Kalau kalian cape banget sama book ini, aku tahu karena aku juga capek T-T lebih ke emosional sih. Jadi, aku cuma mau kasih warning kalau this chapter would be so emotional, dan semoga kalian tetap menikmati bacanya ya.
.
.
.
D-day Anniversary
Katsuki merasa aneh tentang hal ini. Belum lagi segudang pertanyaan juga berputar di kepala seperti, Bukankah ia cukup pantas untuk mendapat tamparan dari Izuku ... karena sudah lama tak pulang dan lari seperti pengecut?
Juga, apa ia pernah melakukan kebaikan besar di masa lalu ... sampai-sampai Izuku tak mau marah lagi padanya?
Selama seminggu ini, justru perlakuan baiklah yang selalu Katsuki terima dari sang kekasih. Izuku lebih sering memberi ciuman padanya. Bahkan, anak itu jadi lebih manja–sebab selalu meminta pelukan erat saat menonton film, atau ketika tidur–lebih dari sebelumnya.
Katsuki semakin bingung.
"Kacchan, aku pergi ke kampus dulu. Ada laporan yang harus aku revisi sedikit lagi. Nanti ... kita langsung bertemu di tempat, jam lima sore, ya? Aku pergi dulu!" pamit Izuku. Ia mencium sebentar pipi Katsuki, sebelum akhirnya melenggang untuk meninggalkan apartemen itu–menjadi sepi.
Bakugou–yang sejak tadi serius berpikir, dan menebak isi kepala Izuku–pun berakhir memilih untuk menyerah serta menerima keadaan yang ada sekarang. Barangkali, memang sudah seharusnya mereka berbaikan dan akur seperti ini. Mungkin juga, ia sungguh pantas mendapatkan kesempatan ketiga meski tanpa harus mengatakan apa-apa–karena itu yang Izuku mau.
Bisa jadi, ini adalah momen paling sempurna untuk mengulang semuanya dari awal–demi menjadi lebih baik lagi.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 siang. Katsuki memilih tidur setelah sarapan tadi karena memang kelasnya sudah libur. Selain itu, laporan magang dan proposal tugas akhir juga sudah ia selesaikan beberapa minggu lalu.
Lantaran sudah lama tak menghabiskan waktu di rumah, Katsuki pun memilih untuk memutar acara tv secara random. Tak lama kemudian, ia membersihkan sedikit kekacauan yang ada di dapur–sebab Izuku buru-buru ke kampus.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang.
Katsuki–yang baru sadar jika sudah menghabiskan waktu secepat itu–pun memilih untuk menyegarkan diri dengan cara mandi.
Saat aktivitas acak itu selesai dilakukan, tiba-tiba si pemuda jabrik menerima notifikasi pesan masuk dari ponselnya.
Itu dari Utsushimi Camie.
Bakugou-kun, bisa kita bertemu hari ini? Aku rindu padamu.
Benar, gadis ini. Katsuki sampai lupa untuk mengakhiri semua di antara mereka, karena sibuk memupuk mental–demi menghadapi kemarahan Izuku padanya. Jadi, tanpa pikir panjang ia pun membalas.
Baiklah, temui aku jam 4 sore di tempat biasa. Ada yang ingin aku sampaikan padamu.
.
.
.
"Bakugou-kun!" panggil Camie sambil melambaikan tangan. Senang, karena bisa melihat sosok tampan yang mengajaknya untuk bertemu hari ini. Memang, sekarang masih terlalu sore untuk datang ke bar. Ia bahkan tak bisa melihat siapa pun, kecuali customer lain–yang sama-sama kurang kerjaan–atau para pekerja bar di jam yang sama.
Bakugou tidak banyak bicara. Ia cuma balik membalas lambaian itu, sambil kemudian ikut duduk di samping gadis tersebut.
Camie tersenyum genit seperti biasa. "Mau pesan sesuatu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
If We [Bakudeku/Tododeku] End
Fanfiction(WARNING : MPREG! Jika tidak suka genre seperti ini, tolong jangan kunjungi lapak book saya. Sekian.) Ini adalah kisah, tentang Midoriya Izuku yang mencintai seorang Bakugou Katsuki. Cerita mengenai rasa sayang Izuku, juga sakit yang didapat ketika...