Part 12 : Choice

2.5K 346 162
                                    

Bakugou Katsuki, menatap langit-langit kamarnya sambil separuh termenung. Tubuh pemuda itu sekarang terasa kaku, juga tidak bisa bergerak. Alasannya cuma satu, yakni karena ada Midoriya Izuku yang tertidur pulas–beralaskan lengan si pemuda jabrik sebagai bantal.

Sedikit mati rasa memang, tapi ia tidak tega juga untuk mengganggu sang pacar. Bagaimana Katsuki bisa sampai hati? Bahkan dengan kedua mata yang terpejam itu, bekas bengkak memerah akibat menangis nampak sangat kentara. Mustahil untuk menghitung berapa lama isakan Izuku berlangsung.

Akan tetapi yang jelas, si pemuda pirang tak memiliki pilihan lain kecuali menenangkan sang kekasih sembari memeluknya erat. Lalu membisikkan berkali-kali, aku mencintaimu sampai akhirnya Izuku terlelap. Lucu memang.

Tubuh yang terasa pegal ini, tidak sebanding dengan apa yang dirasakan Izuku. Jadi, haram bagi Katsuki untuk mengeluh. Lagi-lagi, ia tersenyum kecil.

Walau semua berakhir emosional seperti ini, tapi setidaknya untuk sekali lagi ... Izuku tetap memilih untuk jatuh ke pelukannya.

Puncak kepala keriting itu dielus, dan diendus. Entah sudah berapa kali ia melirik wajah polos itu sambil terkagum. Rasanya tak pernah bosan, begitu candu. Puncak kepala Izuku pun dicium lama.

"Ngh ... Kacchan?" panggil Izuku dengan suara parau. Merasa agak terusik.

Bakugou, sedikit merasa bersalah karena sudah membangunkan Midoriya yang kelelahan. Semua semata-mata lantaran tingkah usil dari tangan, dan bibir sendiri yang tidak bisa diam. Namun lagi-lagi, hatinya malah enggan diajak bersahabat. Katsuki justru merasa senang, sebab nama pertama yang dipanggil oleh sang kekasih ketika terbangun adalah namanya.

Bodoh memang.

"Maaf, maaf," ucap Katsuki sambil terkekeh. "Izuku kalau mau tidur, tidur lagi saja." Puncak kepala itu diusap-usap lagi, berusaha memperbaiki kesalahan dengan cara membujuk agar si kesayangan mau terpejam kembali.

Namun, yang didapati malah gelengan. Midoriya Izuku bergerak sedikit, merapatkan pelukannya di tubuh yang lebih besar itu dan menyamankan kepala di dada Katsuki. "Aku sudah tidak mengantuk, kepalaku pusing sekarang."

"Mau minum obat?"

Anak itu menggeleng lagi.

"Izuku, nanti kepalamu tambah sakit loh ..." Katsuki memperingati.

Jawaban itu malah membuat Midoriya Izuku tertawa.

Katsuki mengerutkan dahi, bingung sendiri. "Apa yang lucu?"

Izuku mengusapi matanya yang sedikit berair. "Kacchan, aku tidak apa-apa. Cuma pusing karena habis menangis."

"Tapi–" Ucapan Katsuki tergantung, karena pacar manisnya tiba-tiba memeluk semakin erat.

Izuku mendongak, menatap si pemuda pirang sambil tersenyum kecil. Mengabaikan kondisi wajah yang kacau akibat terisak beberapa jam lalu. "Kacchan, bisa protektif juga ya ternyata," godanya, lantas terkikik geli.

Tangan besar Katsuki terangkat untuk mengusap-usap rambut Izuku lembut, hingga ia menatap ke arah si pemuda Bakugou lagi. Dua mata itu pun bertemu.

"Tentu saja." Katsuki menatap dalam iris hijau tersebut. "Aku akan sangat protektif dengan orang yang kusayangi."

Mendengar itu, kedua pipi Izuku langsung bersemu merah. "K-kacchan!"

"Apa? Kau malu sekarang?"

Suasana romantis itu jadi buyar, akibat ledekan dari mulut Katsuki yang terdengar sangat menyebalkan. Izuku langsung memukul dada pacarnya keras, membuat yang bersangkutan mengaduh. "Salah sendiri, biasanya jahat denganku! Mana aku tahu kau bisa baik begini?"

If We [Bakudeku/Tododeku] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang