18|Archery

1K 210 32
                                    

Tiga hari kedepan gua izin ga update dulu ya... Mau ngerjain revisinya Perfect. Hehehe ketemu lagi hari Sabtu pagi. Dadah
.
.
.










"Hati-hati." Gue ngantar kak Renjun sampe di depan apartemen. Bunda yang suruh jangan salah paham.

"Besok ada lomba Archery." Gue natap kak Renjun bingung. "Lo masuk?"

"Iya kayaknya."

"Mau gue jemput?"

Bentar deh, ini kak Renjun kesambet? Tapi, kayaknya lebih baik pergi sama dia deh daripada sama Ayah. Gue lagi males banget interaksi sama Ayah.

"Boleh deh."

"Serius?"

Gue ngangguk. "Udah sana pulang, ntar ke maleman."

Kak Renjun senyum terus pake helmnya. "Gue duluan."

"Iya, hati-hati." Setelah motor kak Renjun pergi gue langsung masuk ke dalam dan lanjut buat belajar.

Ngomong-ngomong soal belajar, kenapa gue jadi ikutan pengen kuliah di Harvard ya? Keren kali ya gue kalo jadi sarjana lulusan Harvard. Hahaha tapi sayangnya otak gue nggak nyampe sana.

🎡🎡🎡

Seperti janji tadi malam, pagi ini gue berangkat sama kak Renjun. Gue keluar kamar dan langsung ke meja makan seperti biasa. Udah ada Ayah sama Bunda. Tapi, gue cuma diam dan duduk disana.

"Chae."

"Hm."

Ayah ngasih sebuah amplop ke gue. "Di baca."

Gue mengerut. "Apa?"

"Baca dulu."

Akhirnya gue buka amplop itu dan ngeliat ada kertas putih yang kelipat. Gue buka lipatannya.

"Oxford University?" Gue semakin mengerutkan dahi gue. "Student Delegate Kim Chaeri. Apa ini? Nggak ngerti."

"Itu ada program delegasi dari Oxford. Perusahaan ayah kerja sama bareng kampusnya. Kamu ikut kesana."

"Hah!? Gimana-gimana?" Gila! Yang bener aja sih gue harus kesana.

"Jadwal delegasinya bulan depan. Lumayan bisa nambah pengalaman dan mungkin kamu tertarik masuk sana. Pelaksanaannya selama seminggu."

"Ayah bercanda nih." Gue ngebalikin amplop tadi ke ayah gue, tapi lagi-lagi di balikin ke arah gue.

"Kalo kamu nggak mau nggakpapa. Ayah nggak maksa. Tapi, coba di pikir-pikir lagi."

Gue diam sambil natap amplop itu. Selera makan gue udah ilang. Sumpah ya, ayah gue makin hari makin aneh. Capek juga kalo terus-terusan begini.

Tit!

Gue noleh ke arah pintu. Itu pasti kak Renjun. Gue langsung ngambil tas gue dan berdiri. "Chaeri pamit."

"Sama siapa kamu?"

Gue noleh ke ayah yang natap gue tajam. "Kak Renjun."

Tanpa nunggu jawaban gue langsung pergi keluar. Bunda juga gue cuekin. Nggak tau lah mood gue nggak bagus.

"Langsung aja kak."

Little Thing | Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang