"Tunggu! Saya tau siapa pelakunya."
Pak inspektur menghentikan ucapannya, begitupun dengan yang lain. Mereka seketika melihat ke sumber suara.
Ucapan tadi berasal dari perempuan berjaket dengan rambut terurai, dia Sheina. Rupanya dia telah berhasil menemukan si pelaku. Entah bagaimana caranya.
"Saya tau siapa pelakunya. Dia ada di sini, bareng kita," kata Sheina lagi.
Tentu saja keempat orang yang diduga tersangka langsung terkejut sekaligus heran.
"Pelakunya itu ..."
"DIA 'KAN?" Ryan menunjuk salah seorang dari mereka, yaitu si preman.
"WOI! LO NUDUH GUE? ADA BUKTI?"
"Jangan asal nuduh orang," desis Sheina sembari menjewer telinga Ryan, lagian kebanyakan gaya.
"Lah? Emang maksud lo siapa? Gue kira preman itu, soalnya muka dia serem," bisik Ryan agar preman itu tak mendengarnya.
Tidak masuk akal bila menuduh orang hanya karena wajahnya seram.
"Udah lo diem aja," decak Sheina. Ia kembali fokus untuk memberitahukan siapa pelaku di balik tragedi kali ini.
"Pelakunya itu ...." Sheina menggantungkan kalimatnya lagi, mungkin agar yang lain menjadi lebih penasaran.
"Siapa?" tanya pak inspektur. Rupanya dia juga penasaran.
"Dia," tunjuk Sheina pada tukang sapu yang sedari tadi diam menyimak keadaan.
Tak usah ditanya bagaimana ekspresi orang-orang di sana, yang pasti mereka sangat terkejut karena yang mereka ketahui, si tukang sapu jarang berbicara selama proses penyelidikan terjadi.
"S-saya? Apa kamu punya bukti kalau saya melakukan semua ini?"
Senyum tipis mengembang di sudut bibir Sheina, ia sudah menduga kalau hal ini pasti akan dipertanyakan. Maka, ia telah tahu apa saja barang buktinya dan juga deduksi yang tepat.
"Ada, coba liat handphone Anda. Sebelum korban jatuh, dia lagi kirim pesan ke orang lain," jawab Sheina.
Kemudian inspektur Gerald meminta handphone si tukang sapu yang diduga menjadi tersangka. Mau tak mau, ia harus mengikuti perintah.
Kurang lebih lima menit waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa ponsel tersebut dan inspektur tak menemukan satu pun aplikasi chat.
"Tidak ada apa-apa." Pak inspektur mengembalikan ponsel itu.
"Berarti saya bukan pelakunya 'kan?" Si tukang sapu tersenyum puas begitu tahu barang bukti yang dimaksud Sheina tak ditemukan.
"Anda tetep pelakunya. Korban berkirim pesan di aplikasi WhatsApp. Meskipun orang Korea emang belum banyak yang pake aplikasi itu, tapi karena dia lagi di Indonesia pasti dia bakal chatting-an lewat WhatsApp."
"Mungkin Anda hapus aplikasinya," tutur Sheina.
Dengan cepat tukang sapu itu memotong kalimat Sheina, "Mana mungkin! Kalau saya ada WhatsApp, ga akan saya hapus karena ada dokumen penting!" protesnya.
"Back up. Pesan di WhatsApp bisa kembali lagi kalau Anda mencadangkan semua pesan sebelum aplikasi dihapus. Itu semua dilakukan karena ada file dan dokumen penting di sana."
Tanpa basa-basi pak inspektur mengambil paksa ponsel tadi dan mencoba membuktikan perkataan Sheina.
Betul dugaan Sheina. Ketika aplikasi di install ulang, semua pesan kembali muncul termasuk pesan si korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEREKA DI SINI [TAMAT]
HorrorSheina Arsilia, gadis SMA yang terpaksa tinggal sendiri di rumah pemberian sang paman. Setiap hari ia lewati bersama 'mereka'. Peristiwa mengerikan dimulai ketika ia dan Rey-kakaknya-memutuskan untuk mencari keberadaan ayah mereka yang sudah menghil...