👻 MDS 03 || Dia Yang Tak Terlihat

9.4K 1.1K 213
                                    

"Perjuangan merupakan hal terpenting dalam hidup. Berjuanglah pada orang yang tepat, bukan pada orang yang hanya datang ketika susah kemudian pergi tanpa rasa bersalah."

- Bang Rey -

___________________________________

.
.
.

Jangan lupa vote + komen ^^

.
.
.

Flashback on

"Punya abang ga guna banget!" geram Sheina sambil terus menyapu lantai yang berdebu.

Mungkin bagi kalian mempunyai abang itu enak. Nyatanya malah berbeda, rasanya pengen digeruk pakai linggis! Biar mampus tuh orang.

Sekarang giliran membasmi sarang laba-laba yang menempel di dinding. Sheina mengambil kursi kecil di samping sofa, berupaya membersihkan sarang laba-laba menggunakan sapu.

"Tinggi banget," gumam Sheina.

Padahal kakinya sudah jinjit tapi masih saja tidak sampai. Apa karena waktu kecilnya dia minum susu Anlene?

"Dah lah, capek." Sheina akhirnya pasrah dan turun dari atas kursi lalu menata barang-barang yang belum tersusun.

Tangannya terlihat sangat lihai dalam memindahkan barang. Tak perlu membutuhkan waktu lama, seluruh penjuru rumah telah bersih, kecuali dinding.

"Hufft." Sheina menghembuskan napas panjang. Tubuhnya terasa lelah bercampur rasa merinding.

Bagaiamana tidak merinding kalau tinggal di rumah yang sudah bertahun-tahun tak dihuni?

Sebenarnya, rumah berlantai dua ini adalah milik paman Sheina. Ia sengaja membiarkan Rey dan Sheina menempatinya.

Kata orang-orang, rumah tak berpenghuni pasti banyak hantunya. Hal itu memang tak bisa dipungkiri, masyarakat telah mempercayainya sejak dulu.

Namun Sheina berbeda, ia sama sekali tak percaya dengan yang namanya 'hantu' dan 'pamali' seperti yang neneknya suka bilang ketika masih hidup.

"Sheina, kalau nyapu yang bersih ya. Nanti suaminya brewokan." Begitu ucapan neneknya.

"Lah, bukannya cowok brewokan malah ganteng ya? Kayak orang Arab," batin Sheina.

****

Pukul 12.30, Rey belum juga pulang. Sheina menunggunya seraya berbaring di sofa ruang tamu. Mulutnya sibuk mengunyah roti yang sengaja ia siapkan untuk menunda lapar.

Diambilnya handphone yang tergeletak di atas meja. Kemudian dengan cepat mengirim pesan pada Rey.

Om Duda

P

Cepetan pulang! Tega amat ninggalin adeknya sendiri


Tak ada balasan dari Rey, mungkin dia sedang membawa penumpang. Positif thinking aja ye 'kan?

Menit demi menit berlalu, Rey tak kunjung datang. Bosan, itu yang dirasakan Sheina sekarang. Ia memejamkan mata perlahan, mencoba tidur.

Namun, angin semilir membuat Sheina terbangun dan mendapati sesosok wanita mencengkram lehernya.

Sekilas Sheina bertatapan dengan wajah wanita itu. Pucat, hancur, berdarah, kira-kira itulah gambarannya.

Kuku panjangnya tampak mengerikan. Ia terus mendekati Sheina, hingga suara dobrakan pintu terdengar.

"SHEINA!"

Rey menghampiri Sheina yang sudah lemas tak berdaya, dibawanya Sheina ke pelukan agar dia bisa menangis sepuasnya.

"Maaf, abang ga bisa jagain Nana," lirih Rey.

.
.
.

Ciluk baa 😗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ciluk baa 😗


~

~~~

"ABANG! ITU MIE-NYA NANTI GOSONG!" teriak Sheina heboh sembari berlari ke kamar Rey.

"Apaan sih?!" tanya Rey tak terima istirahatnya diganggu.

"Tadi 'kan abang lagi masak mie, masa lup---"

Belum selesai Sheina mengucapkan kata-katanya, Rey langsung lari ke dapur.

"ANJIR! NAPA GA INGETIN!"

Rey kembali ke ruang tamu, mengacak-acak rambutnya frustasi. Keterlaluan, masak mie aja sampai airnya surut begitu. Gimana kalau ikut MasterChef? Auto diusir sama Chef Juna.

Sheina tertawa pelan melihat kelakuan abangnya, "Lagian salah sendiri! Terus abang makan apa?"

"Gue gausah makan," jawab Rey.

Sontak Sheina menoleh dengan sorot mata tajam, "Harus makan! Sheina gamau abang sakit."

Rey hanya tersenyum tipis, lalu merangkul adiknya.

"Emang kenapa kalo gue sakit?"

"Nanti siapa yang bakal jagain Sheina?"

Ekspresi Sheina seketika berubah menjadi sedih, satu bulir air mata lolos dari pelupuk matanya.

"Abang tau sendiri, Sheina ga punya siapa-siapa di sini. Cuma abang harapan Sheina. Janji ya, abang ga akan ninggalin Sheina."

Rey semakin tak tega melihat adik satu-satunya ini menangis, segitu pentingkah dirinya dalam kehidupan Sheina?

"Iya, janji. Jangan nangis gitu dong," ucap Rey sambil menghapus air mata Sheina dan menyandarkan kepala Sheina di bahunya.

- TBC -

MEREKA DI SINI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang