Part 7 : The Festival

4.5K 537 159
                                    

Mungkin ini akan sangat lambat dan membosankan. Tapi, tetep saya berharap kalian suka. Hehe. Selamat membaca!

.

.

.

"Jadi ... mengingat sekolah akan mengadakan festival besar setiap tahun, Aizawa-sensei menyuruhku–selaku ketua kelas–untuk mengadakan voting. Intinya kita harus menyulap kelas menjadi semenarik mungkin karena akan sifat acara ini dibuka untuk umum." Iida Tenya menarik napas dalam sebelum berteriak, "Jadi, sekarang kita mulai votingnya!"

Semester awal berjalan dengan baik beberapa bulan ini. Iida Tenya–seiring berjalannya waktu–dianggap sebagai sosok yang dapat dipercaya untuk dilimpahkan tanggung jawab memimpin kelas.

Para anggota kelas di sini nampak bersemangat, tak terkecuali juga Midoriya Izuku. Namun, alih-alih ikut teriak–karena hampir semua orang sibuk berlomba tentang saran siapa yang paling benar untuk festival–pemuda keriting itu malah mengunci konsentrasi pada pemandangan luar jendela yang begitu asri untuk dilihat. Melihat itu, terasa begitu menenangkan untuknya.

Diskusi ramai–yang tadinya berisikan rebutan ide tentang maid cafe, pesta kostum, rumah hantu, dan sebagainya–tiba-tiba berubah menjadi pembahasan lain. "Sekarang, untuk festival olahraga. Kita butuh setidaknya enam orang member laki-laki untuk lari estafet. Siapa saja yang mau ikut atau kalian bisa sarankan siapa yang harus ikut!"

"Midoriya! Midoriya!" teriak beberapa anak laki-laki lain.

"Ha'i?" Izuku langsung tegang. Kaget tiba-tiba ditunjuk begitu, padahal dia yakin betul kalau sejak tadi sudah menyimak dengan benar. Belum apa-apa malah jadi tumbal. "Tapi–"

"Aku ikut!" Seorang di pojok belakang, berseru lumayan kencang sambil mengacungkan tangan. Yang mana. Seisi kelas langsung menoleh tercengang.

Iida terdiam sebentar sebelum menulis nama di papan. "Todoroki-kun, ya? Sudah kuduga, anak teladan di kelas–"

"Aku juga ikut!" Kali ini, sosok yang sangat Midoriya kenal mengajukan diri dengan sengaknya. Siapa lagi, kalau bukan orang yang duduk tepat di depan bangku Izuku–Bakugou Katsuki.

Semua member kelas mulai berbisik-bisik tentang, ada apa dan mengapa dua figur tampan berbeda kepribadian di kelas A–yang mana tak pernah terlalu mau berinteraksi dengan banyak orang–mendadak jadi terlihat ingin bersaing begini. Sang ketua tertawa kikuk, meski tak protes juga. "Bakugou-kun ga? Baiklah, siapa lagi yang mau ikut?"

Para manusia Kelas A masih sibuk berdebat dengan ramai, tanpa menyadari kalau Bakugou dan Todoroki sibuk saling menatap tajam dari kejauhan.

Sementara, Midoriya sibuk mengutuk diri sendiri dan memikirkan jalan keluar untuk bagaimana caranya agar aku tidak perlu ikut estafet?

.

.

.

"Midoriya, mau pulang bersama?"

Padahal yang ditawari belum menjawab, tapi manusia yang ada di depan malah spontan menggebrak meja saat berdiri dari posisi duduknya. Todoroki sudah menatap nyalang ke arah Bakugou, yang sama-sama balas memasang wajah menantang. Midoriya masih sibuk dengan barang-barangnya sendiri, sebab itulah ia tak sadar. "Ah, iya! Todoroki-kun tunggu sebentar, ya?"

Tanpa basa-basi, Bakugou melenggang pergi–walau ekspresinya nampak tak ikhlas.

"Anak itu kenapa, sih?" Mineta memulai bisikan.

Kaminari di sebelah mereka mengernyit. "Tidak tahu, mungkin ia selalu PMS setiap hari?"

Sahutan-sahutan lain pun berdatangan, pokoknya Shouto tak peduli.

If We [Bakudeku/Tododeku] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang