tak melihat senyuman Sheina yang terus mengembang.

Apa ini mimpi? Mana mungkin dia bertemu dengan Jaemin di sini! Ya kali abang Jaemin rela datang ke Indonesia demi Sheina.

"Oke, jantung gue aman," gumam Sheina setelah memeriksa detak jantungnya sendiri.

"Tapi ... ini mimpi atau bukan?"

Butuh beberapa detik Sheina berpikir kalau ini mimpi apa bukan?

PLAK!

"BANGUN!"

Kini bukan tamparan halus yang Sheina terima, tapi tamparan super keras dari tangan Rey.

"L-loh? Abang kok ada di sini? Jaemin mana?" tanya Sheina sambil celingak-celinguk.

Sejenak tangannya mengurut pelipis yang masih terasa sedikit pusing. Sheina bangkit setelah berbaring di kasur cukup lama, mencoba mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Sekarang dia baru ingat mengapa dirinya bisa pingsan seperti ini. Pasti karena hantu sialan yang menyamar jadi Rey.

"Lo kenapa pingsan?" Rey duduk di samping Sheina, mengamati secara intens adik satu-satunya ini.

"Abang percaya kalo Sheina abis liat hantu tadi?"

"Ngga."

"Mereka nyamar jadi abang, makanya Sheina pingsan," jelas Sheina.

"Mereka? Berarti lebih dari satu?" Rey mengerutkan keningnya.

Sheina hanya mengangguk, mengusap wajahnya gusar dan cemas. Rasa takut itu masih menyelimuti dirinya.

Melihat ekspresi Sheina, Rey sangat mengerti perasaan adiknya. Ia menghela napas, berdiri di ambang pintu.

"Udah, gausah dipikirin. Mending berangkat sekolah aja, gue anterin."

Seketika Sheina mendongakkan kepalanya. Dia tersadar kalau hari ini harus sekolah.

"EH IYA, GUE LUPA!"

****

Tin .... Tin .... Tin ....

Suara bising klakson kendaraan mengawali pagi yang cerah di hari Senin.

Ratusan kendaraan roda empat maupun dua harus sabar terjebak dalam kemacetan. Begitupun dengan Sheina dan Rey.

Sheina agak jenuh menunggu di atas motor Rey, belum lagi harus menghirup asap knalpot. Dia memcari cara agar rasa bosannya hilang.

"Abang ada cogan," bisik Sheina sepelan mungkin, takut orang yang dimaksud olehnya itu menengok.

"COGAN MULU LO!" teriak Rey lantang sampai seluruh orang yang berada disekitarnya menoleh.

Kebiasaan! Mulutnya ga bisa dikontrol!

"Jangan kenceng-kenceng, ihh!" Sheina mencubit lengan Rey yang terbalut jaket merah hingga sang abang meringis kesakitan.

"Di belakang lo ada janda ga?"

Tanpa pikir panjang, Sheina mencubit lengan Rey untuk yang kedua kalinya.

"Janda mulu lo!"

"Maklum, janda lovers," sahut Rey diselingi cengirannya.

Setelah menunggu hampir 30 menit, akhirnya lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau. Menandakan bahwa para pengemudi boleh melanjutkan perjalanan.

Rey melajukan motornya di jalanan yang ramai, mencoba mengejar waktu agar Sheina tidak telat.

Nyatanya, baru setengah jalan motor Rey mendadak berhenti. Dengan penuh emosi Sheina turun dari jok motor, berdiri di belakang tubuh kekar Rey.

Motor kini sudah terparkir di trotoar, Rey mulai memperhatikan apa yang salah dengan motornya ini.

"Bensinnya abis, gue lupa isi," ujar Rey tanpa rasa bersalah.

Sheina mendengus kesal. Inilah salah satu sifat buruk Rey, yaitu pelupa.

"Dih! Terus gue gimana? Masa jalan kaki?"

Rey berpikir sebentar, mencari solusi terbaik untuk masalah saat ini.

"Tuh ada halte, lu naik bis aja. Daripada nemenin gue cari pom bensin, mau lu?"

"Gamau," jawab Sheina.

"Yaudah sono. Kalo ada janda gue titip salam ya. Bye, adek laknat!"

Rey pergi melambai-lambaikan tangannya seraya mendorong motor untuk mengisi bensin.

Dengan sangat terpaksa Sheina menuruti usulan Rey, meskipun dia merasa agak jengkel. Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi?

Tak perlu waktu lama untuk Sheina sampai di halte yang dimaksud oleh Rey.

Situasinya sepi, Sheina kira akan ada banyak orang yang menuggu di sini. Padahal biasanya halte dipinggir jalan raya ini ramai dipadati orang, tapi sekarang hanya ada Sheina sendiri.

Perlahan Sheina membersihkan debu di kursi panjang menggunakan tangan kosong agar dia bisa duduk.

Tap ....

Tap ....

Tap ....

Langkah kaki seseorang dapat terdengar jelas di telinga Sheina. Namun dia tetap tak peduli dan terus melamun memikirkan hantu yang barusan dia temui.

"Gue boleh duduk di sini?"

Sheina menoleh sekilas, lalu dengan cepat mengembalikan pandangannya ke jalan raya.

"Boleh kenalan? Nama gue Ryan." Pria itu mengulurkan tangannya, mengajak Sheina berkenalan.

Beberapa detik tangan Ryan terulur, tapi Sheina tak kunjung menjabatnya. Bahkan sepatah kata pun tak keluar dari mulutnya.

"Hm, it's okay."

Akhirnya Ryan pasrah, ia duduk di sebelah Sheina tanpa mendengar jawaban dari perempuan berwajah sok judes itu.

- TBC -

JANGAN LUPA VOTE + KOMEN ^^

NANTI KUKASIH PERMEN JAGOAN NAON YA :)

SEE YOU😙✨

MEREKA DI SINI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang