Setelah pulang dari panti tadi, Chaeri terus diam memikirkan perkataan Jaemin. Bagaimana kalau nanti ayahnya tetap kekeh tidak mengizinkan Chaeri dengan Jaemin. Chaeri nggak bisa terus-terusan sembunyi-sembunyi untuk bertemu Jaemin.
Chaeri melihat jam di dinding menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Ia kemudian berdiri dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Sampainya di dapur, tangan putihnya menggenggam gelas kaca yang berisi air. Chaeri meminumnya seperti orang habis berlari marathon. Setelah minum, ia menaruh gelas di atas pantry, matanya menatap air di dalam gelas yang masih tersisa setengah. Otaknya terus bekerja memikirkan bagaimana caranya ia meyakinkan ayahnya bahwa Jaemin adalah anak baik-baik.
"Chaeri?" Gadis itu menoleh dan melihat bundanya keluar dari kamar dengan rambut yang sedikit berantakan, khas orang baru bangun.
"Bun."
"Ngapain jam segini di dapur? Kamu lapar?"
Chaeri menggeleng. Taerin yang melihat tingkah aneh anaknya langsung mengambil tempat di sebelah Chaeri sambil menatap gadis itu lekat.
"Kenapa?"
"Bun, ayah emangnya beneran nggak suka sama Jaemin ya?"
Sudah Taerin duga, ini pasti perihal Doyoung yang terlalu keras melarang Chaeri. Taerin menarik lengan Chaeri agar duduk di kursi sebelahnya.
"Pasti ada alasan kenapa ayah nentang kalian."
"Tapi apa bun? Jaemin anak baik, dia juga berbakat, pintar, walau ketutup sama tengilnya."
Taerin terkekeh mendengar Chaeri yang nampak sangat tidak terima. "Sekarang bunda tanya sama Chaeri. Apa Chaeri punya cita-cita?"
Chaeri mengangguk. Kemudian Taerin tersenyum.
"Bunda tanya lagi. Chaeri mau bahagiain orang-orang yang Chaeri sayang?" Ia kembali mengangguk menjawab pertanyaan Taerin.
"Sekarang, Chaeri bisa tanggung jawab nggak sama semuanya?"
Chaeri mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Maksud bunda?"
Melihat respon baik Chaeri, Taerin lantas tersenyum sambil menggenggam tangan Chaeri.
"Tanggung jawab dan waktumu masih banyak dan masih panjang sayang. Ayah dan bunda mau kamu manfaatkan itu dengan baik. Kamu bekerja keras dulu atas apa yang udah kamu rancang. Mulai dari cita-cita, planning kuliah, planning kerja, planning membahagiakan orang yang kamu sayang, lalu masalah cinta."
"Bunda sama ayah itu nggak ngelarang kamu buat berteman sama siapapun sayang, nggak sama sekali. Tapi, ayah sama bunda nggak mau kamu terlarut sama yang namanya cinta. Ayah sama bunda udah ngelewatin hal-hal berat itu, dan nggak gampang."
Chaeri menatap fokus bundanya, mencoba mengerti setiap perkataan wanita yang ia sayangi itu.
"Bunda sama ayah nggak mau kamu menyesal kayak kita. Dulu karna terlalu fokus dengan urusan cinta, banyak hal yang terhambat, semakin ayah dan bunda menentang, semakin banyak orang yang sakit. Termasuk om Yuta. Ayah melakukan itu pasti karna alasan yang baik sayang, bukan karna Jaemin buruk. Justru ayah pernah bilang ke bunda kalau dia ngeliat potensi Jaemin di bidang musik dan arsitektur."
Mendengar itu mata Chaeri terbelak. Benarkah ayahnya berkata demikian?
"Kamu paham kan omongan bunda?"
Chaeri hanya diam. Sebenarnya dia paham, namun di beberapa point ia merasa tidak bisa terima. Namun, ia hanya diam saja tanpa membantah.
"Udah sekarang tidur, udah malam. Besok kamu sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Thing | Na Jaemin ✓
Fanfic[End] 𝐈𝐟 𝐥𝐚𝐭𝐞𝐫 𝐦𝐲 𝐝𝐫𝐞𝐚𝐦 𝐜𝐨𝐦𝐞𝐬 𝐭𝐫𝐮𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐫𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐦𝐞, 𝐩𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐫𝐞 𝐨𝐧𝐞 𝐨𝐟 𝐦𝐲 𝐝𝐫𝐞𝐚𝐦𝐬. - 𝓝𝓪 𝓙𝓪𝓮𝓶𝓲𝓷 × Sequel Perfect × Perfect Series × Lowercase Started : 25...