Part 19 : Heartache

1.6K 254 87
                                    

Warning: Chapter ini akan sangat mengundang emosi negatif pembaca, harap bersiap-siap. :)

Selamat membaca!

.

.

.

"Apa ini, Midoriya?" Todoroki Shouto, menatap bingung ke arah bingkisan sederhana–yang baru saja diletakkan di meja kerjanya.

Di hadapannya sekarang, Midoriya Izuku tersenyum lembut sambil berkata, "Ini karena Todoroki-kun selalu membantuku saat sedang kesulitan, aku juga terlalu sering merepotkan Todoroki-kun. Jadi ... terimakasih."

Shouto kemudian berdiri dari kursinya. "Midoriya, kau tidak perlu repot-repot melakukan ini. Aku memang ingin membantumu, jadi tak usah merasa sungkan."

Namun, yang bersangkutan malah menggeleng pelan. Pemuda hijau itu menunduk sebentar. Sambil meremas-remas tangannya sendiri, Izuku dengan gugup berseru, "B-bukan hanya itu!"

Si lawan bicara, lagi-lagi bertanya bingung, "Maksudmu?"

"A-aku ... terlalu banyak merepotkan Todoroki-kun, aku–"

Todoroki menghela napas. "Sudah ku bilang Midoriya, kau tidak perlu–"

"Ini juga untuk di masa lalu!" sela Izuku. Pernyataan terakhir Izuku, ternyata berhasil membuat atmosfer di seluruh ruangan Todoroki Shouto menjadi hening.

Sebelum pemuda setengah-setengah itu sempat bertanya lagi, si pemuda keriting memilih untuk menjelaskan langsung secara terang-terangan. Tanpa rasa takut, dan apa pun lagi untuk ditutupi. "Ini juga sebagai perminta-maafanku. Aku tahu, semuanya tak sebanding dengan perasaan Todoroki-kun yang kubuat terluka. Aku bahkan terlalu takut untuk meminta maaf dengan benar akan hal itu. Di tambah, aku juga banyak merepotkanmu akhir-akhir ini. Aku merasa tidak enak padamu, Todoroki-kun."

Suasana yang sebelumnya tegang mendadak berubah, ketika Todoroki Shouto–yang selalu diam, dan tenang –tiba-tiba saja tertawa agak keras. Midoriya Izuku tak tahu harus merespon bagaimana. Karena, ini pertama kalinya dia dapat menyaksikan si pemuda Todoroki tergelak secara langsung.

Tawa tersebut, nampak begitu indah.

"M-maaf, kau sangat lucu Midoriya." Todoroki mengusapi matanya yang sedikit basah. Sudah lupa, kapan terakhir kali ia tertawa selepas ini. "Aku sungguhan tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku."

"T-tapi–"

"Sungguh, kau tak perlu memikirkan itu. Sekarang, aku yang perlu bertanya. Mungkin ini tidak sopan, tapi ... apakah hubunganmu dan Bakugou baik-baik saja? Kenapa di tempatmu sepi sekali tempo hari?"

Walau Todoroki melempar pertanyaan itu dengan senyuman tulus–sebagai rasa peduli, tapi mendengar nama sang kekasih disebut ... tetap saja membuat hati Midoriya jadi nyeri lagi. Meski tak terhitung, sudah yang ke berapa kali.

Pemuda itu menggaruk pipinya bingung. "A-ah, Kacchan dan aku baik-baik saja. Kemarin hanya kebetulan dia pulang ke rumah orang tuanya, karena melupakan sesuatu."

Memang selalu seperti itu. Jika kau benar-benar mencintai seseorang, kau akan dengan sangat bodoh berusaha untuk selalu menutupi semua keburukannya.

Jadi, tak ada yang berubah dari sebelumnya. Midoriya Izuku juga tetap menyembunyikan aib itu, dengan menebar senyum palsu–seolah semua baik-baik saja. Pun ia cuma anak yang terlalu baik hati, karena tak mau membuat orang-orang di sekitarnya khawatir. Lebih dari itu, Izuku masihlah manusia yang cukup naif. Sebab meski sedikit, ia masih berharap kalau suatu saat nanti ... Katsuki akan kembali.

If We [Bakudeku/Tododeku] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang