|Penance.

353 32 2
                                    

Suara riuh gemercik air mengganggu ketenangan tidur seorang Tay Tawan, Ia membuka mata nya perlahan sembari menyesuaikan cahaya yang masuk melalui sela - sela jendela yang sedikit terbuka. Tay meraba tempat disampingnya yang terasa kosong, Ia bangun langsung mencari keberadaan sang pujaan hatinya. Suara gemercik air berhasil menyadarkannya bahwa obyek yang ia cari berada di dalam kamar mandi.

Tay berjalan mendekati pintu, berniat mengetuk tapi pintu lebuh dulu terbuka karena dorongan pelan dari tangannya.

“Tay?”

Sapa seseorang yang sudah lebih dulu berada didalam.

Tay mendekati New lalu memeluknya dari belakang. “Kenapa kau mandi tidak menunggu aku?” Tanyanya sedikit merengek.

New menepuk lengan Tay yang berada di perut rata nya. “Kau tidur pulas sekali, aku tidak tega membangunkan.” Ucapnya pelan lalu mengelus surai hitam Tay.

Tay terpejam sebentar, menghirup aroma wangi New yang sepertinya baru selesai mandi, lalu tiba - tiba sesuatu terlintas di ingatannya. Buru - buru ia melepaskan pelukannya lalu berjalan untuk berhadapan dengan New. Memegang kedua pundaknya lalu matanya menelisik ke arah bawah.

“It still hurts?” Tanya Tay dengan raut wajah khawatir.

New tersenyum, “Pikir saja semalam kau sekasar apa.” Jawabnya menggoda Tay.

Sedangkan yang ditanya memasang raut wajah yang semakin khawatir. “Aku serius, New. Apa aku sangat kasar semalam?” Ujarnya gelisah.

New tertawa lalu mengalungkan kedua lengannya di leher Tay. “Tidak, aku rasa kamu malah menahannya, kenapa, Tay?”

Tay mengerti arah pembicaraan New, Ia menunduk lalu meletakkan kepalanya dibahu New. “Aku ingin, tapi aku tidak ingin menyakitimu.”

“Tapi aku tidak merasa disakiti, malah aku merasa kalau kau menjaga agar tidak terlalu kasar.”

Tay menghela napas, menggeleng pelan di ceruk leher New, “Aku—”

“Tay, listen to me.” Potong New.

Tay terdiam.

Do what you want, aku milikmu, kalau kamu butuh aku, aku siap melakukan apapun, bahkan kalau kamu butuh aku untuk itu, bilang saja aku tidak akan menolak, kecuali jika memang aku sedang lelah.”

New memeluk Tay, Ia paham bahwa Tay sedang takut akan dirinya sendiri. “Tay, sekarang kita saling memiliki, jadi harus saling berbagi dalam hal apapun ya.” New terdiam sebentar lalu melanjutkan. “Even in terms of sex. Karena tidak hanya kamu yang ingin, akupun terkadang sama. Bedanya kamu hanya takut”

New benar, Tay takut pada dirinya sendiri. Takut tidak bisa mengontrol nafsu nya dan berakhir menyakiti New. Lalu ia takut jika New akan pergi meninggalkan nya. Padahal ketakutannya ini hanyalah hal sepele yang dibuat di otaknya sendiri.

Thankyou, Honey.” Cicit Tay pelan, New tersenyum lalu makin mengeratkan pelukannya.

🌻🌻🌻

“Jadi tugasmu sudah selesai?” Tanya pria putih yang sejak tadi diam memandangi kegusaran kekasih manisnya.

“Belum.” Jawabnya dengan kedua alis yang masih menyatu, matanya menatap tajam pada lembaran lembaran kertas didepannya.

“Ha? Mereka telah bertemu, bahkan kehidupan mereka saat ini bahagia dan baik baik saja.” Ujarnya tidak habis pikir.

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut sang kekasih. Ia menyenderkan tubuhnya pada bantalan sofa lalu memijat kepalanya yang sedikit pening. Tidak mudah menjadi dirinya, tidak mudah menjalankan tugasnya, tidak mudah untuk mempersatukan dua manusia yang sudah tidak berada di dalam raga yang sama, dan sangat sulit untuk memperbaiki kembali kisah yang telah hancur. Namun, ia bisa berbuat apa, kalau bukan menjalankan amanah dari sang Nenek untuk meminta pengampunan dosa dimasa lalu, memperbaiki hubungan keluarga yang telah retak karena sebuah kebencian yang teramat besar dari suaminya sendiri kepada kakak laki - lakinya.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang