Part 8 : Closer

3.9K 492 137
                                    

Pemberitahuan: 

1. Book ini mungkin akan lumayan panjang, karena setidaknya masih ada 8 chapter lagi. bahkan lebih, jika tidak sabar mohon jangan memaki saya. huhu. 

2. Emosi kalian akan diombang ambing, karena bingung aja haha. 

3. Book ini sangat terstruktur karena saya udah bikin draftnya dari awal sampe end, jadi apapun bayangan angan-angan pembaca mungkin akan sangat kecewa. jadi mohon maaf sangat :(

Selamat membaca!

.

.

.

Cosplay cafe kelas A, sangat ramai dengan pengunjung–sampai-sampai, semua membernya kewalahan untuk menerima pesanan, menghidang makanan, dan melayani sesi foto kostum di photobooth.

Sebagai tambahan informasi saja, Midoriya Izuku sudah jauh merasa lebih baik daripada kemarin.

Sembari menerima sesi foto bersama, Izuku juga membantu tim lain untuk mencatat pesanan di cafe sulapan kelasnya. Anak itu memang tersenyum, tertawa, menyapa ramah kepada orang-orang yang berdatangan silih berganti–tetapi, pikirannya mengarah pada hal yang lain.

"Apa kau mau jadi kekasihku?"

Pernyataan Todoroki itu membuat Midoriya merenung semalaman.

Kemarin, dia memang terbaring lemah di ranjang ruang kesehatan dengan kepala yang pusing bukan main. Jangankan pulang, untuk turun saja Izuku harus dibantu oleh si pemuda setengah-setengah itu. Akan tetapi, bukan berarti ia tuli. Semua terdengar sangat jelas, tanpa celah. Shouto juga tampak serius dengan apa yang dilontarkan kepada Izuku.

Izuku tak bisa berhenti memikirkannya sedetik pun. Sejak bangun pagi sampai sekarang pun, tetap tidak bisa.

Walau di sepanjang perjalanan pulang Shouto sudah berkali-kali bilang, kau tak perlu menjawabnya sekarang. Jangan dipikirkan dulu. Namun, tetap saja.

Sekarang ... anak itu malah jadi tidak bisa berhenti barang sedikit saja, untuk tidak menatap kepada Todoroki–yang tengah sibuk menerima ajak foto pelanggan cafe mereka.

"Deku-kun, melihat siapa hayo?" Uraraka muncul entah dari mana, dengan mengenakan kostum yang luar biasa cantik–sambil tersenyum-senyum jahil. Ia lalu menyenggol pundak Izuku yang sibuk tergugu. "Ayo cepat, sapa dia." Dagu Ochako tertuju pada Todoroki Shouto yang sibuk tebar ketampanan–karena terpaksa.

Seketika itu, Izuku kelabakan dengan wajah yang sudah semerah tomat. "E-eh? Ano.. etto.. bukan begitu Uraraka-san aku–"

Entah ini sekadar perasaan Izuku semata atau bagaimana, yang jelas ia merasa jika Uraraka selalu berusaha keras untuk mendekatkannya dengan si pemuda Todoroki. Kan pusing.

"Sudah sana!" Midoriya didorong-dorong kecil agar segera menghampiri Todoroki.

Namun, anak itu menggeleng hebat. Karena nyali yang sudah ciut, Izuku lebih memilih untuk menatap dari belakang dibandingkan harus bertatap muka langsung. "Aku tidak mau, Uraraka-san!"

Si gadis tembam itu makin ngotot. "Sudah sana!"

"Ada apa ini?" Yaoyorozu Momo datang, menatap bingung ke arah dua manusia berbeda jenis kelamin itu. Heran, tidak paham mengapa mereka saling sibuk dorong-mendorong sampai Midoriya hampir saja tersungkur ke depan.

Melihat bantuan datang, Uraraka langsung tersenyum sumringah. "Ini, Momo-san ... Deku-kun daritadi menatap Todoroki-kun, tapi malu tidak mau menyapa duluan."

If We [Bakudeku/Tododeku] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang