EXTRA PART 1 👻

4K 417 10
                                    

Udah sampe di extra part aja nih, ga kerasa. Oke langsung baca aja, jangan lupa vote + komen! Jangan pelit ya om, tante.

︵‿︵︵‿︵








"Cepet beresin!" perintah lelaki bertopi yang baru saja melempar pisau sembarangan ke lantai. Telapak tangannya kini dipenuhi darah, baju putihnya pun ikut terciprat darah tersebut hingga menyisakan bercak merah.

Tiga orang lainnya yang memang ditugaskan untuk membereskan jasad korban serta mengambil organ tubuhnya itu mulai menjalankan tugas. Mereka terlalu fokus pada pekerjaan, sampai tak sadar kalau si pelaku utama pembunuhan ini tengah ketakutan di pojok ruangan.

Keringat semakin membanjiri dahinya kala berusaha membersihkan darah menggunakan sapu tangan. Ini memang sudah resiko. Lagipula salahnya sendiri mengambil keputusan tanpa berpikir panjang.

"Sheina, maafin gue," lirihnya sepelan mungkin.

Drtt!
Drtt!

Ponselnya bergetar.

"Lo udah selesai? Berhasil, 'kan? Ga ada halangan apa-apa?" Si penelepon mencerca dengan berbagai pertanyaan, bahkan sebelum lawan bicaranya mengatakan 'halo'.

"Berhasil. Sekarang dia lagi diurus sama yang lain."

"Kalo gitu langsung ke markas. Lo jangan sekali-sekali nyoba untuk kabur kalo ga mau gue laporin kejadian ini."

Piip!

Sambungan telepon terputus. Lelaki itu hanya menarik napas sebelum melangkahkan kaki keluar dari gubuk tua ini.








👻👻👻







Di lain tempat, seorang gadis bergaun ungu selutut sedang memperhatikan pria di depannya secara intens.

"Lo kenapa? Takut, Kak?" Senyumnya merekah seolah meledek si pria berkemeja putih lengkap dengan dasi merah layaknya orang kantoran.

Tak lama suara tawanya menggema di ruang tamu yang sepi nan luas, hanya diisi oleh mereka berdua dan beberapa sofa serta satu meja. Dari penampakan luarnya, rumah ini memang terlihat megah. Namun, siapa sangka rumah semegah ini memiliki ruang bawah tanah yang dimanfaatkan untuk bisnis terlarang.

"Ekspresi muka lo udah nunjukkin kalo lo itu lagi ketakutan, atau lagi cemas ya? Ga tau lah, intinya itu! Udah, tenang aja, ga bakal ketauan. Sekarang lo ga perlu akting di depan adek lo yang gampang dibegoin itu," ucapnya sambil bersedekap dada dan mengikuti langkah pria yang berhenti tepat di jendela yang mengarah langsung ke halaman depan rumah.

"Bacot!" Kata-kata pertama yang keluar dari mulut pria berusia 21 tahun itu setelah bungkam menahan rasa bersalahnya.

"Oke, gue bakal diem, Bang ... Rey. Ups!"

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi sang gadis yang barusan memanggil dengan kata 'Bang', mengingatkan Rey pada adiknya—Sheina. Di saat frustasi, cewek brengsek ini malah muncul.

"Lo bisa diem ga, Kar?!"

Si gadis bernama Karina itu mengelus pipinya yang memerah akibat tamparan keras dari Rey. Ia mendengus sebal karena tak pernah mendapat perlakuan seperti ini.

"Gue tau lo merasa bersalah atas kematian adek lo, tapi kalo emang ga suka bisnis ini, kenapa waktu itu terima penawaran ayah lo? Padahal lo sendiri tau ini ilegal."

Rey berbalik ke arah sofa, duduk di atas benda lembut tersebut. Kata-kata barusan tidak ada yang salah.

Semua ini berawal dari tawaran sang ayah yang tiba-tiba mendatangi rumah Rey ketika Sheina sedang sekolah beberapa minggu lalu. Pria itu menghampiri Rey tanpa mengucapkan permintaan maaf terlebih dahulu karena sudah menelantarkan anak-anaknya serta membunuh istrinya sendiri.

Rey pun tidak tahu bagaimana ayahnya bisa kabur selepas melakukan pembunuhan keji bersama teman baiknya dulu yang sekarang Rey kenal sebagai Inspektur Gerald E. Pradigta.

Namun, semua pertanyaan Rey selama 13 tahun terjawab juga di hari itu.

"Polisi ga bakal bisa nangkep saya segampang itu. Saya punya banyak kenalan dan saya ga sebodoh yang kamu kira. Saya juga punya alasan tersendiri kenapa habisin nyawa mama kamu."

Percakapan memuakkan itu terus saja memenuhi isi kepala Rey hingga rasanya ingin pecah. Tetapi, dari penjelasan sang ayah, Rey dapat menyimpulkan alasan mengapa mamanya terbunuh.

Sewaktu Rey masih SD, orang tuanya seringkali bertengkar meributkan masalah profesi ayahnya sebagai dukun. Mama Rey memaksa untuk beralih profesi saja sebab ia tak yakin penghasilan dari pekerjaan itu bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pertengkaran terus berlanjut sampai ayah Rey gelap mata, ia menikam istrinya di kamar, tepat saat Rey tak sengaja lewat di sana. Tapi untunglah Sheina sedang bermain di luar bersama anak tetangga.

Baru pertama kali Rey merasa takut sampai tubuhnya bergemetar. Ia terduduk di lantai sambil menutup mulut menahan isak tangis. Sementara ayahnya keluar dari kamar tanpa menunjukkan ekspresi bersalah, justru pria itu malah tersenyum. Dia juga menutup pintu kamar rapat-rapat dan menatap Rey sekilas. Setidaknya Rey bisa merasa tenang sebentar karena ayahnya tak membunuh dia juga.

Namun, tepat tengah malam, Rey yang sebelumnya tertidur pulas mendadak mendengar suara obrolan dua pria yang berasal dari kamar orang tuanya.

"Ini mayatnya baru tadi siang, 'kan? Kalo udah kelamaan disimpen takut kualitasnya jelek."

"Masih bagus! Lo jangan ragu sama gue."

"Yaudah langsung masukin sini, kita anter malem ini."

"Katanya mau jual organ tubuhnya? Napa ga diambil sekarang?"

"Udah, ga usah. Di sono aja."

Rasa takut kembali menyergap Rey. Sebisa mungkin ia tak mengeluarkan suara.

Menit selanjutnya keadaan menjadi tenang seperti semula, tapi kedamaian ini tak berlangsung lama. Telinga Rey lagi-lagi mendengar suara aneh seolah ada sesuatu yang diseret menuju pintu belakang. Menurutnya, benda yang diseret itu adalah jasad mamanya yang entah mau dibawa kemana.

Sejak malam itu, sang ayah tidak pernah pulang. Rey juga tidak tahu harus berbuat apa, ia bingung bagaimana cara agar kebutuhan sehari-hari terpenuhi, ditambah lagi Sheina terus-terusan merengek ingin bertemu kedua orang tuanya. Beruntung, tetangga di sekitar masih mempunyai rasa simpati. Mereka mau merawat dua anak kecil itu dan memberi makan seadanya.

Rey kira semua telah berakhir dan ia bisa hidup seperti anak-anak lain, tetapi rupanya kebahagiaan tak berpihak padanya.

Untuk kedua kalinya, Rey menyaksikan peristiwa mengerikan secara tak sengaja. Usai pulang sekolah, ia mengajak Sheina bermain di halaman belakang rumah. Namun, di sana Rey mendapati ayahnya tengah mengobrol dengan pria yang Rey yakini adalah tetangga sebelah.













- Bersambung

Akhirnya bisa up extra part juga. Tadinya mau ada satu extra part aja, tapi kayaknya kepanjangan deh.

Btw, ini up pas mau buka puasa ehehehe.

Kamis, 21 April 2022. 17:45.

MEREKA DI SINI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang