26|The Secret

435 89 16
                                    

Chaeri mengeratkan outer rajut yang ia pakai, pandangannya menatap lurus lampu-lampu gedung yang terlihat cantik dari atas balkon. Sekarang ia sedang berada di apartement Felix, karena ia masih tidak ingin pulang selepas kepergian Bundanya.

“Mau teh hijau nggak, Chae?” tanya Felix yang datang dengan secangkir teh di tangannya.

Chaeri menoleh dan mengambil cangkir dari tangan Felix. “Makasih.”

Wellcome babe,” jawabnya kemudian duduk di kursi belakang Chaeri. “Lo tau nggak, kemarin pas di rumah duka, Jaemin ketemu sama ayahnya.”

Spontan Chaeri mengurungkan niatnya untuk menyeruput tehnya. “Hm?”

“Dunia emang sesempit itu Chae. Gue nggak bisa lanjut cerita, karena gimana pun itu urusan pribadi kalian yang bersangkutan, meskipun gue juga keluarga lo tapi, gue nggak ada hak buat cerita itu apa lagi tanpa izin Jaemin atau ngedahuluin om Doyoung.”

“Gue nggak paham.”

“Intinya ntar lo tanya aja ke Jaemin atau ayah lo deh.”

Tanpa mau berpikir lebih, Chaeri hanya mengacuhkan pembicaraan Felix dan berjalan ke ujung pagar menikmati angin yang  menerpa permukaan wajahnya. Ia masih tidak percaya dengan takdir Tuhan, kenapa dengan semudah itu mengambil bundanya. Orang yang selama ini selalu menjadi tempat pulang dan mengadu Chaeri. Bunda yang selalu mengerti dan memahami segala keadaannya, yang selalu siap pasang badan saat ayahnya sudah mulai mengatur banyak hal. Bunda yang selalu menjadi tempat curhatnya setiap malam. Tapi Chaeri juga bangga, karena di akhir hayat beliau melakukan perbuatan baik.

Taerin meninggal karena ia menyelamatkan seorang gadis seusia Chaeri yang ingin bunuh diri, dengan menabrakkan dirinya ke jalanan ramai yang mana saat itu mobil Taerin lah yang menjadi target, namun ia berhasil menghindar. Setelah mobilnya berhenti ia menoleh ke belakang melihat gadis itu yang masih berdiri di tengah jalan.

Tanpa pikir panjang, ia langsung keluar dan menyelamatkan gadis tersebut, namun sayang kendaraan lain tidak dapat mengendalikan lajunya dan menabrak Taerin hingga terpental dan akhirnya pendarahan di bagian kepala.

“Chae, ada ayah lo.”

Chaeri memutarkan badannya dan melihat Doyoung yang tak kalah berantakannya, bahkan lebih berantakan dari Chaeri. Ia pun melangkah masuk ke dalam apartement dan mendekati ayahnya yang membawa dua papper bag berisi makanan dan snack.

“Udah makan Chae?” tanya Doyoung sambil mengeluarkan makanan.

Chaeri pun ikut membantu mengeluarkan makanan tersebut. “Udah tadi di buatin ramen sama Felix.”

“Jangan ramen terus, nanti bun—“ kalimat Doyoung terputus, membuat Chaeri ikut berhenti dengan aktifitasnya. “Sorry.”

“It’s okey.” Chaeri tersenyum kemudian memeluk ayahnya. “It’s okey if you missing her, so much because im too.”

Doyoung membalas pelukkan anaknya itu, sambil mengusap lembut punggung dan rambut Chaeri. “I just have you now.”

No, bunda juga pasti ada,” Chaeri melepas pelukannya dan mengarahkan tangannya ke jantung Doyoung. “Bunda bakal selalu sama kita di setiap detak jantung kita.”

Doyoung tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya, ia langsung memeluk Chaeri kembali. Begitu pula dengan Chaeri yang diam-diam menangis. Sekarang ia harus kuat untuk melengkapi kehidupan ayahnya, menggantikan beberapa posisi Taerin untuk Doyoung dan begitu pula sebaliknya.

Dari balkon Felix memperhatikan interaksi antara Chaeri dan Doyoung. Interaksi yang beberapa bulan terakhir ini jarang terlihat di antara mereka. Dan Felix berpikir, bahwa benar kehilangan seseorang yang dicintai ternyata mampu merobohkan ego seseorang.

Little Thing | Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang