Part 14 : Encounter

2K 274 71
                                    

Maafkan akan keterlambatan updatenya, semoga kalian tidak bosan sama book ini muehehe. Plus, book ini akan selalu bikin kalian kesal mungkin jengah, jadi tolong di nikmati saja sampai akhir oke? 

Selamat membaca!

.

.

.

Midoriya Izuku, tengah menatap lembaran proposal magang dengan wajah seperti akan muntah. Seharian ini, banyak mata kuliah yang melelahkan serta tugas yang menjijikan karena deadlinenya juga tak ada otak.

Saat ini, ia sedang duduk di kantin bersama Yaoyorozu Momo dan Uraraka Ochako. Sibuk menggigiti sedotan frappe sendiri–yang sudah tinggal seperempat gelas, sambil mendesah lelah.

"Ano ... Deku-kun? Kau baik-baik saja?" Uraraka bertanya dengan hati-hati.

Midoriya mengusap kepalanya gusar, tanda kalau ia sudah frustasi. Sekolah memang kadang melelahkan, meski dia sendiri sangat suka belajar. Akan tetapi, dunia kuliah ternyata berada di level berbeda–jauh lebih parah dari apa yang pernah dibayangkan Izuku.

Ia menghela napas sambil membekap wajah sendiri. "Aku tidak tahu, aku tidak tahu!" Sesi mengeluh ala Midoriya Izuku pun dimulai. "Aku harus mengisi apa di surat izin magang nanti? Aku saja belum dapat tempat untuk magang. Aku tidak punya koneksi seperti yang lain, semua firma hukum di sekitar tempatku sudah diambil oleh anak-anak beda kelas. Aku harus apa?"

Problematika calon peserta magang memang klasik. Meski begitu, dua gadis yang di sana juga tetap iba. Sebab, mencari tempat magang untuk mereka–jujur saja–tidak sulit itu. Fakultas Uraraka dan Yaoyorozu, bahkan mengizinkan mahasiswa untuk bergabung dalam satu kelompok jika ada kendala. Jadi, tidak bakal ada yang namanya drama kekurangan tempat. Berbeda jauh dengan kebijakan fakultas Midoriya.

"Sudah coba ke Pengadilan?" tanya Momo.

"Sudah diisi oleh teman sekelasku."

"Ja, kejaksaan?" Kali ini Uraraka mencoba memberi saran.

"Apalagi Kejaksaan. Semua orang rebutan untuk masuk ke sana."

Yaoyorozu angkat tangan, sudah seperti lomba cerdas cermat. "Kepolisian?"

Midoriya menatap malas. "Ano, Yaoyorozu-san? Aku sudah bilang aku sedang bingung, kan? Kalau semua instansi itu belum diisi, aku pasti takkan mengeluh pada kalian di sini sekarang."

Si gadis chubby, yang duduk di sebelah Momo–korban hardik Midoriya barusan–bergumam sebentar sebelum melempar pertanyaan lagi, "Bagaimana kalau di tempat Iida-kun? Aku dengar kakaknya kerja di firma hukum yang bagus juga."

Midoriya mendengus frustasi. "Andai saja bisa, aku pasti sudah ke sana dari seminggu lalu. Bisa kalian bayangkan? Fakultas bahkan memberi deadline pengajuan proposal dan mencari tempat magang maksimal hanya sampai 3 minggu. Sedangkan, tidak ada keringanan untuk tugas-tugas di setiap mata kuliah! Mungkin dekanku sudah tidak waras!"

Si pemuda hijau ini sangat jarang mengeluh, hampir tidak pernah malah. Namun untuk kali ini, jujur sudah sangat keterlaluan. Ia membekap wajah sendiri, karena sudah berada di ambang frustasi. Ekspresi Izuku sudah seperti akan menangis. "Rasanya aku ingin membelah diri saja ..."

Uraraka tidak bisa menjawab, karena ia jadi ikut bingung bagaimana nasib sahabatnya. Di sisi lain, Yaoyorozu cuma diam dan memilih untuk menyimak saja. Hingga tiba-tiba, suatu ide muncul di kepala Momo. Ia langsung berdiri dan menggebrak meja. Dua orang lain yang tengah duduk bersamanya sampai dibuat terkejut.

"Aku tahu aku tahu!" serunya antusias. "Midoriya-san, kenapa tidak magang di kantor yang besar itu saja?"

Izuku gagal paham. "Kantor besar? Yang mana maksudnya? Kalau Yaoyorozu-san bilang begitu, kantor besar kan banyak."

If We [Bakudeku/Tododeku] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang