27|Keputusan

596 111 4
                                    

Suara injakan daun kering terdengar dari sebuah halaman rumah. Dua orang yang berjalan di atas daun kering nampak hening, mereka berjalan beriringan namun tampak sangat canggung bahkan seperti orang yang asing yang tidak mengenal satu sama lain.

Seorang wanita setengah abad sedang berdiri di teras rumah, memperhatikan dua orang yang sedang berjalan ke arahnya. Tak lama ia berjalan ke arah pintu untuk menyambut ke dua tamunya tersebut.

“Pagi bu.” Sapa Mingyu.

Ibu tersebut tersenyum kemudian memeluk Mingyu. “Sudah berapa minggu nggak ke sini, istri kamu nyariin terus.”

Mingyu melepas pelukannya dengan senyuman yang tidak luntur. “Maaf bu, saya lagi berduka.”

“Taerin ya?”

Mingyu mengangguk, kemudian ia memberikan space kepada Jaemin agar menyapa. Jaemin melangkah maju kemudian sedikit membungkuk dan berjabat tangan pada wanita tersebut.

“Anak kamu?”

Mingyu mengangguk. “Iya bu.”

“Syukur kalian bisa kembali bertemu. Ayo masuk, Mina pasti udah nungguin kamu.”

Mingyu melirik Jaemin yang nampak gugup, laki-laki dengan pakain santai itu menepuk bahu Jaemin yang masih terbalut pakaian sekolah.

“Ayo masuk.”

Mereka pun masuk ke dalam rumah yang biasa di sebut dengan rumah singgah. Rumah yang hampir sama dengan bentuk panti, namun rasanya ini lebih besar sedikit dari panti tempat tinggal Jaemin. Langkah mereka akhirnya berhenti di depan sebuah kamar, bertuliskan Mina. Mingyu kemudian membuka perlahan pintu putih yang tertutup dengan rapat tersebut. Saat pintu sudah terbuka lebar, ia melihat seorang wanita dengan duduk di kursi rotan sambil merajut.

Jaemin terdiam di ambang pintu. Ia masih tidak percaya bahwa wanita di depannya ini adalah ibunya. Wanita dengan rambut sebahu serta badannya yang terlihat kurus, ia adalah ibu kandung Jaemin.

Mingyu berjongkok di samping kursi Mina, membuat wanita tersebut berhenti dari aktifitasnya dan menoleh ke Mingyu yang sudah tersenyum manis.

“Pagi sayang.”

Mina tersenyum, tangannya terarah untuk mengusap lembut pipi Mingyu. “Pagi.”

“Udah sarapan?” Mina mengangguk. “Pinter.”

“Aku mau pulang.” Ucap Mina pelan pada Mingyu.

“Iya, besok kita pulang ya?”

“Aku mau ketemu bayi aku.” Mingyu terdiam, lalu ia melirik Jaemin yang masih mematung di dekat pintu.

Bukan tidak mungkin Jaemin tidak mendengar perkataan Mina barusan. Ia mendengarnya dengan jelas apa yang diinginkan Mina.

“Sayang, anak kita udah besar.”

“Besar? Bayi?”

Mingyu memberikan isyarat pada Jaemin agar mendekat. Dengan ragu, remaja itu melangkah mendekati orang tuanya. Ia berdiri tepat di sebelah Mingyu, membuat Mina ikut menoleh ke arah Jaemin.

“Siapa?” tanya Mina bingung.

“Ini Jaemin, anak kita.”

Mina mengerutkan dahinya kemudian mentap Jaemin. “Nggak, anak kita baru lahir kemarin. Yakan bu dokter?”

Wanita yang sedari tadi mengantar mereka hanya diam. Sementara Jaemin masih tidak tahu harus berbuat apa.

“Itu udah tujuh belas tahun yang lalu sayang, sekarang anak kita sudah besar. Liat, ganteng kan anak kita?”

Little Thing | Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang