19|Oke, I Got It!

1.1K 203 45
                                    

Sorry ya guys, aku updatenya ga tiap hari lagi. Aku lagi fokus buat revisi Perfect. Tp aku ada buat mini AU di Twitter klo mau baca silahkan.
User : boxernya_yuta
Cek aja pinednya ada AU yang baru aku post.
Tencu
.
.
.













Gue sekarang lagi berdiri di depan ruang OSIS. Nunggu kak Renjun soalnya gue balik bareng dia.

"Chae." Spontan gue ngalihin pandangan gue dari handphone. Gue cuma natap Jaemin yang jalan ke arah gue bareng sama Hyunjin juga Haechan.

"Gue mau ngomong sama lo."

Jujur aja guys, gue deg-degan habis kejadian tadi. Sekarang malah dia nyamperin gue.

"Neng Chaeri, liat Somi nggak?" Gue ngerutin dahi ngeliat Haechan.

"Somi? Eum... Dia udah dua hari nggak masuk."

"Loh kenapa?"

"Ada something. Tapi ngomongnya sih izin balik ke US."

"Gue duluan!"

"Lah Chan! Chan!"

Gue ngeliat Haechan yang pergi buru-buru. Habis itu natap ke Jaemin sama Hyunjin yang sama-sama bingung.

"Chae ayo." Kak Renjun keluar dari ruang osis ngebuat kita bertiga sama-sama noleh.

"Eum, gue mau ngobrol bentar sama Chaeri."

Kak Renjun natap Jaemin dengan alis yang terangkat sebelah. "Penting?"

"Bukan urusan lo." Jaemin langsung narik tangan gue tapi tangan gue satunya berhasil di tahan kak Renjun.

Anjir sakit bangke.

"Kita mau balik."

Duh plis deh gue kesel kalo ada adegan drama gini.

"Apa hak lo ngelarang dia?"

"Aduh, udah udah." Lerai gue. "Kak bentar, gue ada urusan."

Kak Renjun diam akhirnya ngelepasin tangan gue. "Gue tunggu di parkiran." Dia pergi dan sengaja nyenggol bahunya Jaemin.

"Weh! Santai bro!" Jaemin langsung nahan Hyunjin yang udah maju. "Ngadi-ngadi tuh bocah!"

"Udah. Chae ikut gue bentar." Gue ngangguk.

🎡🎡🎡

Sekarang gue sama Jaemin ada di taman sekolah. Kita duduk di salah satu bangku yang ada di bawah pohon.

"Sorry buat yang kamaren dan tadi."

Gue ngehela napas. "Udah lupain aja."

Jaemin noleh ke gue dan gue cuma natap dia bingung. "Chae."

"Hm?"

"Gue tau ini terlalu cepat buat lo, tapi jujur gue—gue suka sama lo."

Kan kan. Gue bilang apa. Gue bilang apa juga ini masalah hati. Haaaaa bunda jemput Chaeri dongg....

"Jae-jaem, gu-gue..."

"Lo nggak harus balas kok Chae. Gue tau, hubungan kita pasti bakal sulit. Karena—status kita beda jauh."

Gue langsung menautkan alis. "Status?"

"Iya. Gue cuma anak panti Chae, dan lo dari keluarga berada."

"Jaem! Gue nggak pernah ya mandang seseorang dari status sosial mereka. Gue sama sekali nggak peduli soal itu Jaem."

"Gue tau, tapi ayah lo pasti bakal kecewa kalo sampe tau yang suka sama anaknya orang kayak gue."

Cih! Ayah lagi ayah lagi.

"Yang jalanin gue bukan ayah gue."

Gue ngalihin pandangan gue ke lain arah. Gue tipe orang yang gampang emosi, asal kalian tau. Ketimbang bunda gue yang lembut, baik, dan nggak tegaan. Gue kebalikannya. Gue orangnya emosian, gue nggak pedulian, nggak lembut, dan gue nggak suka nangis.

Walau kadang air mata gue tiba-tiba turun sendiri kalo udah nggak tahan.

Dan satu hal. Gue anaknya suka kebebasan. Gue bakal berteman sama siapa aja tanpa mandang dia siapa. Mau dia anak jalanan, mau dia kriminal, mau dia miskin, mau dia kaya, mau dia cacat, apapun itu selagi dia baik ke gue, gue nggak masalah.

Kenapa? Karena gue tau setiap manusia itu punya kesalahan masing-masing. Setiap manusia itu punya sisi buruk dan baiknya. Seorang kriminal juga punya sisi malaikat asal lo tau.

Seseorang yang pernah salah akan berbeda dengan seseorang yang pernah benar.

Gue harap kalian paham kalimat itu.

"Chae." Gue masih diam, berusaha buat redam emosi gue. "Gue—"

"Oke gue terima. Gue jadi gebetan lo!" Gue berdiri dan pergi dari sana, ninggalin Jaemin yang masih diam karna kaget.

Gue nggak gila. Gue sadar. Dan gue udah putusin. Apa salahnya nerima Jaemin? Dia baik. Dia pekerja keras, dia asik, dia buat gue nyaman. Apa alasan gue nolak dia?

Masalah perasaan, gue rasa semua bakal tumbuh seiring berjalannya waktu. Asal dia mau konsisten dan terus tetap seperti itu.

"Chae!" Gue berhenti. "Gue tunggu besok malam di halte biasa!"

Sudut bibir gue terangkat, tapi gue nggak mau noleh. Malu coy, muka gue udah merah. Gue cuma acungin jempol dan lanjut pergi ke parkiran.

🎡🎡🎡

"Kok lama?" Gue langsung ngulum senyum gue dan ngambil helm yang di sodorin kak Renjun. "Lo di apain?"

"Ck! Apaan sih kak, nggakpapa." Gue langsung ngeklik helmnya dan naik ke atas motor. "Ke toko buku bentar bisa nggak?"

"Iya." Gue senyum dan kak Renjun mulai nyalain motornya dan pergi keluar sekolah.

Oh, yang nanya kenapa gue manggil HAHAJAEM tanpa embel-embel kak padahal kakak kelas gue. Itu karena, gue ngerasa mereka lebih kayak teman gue daripada kakak kelas gue. Ya keliatannya nggak sopan, tapi jujur aja gue rada cringe harus manggil tuh tiga curut dengan embel-embel kak.

Kok gue jadi pengen senyum lagi ya. Hmmm

🎡🎡🎡

Sedikit dulu ya. Biar nggak tegang banget.
Kalo gua lanjut disini ntar nggak surprise hehehe

Little Thing | Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang