Part 23 : The Beginning

4.2K 334 194
                                    

Warning : Konten book ini berisi m-preg jadi gausah kaget. Kalo suka ya dibaca kalo engga silahkan pergi ya .... Demi kenyamanan bersama. 

Selamat membaca ! Enjoy the last chapter! ^^

.

.

.

Izuku sedang diam merenung di ruang tengah sembari menonton tv–yang tidak benar-benar ia perhatikan. Pemuda hijau itu menikmati kekosongan dalam pikirannya, berusaha membuang segala hal bodoh yang terus mencoba untuk menghantui isi otak sendiri. Ingin melupakan sejenak semua hal ... semua yang membuatnya sedikit tidak waras seperti ini.

Sang ibu tersenyum kecil ketika melihat sang anak sibuk menyendiri. Wanita paruh baya itu lalu mendekat untuk sekadar mengelus pundak ringkih tersebut. Kemudian, ia menyodorkan cokelat hangat pada Izuku. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

Puncak kepala keriting itu dielus lembut, Izuku tersenyum sambil bergelung nyaman. "Tidak, aku hanya suka kesunyian saja akhir-akhir ini."

Ia hampir tidak pernah pulang, jadi momen kebersamaan bersama sang ibu sudah pasti sangat jarang. Izuku sedikit menyesal, karena di masa ibunya mulai renta dan kesepian begini ... ia malah sibuk berkorban seperti badut bodoh untuk seseorang. Ya, seseorang.

Namun, ia tak mau mengingatnya sekarang.

"Bagaimana keadaanmu? Membaik?" tanya Midoriya Inko–ibunya.

Izuku mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban. "Sudah lumayan mendingan, kaa-san tak usah khawatir."

Di momen langka, ketika pada akhirnya Izuku bisa mengobrol dengan sang ibu sedekat ini ... tiba-tiba saja pintu bel berbunyi. Inko hendak berdiri, tapi sang anak mencegahnya.

"Biar aku saja," jawab Izuku.

Awalnya, ia tak memikirkan hal yang macam-macam–sedikit pun tidak. Namun semua itu berubah ketika Izuku membuka pintu rumah, dan melihat siapa sosok yang datang petang-petang begini di hadapannya.

Bakugou Katsuki–sosok yang sangat ia kenal itu–mendadak saja berada di sana. Nampak sedikit pucat dan berkeringat, seolah ia habis lari beberapa kilometer sangat jauh sebelum sampai ke mari. Izuku ... yang awalnya sudah berniat memasang senyum kepada sang tamu, mendadak merubah ekspresinya jadi sangat datar.

Bahkan, raut marah pun nampak jelas–meskipun tanpa ia sadari.

"Mau apa kau ke sini?" Dingin, sangat dingin. Bukan seperti Izuku yang selalu Katsuki kenal.

Namun, Bakugou berusaha menahan rasa sakitnya ketika mendengar itu. Karena, ada hal yang jauh lebih penting untuk dibicarakan sekarang. "Aku ... aku..."

Izuku memutar matanya sebal. "Apa? Kau apa?"

Katsuki tahu ... sangat sulit untuk mengungkapkan isi hati sendiri, melihat bagaimana model perangai dan kepribadian–yang pemuda tersebut sendiri saja sadar, kalau dirinya adalah manusia paling buruk yang pernah ada di bumi ini. Namun tetap saja, pemuda jabrik itu tetap tak mau mundur.

"Aku membaca semuanya, Izuku ..." ucap Katsuki kemudian. Tak bisa memikirkan,  ucapan mana yang paling bijak untuk dijadikan pembukaan. 

Midoriya Izuku mengernyitkan kening bingung. "Membaca apa? Kau ini bicara apa, Kacchan?" Tentu, hal itu bukanlah suatu topik yang bisa langsung kau tangkap sekali dengar. 

Maka, Bakugou memutuskan untuk menarik napas sebelum menjelaskan. "Buku catatanmu," ucapnya, tak ingin bertele-tele. 

Izuku membeku sejenak. Ia lalu mencengkram gagang pintu tanpa disadari. "Apa?"

If We [Bakudeku/Tododeku] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang