Part 11 : Decision

3.4K 398 280
                                    

Halo, apakah ada yang merindukan saya? Hahaha. 

Maaf ya, lagi sibuk jadi menyempatkan waktu untuk nulis sedikit kurang. 

Hal yang menarik dari semuanya adalah : Aku sedikit bingung dengan kalian, awal-awal pengen Izuku balikan sama Bakugou, tapi chapter kemaren semakin membuat saya bingung karena lagi-lagi kalian belok jadi pro ke Todoroki wkwkwkw. Manakah yang akan menang? 

Silahkan di dalam, resapi, dan selamat membaca. Semoga suka! 

.

.

.

Sumpah, Midoriya Izuku serasa mau mati.

Ia masih tersedak–seolah ada duri ikan yang tersangkut di tenggorokan–batuknya belum juga berhenti, malahan semakin keras. Orang yang duduk di sebelahnya jadi was-was.

Bakugou dengan panik buru-buru memukul agak keras punggung Izuku, sampai dia bisa kembali bernapas dengan benar. Si pemuda jabrik lantas mengambil sebotol air mineral, yang untung saja tadi iseng dibeli saat hendak membayar bungkusan makanan di kasir.

Air itu langsung disaut paksa, Izuku sudah tidak peduli.

"Pelan-pelan, Izuku." Punggung itu masih ditepuk-tepuk.

Midoriya akhirnya bisa menarik napas dengan benar. Butuh waktu beberapa detik untuk dia langsung melotot ke arah Katsuki. Bibir yang basah, diusap tidak santai. "Kacchan, tadi bilang apa?"

Izuku bertanya menagih jawaban, dengan intonasi yang kurang enak didengar telinga. Katsuki terkejut, sebab tidak pernah sekalipun mendengar sosok teman kecilnya begitu kesal. Semua orang juga tahu, jika anak itu tidak pernah bisa marah.

Andai Katsuki cukup sadar tentang sebrengsek apa kelakuannya.

"O-oi, kau–"

"Katakan tadi bercanda!" serunya berang.

Bakugou melotot kaget. "Hah? Apa?"

"Katakan kalau yang tadi Kacchan bilang itu bercanda!" Kali ini, kedua mata Izuku sudah merah. Ia tidak sedang bercanda, anak ini sungguhan marah.

Namun, Bakugou Katsuki enggan mengalah. Tidak untuk kali ini. "Aku tidak sedang bercanda."

Tubuh Midoriya Izuku mendadak terasa kaku.

"Tidak mungkin aku bilang, kalau itu bercanda. Aku serius mengatakannya, aku suka padamu! Aku ingin kita kembali lagi. Mana bisa aku membuat hal seperti itu sebagai lelucon?" lanjut Katsuki.

Sungguh, bukan seperti ini cara yang dia mau. Kalau boleh jujur, pemuda itu berharap bisa membuat persiapan yang lebih baik untuk menyatakan cintanya kembali. Namun entah kenapa, dorongan untuk mengatakannya pada momen sekarang sangatlah kuat.

Seolah, jika Katsuki tidak langsung mengatakannya saat itu juga ... ia bakal menyesal.

Tangan Midoriya Izuku sudah mengepal erat, ia menunduk dalam. Tidak menjawab apa-apa.

Bakugou merinding sendiri. Ia tidak mengerti, kenapa suasana di sekitar mereka tiba-tiba menjadi kaku begini.

"Keluar," kata Izuku pelan.

Seluruh tubuh Katsuki langsung menegang. "A-apa?"

"Aku bilang keluar!" serunya sedikit serak.

Bakugou mulai panik. Ia hendak mengulurkan tangannya, tapi langsung ditepis. "I-izuku, aku mohon aku–"

"Aku bilang keluar sekarang!" Izuku benar-benar berteriak, penuh amarah. Emosi yang sedang berusaha ia tahan selama ini, seakan pecah pada momen itu.

Midoriya Izuku lantas berdiri. Ia langsung menyeret sepihak tubuh Bakugou Katsuki yang menolak untuk pergi. Tanpa peduli apa pun lagi, anak itu dengan kasar segera mendorong si pemuda jabrik sampai keluar dari kamarnya.

If We [Bakudeku/Tododeku] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang