6|Kotak Bekal

1.3K 240 85
                                    

Komen ga lu!! Gua maksa nih!
Hihihi
.
.
.
.







"Udah, nggakpapa nanti bunda yang bilang ke ayah, ya kalo hp Chaeri mati." Taerin mengelus lembut kepala anaknya.

Chaeri baru saja di marahi Doyoung karena pulang telat dan hpnya tidak aktif. Ya, as you all know, mulut Doyoung kalo udah salty gimana. Ditambah Chaeri lagi mood yang sensitif sekarang.

Chaeri memeluk bundanya sambil terisak. Sebenarnya ini salahnya juga, harusnya dia tadi meminjam ponsel Saera atau Saeri, atau bahkan menerima tawaran om Jaehyun untuk mengantarnya pulang.

Soal Renjun, tadi dia bener ngantar Chaeri tapi Doyoung udah nunggu di depan gedung apartement dengan muka dingin. Jadi, Chaeri nggak sempat bilang makasih ke Renjun, keburu Doyoung teriak buat cepat naik.

"Udah, ayo tidur. Besok sekolah. Nanti biar bunda yang bicara sama ayah kamu."

"Ayah jahat banget, hiks." Isak Chaeri.

Dalam hati Taerin juga mengiyakan perkataan Chaeri tapi, dia hanya tersenyum dan membelai lembut pipi anak gadisnya.

"Ayah begitu karena dia khawatir sama Chaeri. Hp Chaeri nggak aktif, terus kata tante Taerin juga Chaeri udah pulang dari tadi. Makanya ayah cemas, eh pas Chaeri datang, datangnya sama cowok."

"Tap-hiks- tapikan kak Renjun udah ba-hiks-ik ngantarin Chaeri."

"Iya sayang. Ayah juga udah bilang makasih kok ke Renjun. Cuma namanya insting seorang ayah, pasti khawatir anak perempuannya pulang selarut ini sama cowok."

Chaeri mengelap air mata dan hingusnya, sambil menatap Taerin. "E-hiks-emangnya dulu ayah nggak pernah-hiks- bawa bunda pulang malem?"

Taerin terkekeh. "Nggak sayang, ayah kamu takut sama Paman Taeyong."

"Hiks-jadi Chaeri yang salah bun?"

Taerin lagi terkekeh. "Nggak ada yang salah sayang, ini kan cuma salah paham. Miss komunikasi. Udah nggakpapa. Besok juga ayah baik lagi."

Taerin mencubit hidung anaknya gemas. "Ayah kamu mana bisa marah lama-lama sama anak kesayanganya."

Chaeri tersenyum meski wajahnya sembab. Kemudian ia merebahkan dirinya ke bantal dan mulai tertidur.

Melihat anaknya sudah terlelap Taerin langsung menarik selimut anaknya dan mematikan lampu kamar.

"Kak Doyoung bener-bener!" Umpatnya sambil menutup pintu kamar Chaeri pelan.

Ia melangkah ke arah dapur melihat suaminya duduk dengan santai sambil minum kopi.

"Bener-bener deh kamu kak!" Taerin langsung mencubit pinggang suaminya itu.

"Eh-eh aduh! Sakit yang! Yang sumpah sakit!" Aduh Doyoung sambil mencoba melepaskan cubitan Taerin.

"Anak kamu sampe nangis gitu kamu bentak! Bener-bener deh!" Taerin melepas cubitannya dan berdiri sambil bersedekap.

"I-iya kan aku khawatir."

"Khawatir nggak gitu juga. Kamu bisa tanya baik-baik. Masih untung anak kamu di antar Renjun."

Doyoung diam sambil menundukkan kepalanya. "Iya maaf."

"Minta maafnya sama Chaeri bukan aku."

"Iya anaknya udah tidur. Besok aja."

Taerin menghela napas. "Kamu bentak apa tadi dia?"

"Cuma suruh naik kok."

"Kok bisa sampe nangis gitu? Pasti kamu salty-in kan!? Ngaku nggak!" Tangan Taerin sudah siap mencubit perut Doyoung lagi, tapi dengan sigap Doyoung menahannya.

Little Thing | Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang