Part 3 : Monster, Human, Love

5.5K 657 210
                                    

Dulu saat masih TK, terdapat jam pelajaran yang paling disukai anak-anak di kelas. Apalagi jika bukan sesi membaca buku dongeng?

Di sana, semua anak bebas memilih buku-buku yang ada dalam perpustakaan mini. Apa pun itu– entah dongeng putri tidur, cinderella, sejarah Era Edo, mitos, atau bahkan asal-usul suatu tempat. Namun, yang mengejutkan dari semua itu adalah fakta ... bahwa Midoriya Izuku dan Bakugou Katsuki memiliki satu buku kesukaan yang sama.

Buku itu berisikan kisah dongeng kiasan yang selalu dibacakan sebelum tidur, baik oleh ayah Katsuki maupun ibu Midoriya. Lantaran hal tersebutlah, yang membuat semua anak menyukai buku itu. Pertama, si rambut jabrik adalah idola semua anak laki-laki. Jadi, selera Katsuki sudah pasti mempengaruhi semua orang sebaya. Alasan yang kedua, tentu saja karena si bocah hijau keriting merupakan figur favorit para anak perempuan.

Sehingga, guru mereka mau tidak mau membacakannya hampir setiap saat.

"Zaman dahulu ..."

Dikisahkan suatu peristiwa, di mana hidup seorang monster yang selalu merusak segalanya. Ya benar, merusak segalanya

Sebenarnya ketika ia dilahirkan–sama seperti manusia biasa—si Monster disuguhkan dengan dua pilihan yakni ... Apakah dia ingin menjadi baik atau buruk?

Namun, monster itu memilih untuk menjadi buruk. Ia merusak segala hal yang disentuh. Bahkan, setiap perkataan yang keluar dari lidahnya bisa membuat orang lain terluka hingga kehilangan nyawa. 

Akan tetapi suatu hari, ia kalah dalam sebuah pertarungan dan terluka parah. Kemudian tanpa sengaja, seorang manusia menemukan si monster itu. 

Manusia itu, begitu cantik dan baik hati.

Sosok itu pun mengobati luka-luka sang monster dengan hati-hati, serta memperlakukannya dengan lembut. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa ... si manusia mulai mencintai si monster.

Hingga tanpa sadar, sosok manusia polos itu terbelenggu dalam lubang siksaan yang dibuat oleh sang monster.

Bakugou Katsuki terbangun dari tidurnya. Kepala pemuda itu terasa pusing, entah apa yang membuatnya begini semalam. Padahal seingat Bakugou, ia sudah makan dengan benar–tak lupa juga untuk mandi, agar tidak menyisakan rasa pegal setelah tidur. Entahlah.

Ingatan samar-samar muncul dalam kepala Katsuki, nampak familiar. Hal yang paling dibenci oleh pemuda itu tak lain adalah setiap kali bermimpi, selalu saja muncul memori tentang masa kecilnya. Iya masa kecil remaja itu ... kenangan bersama Midoriya Izuku.

Ah ...

Teringat sepenggal dari mimpi yang hampir sama hampir setiap malam. Buku cerita itu, "Monster, cinta, dan manusia"

Sudah lama sekali ... Bahkan Katsuki lupa, ke mana buku dongeng lusuh favoritnya itu diletakkan oleh sang ibu. Firasat paling dominan sudah pasti, gudang.

Tanpa sebab yang pasti, mendadak seperti ada hal yang begitu mengganggu benaknya. Katsuki mulai memikirkan mimpi-mimpi itu, kemudian berpikir, "Dongeng itu ..." Ia bergumam tanpa sadar. "Bagaimana akhir ceritanya ya?"

.

.

.

Pelajaran Olahraga, adalah mata pelajaran yang paling Izuku benci sejak SD–bahkan sampai sekarang. Bukan cuma karena nilainya yang jelek, hanya saja berlari mengelilingi lapangan lebih dari 3 putaran ... sudah cukup untuk membuat pemuda keriting itu ingin tumbang.

Namun hal yang melegakan cuma satu, ini adalah permainan olahraga yang tidak berpasangan. Merupakan keuntungan tersendiri bagi anak itu, sehingga ia tak perlu bersusah payah untuk mencari teman yang mau untuk diajak masuk ke dalam satu tim. 

If We [Bakudeku/Tododeku] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang