Hari silih berganti. Ternyata sudah hampir dua minggu Rey tak kunjung datang. Sebenarnya apa yang terjadi pada pria itu? Apa dia lupa akan janjinya ke Sheina?
Entahlah. Tampaknya, Sheina pun merasa cemas, gelisah, serta frustasi karena ia tak bisa menghubungi Rey. Terakhir kali Sheina mengirim pesan di hari Minggu, tepatnya lima hari yang lalu.
Abang♡
Ppp woi
Kalo lo pulang sekolah, jangan nyariin gue ya
Rencananya gue mau cari ayah sekarang aja, daripada gue tunda-tunda terus. Lagian rencana itu udah lama gue simpen. Lo ga usah khawatir, gue gapapa. Mungkin gue butuh waktu seminggu, abis itu bakal pulang lagi
Oh iya, gue udah siapin bahan makanan juga di kulkas. Jadi lo bisa pake selama gue pergi
Gue sayang lo. Jaga kesehatan ya, cantik
Hah? Lo serius mau pergi? Mendadak bgt lagiKenapa lo ga bilang aja dari kemaren? Gue ga suka cara lo yg kek gini, bang
Gue ga mau makan klo lo blm pulang
Heh, lo hrs makan. Doain aja biar gue cepet balik
Mungkin abis ini lo ga bakal bisa chat gue lg karena di sini susah nyari sinyal
Jgn lupa makan. See you, cantik. Nanti kita gelut lg kalo ketemu
Air mata Sheina keluar bebas membasahi pipi ketika ia membaca kembali chat terakhir dari Rey.
'Kalo ketemu', dua kata itu semakin membuat Sheina khawatir. Ia juga merasa kalau Rey pun tak yakin bisa kembali ke sini. Lalu, apa yang harus Sheina lakukan sekarang?
Sheina duduk bersandar pada dinding putih nan dingin, ia menekuk lutut dan menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan. Isak tangisnya memenuhi seisi kamar.
Kini ia sendiri. Itu berarti, hidupnya juga tidak mempunyai tujuan. Dari dulu, Rey adalah satu-satunya alasan Sheina untuk tetap hidup. Pria berumur 21 tahun itu juga menjadi rumah kedua bagi Sheina, di mana ia bisa menceritakan semua kejadian menyebalkan atau menyenangkan yang ia rasakan.
Sheina tak punya siapa-siapa lagi. Anggota keluarga yang paling peduli padanya hanya Rey, sementara tante dan pamannya tidak seperti Rey. Mereka cuma memberikan satu rumah yang Sheina rasa itu rumah yang terbengkalai. Terbukti dari awal pindah ke rumah ini. Saat pertama kali, rumah ini terlihat seperti rumah angker sebab kondisinya sangat kotor dan di dalamnya pun tidak ada perlengkapan untuk bersih-bersih.
Sedari kecil juga Rey yang setia menjaga Sheina, dimanapun, kemanapun, dan apapun kondisinya, Rey selalu berusaha melindungi Sheina. Tapi kini berbeda, sosok pelindung itu sudah hilang entah kemana.
Apa sekarang Sheina harus menyalahkan ayahnya karena telah menelantarkan dirinya?
Tok!
Tok!
Tok!Seseorang mengetuk pintu. Lantas Sheina langsung mendongakkan kepala, setidaknya ada sedikit harapan. Ia berharap bahwa orang di balik pintu adalah Rey yang datang dengan senyum seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEREKA DI SINI [TAMAT]
HorrorSheina Arsilia, gadis SMA yang terpaksa tinggal sendiri di rumah pemberian sang paman. Setiap hari ia lewati bersama 'mereka'. Peristiwa mengerikan dimulai ketika ia dan Rey-kakaknya-memutuskan untuk mencari keberadaan ayah mereka yang sudah menghil...