09- Jakarta

45 9 0
                                    

H A P P Y 🐥 R E A D I N G

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H A P P Y 🐥 R E A D I N G

Nathalia mengerjab beberapa kali. Mereka sudah tiba di ibukota. Gedung-gedung menjulang tinggi membuat Nathalia sangat takjub, berbagai macam kendaraan lalu lalang di hadapan mereka. Nathalia memeluk lengan Calista. Dia sangat takut, karena ini adalah untuk pertama kalian nya ia melihat semua ini. Nathalia beberapa kali melihat kapal nelayan dan ia sangat bangga karena ini.
Bertahun-tahun Nathalia hidup di dalam hutan tidak mengetahui apapun, Dia tidak memiliki pengetahuan layak nya remaja pada umumnya. Dan, hari ini adalah hari kebebasan bagi Nathalia. Ia masih bisa merasakan hiruk pikuk dan padat nya kota.


Mereka menaiki mobil Oza, Calista dan Nathalia tidak pernah berhenti bicara di sepanjang perjalanan dan mengagumi kota ini.
Tiba-tiba seorang polisi menghentikan mobil yang mereka kendarai.


Oza membuka kaca mobil dan segera mengenakan masker. "Apa kalian ingin memasuki pusat kota?" Tanya salah seorang polisi tersebut, Oza menganguk dan segera keluar dari mobil di ikuti dengan teman-temannya.

Polisi tersebut menatap Oza dan teman-temannya satu persatu, hingga tatapannya jatuh kepada salah seorang perempuan yang membawa burung merak di pundaknya.

Polisi tersebut beralih menatap Oza. "Kalian di larang memasuki kawasan kota!" Tegas Polisi tersebut. Oza dkk yang mendengar hal itu mengernyit heran. Mengapa?

"Memangnya kenapa, Pak?" Tanya Arion.

Polisi tersebut menoleh menatap Nathalia.

"Apakah kalian akan memasuki kawasan kota dengan membawa se ekor burung merak?" Tanya polisi itu dengan menunjuk merak yang ada di pundak Nathalia.

"Tentu saja, Pak. Memangnya kenapa?"

"Kalian tidak boleh masuk! Kalian harus menyerahkan merak itu terlebih dahulu."

"Nggak! Nggak mau! Kenapa harus di sita?" Tanya Nathalia dengan nada terkejut, ia sungguh tidak rela jika burung meraknya harus di sita, enak saja! Nathalia sudah merawat nya dengan susah payah.

"Demi keselamatan kalian, karena hewan mudah menularkan virus!"

"Pokoknya nggak mau!" Teriak Nathalia.

Polisi itu tampak menjelaskan dengan sangat detail pada Nathalia. Tapi, Nathalia tetaplah Nathalia. Dia tidak mungkin mengerti apapun yang di jelaskan polisi itu.

"Harus mau dek demi keselamatan bersama."

Nathalia memandangi sekitar dan melihat masyarakat yang lalu lalang di hadapan mereka. Masyarakat tampak santai berkerumun dan tidak mengenakan masker. Lantas apakah beda nya mereka dengan merak kesayangan Nathalia ini. "Mereka gak di tangkap juga, Pak?" Tanya Nathalia. "Apa bedanya mereka dengan merak yang aku bawa. Mereka berkerumun dan gak pakai masker, bukan kah itu lebih berbahaya dan mengundang penyebaran virus semakin luas?"

Polisi itu diam seribu bahasa dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Nathalia. Seketika gadis hutan ini pintar dan mengetahui segala hal. "Harus adil dong! Kami dari hutan dan gak pernah bersentuhan dengan siapa pun. Dan mereka?" Nathalia menunjuk orang-orang yang melintas dari dekat mereka. "Mereka bertemu dengan siapapun, tidak memakai masker, tidak menjaga jarak dan juga berkerumun. Kenapa kalian tidak menegur mereka?"

Arion dan teman-temannya membelalakan mata, sangat tidak percaya dengan pernyataan yang baru saja di lontarkan oleh Nathalia. Dimana Nathalia yang kalem dan pendiam? Dimana Nathalia yang berbicara sangat rendah? Bahkan saat ini Nathalia berbicara dengan lantang membuat polisi diam tidak berkutik.

"Nat, udah." Arion mencoba untuk menenangkan Nathalia yang sudah tersulut emosi. "Emang nggak ada cara lain selain di sita, Pak?"

"Sekali lagi saya tekankan. Ini adalah peraturan! Kita hanya bisa menuruti. Kalian hanya perlu meninggalkan hewan itu, kami akan membawa nya ke kebun binatang. Dia akan aman disana."

"Kalau bapak gak percaya Merak itu baik-baik aja, kita bisa tes swab," ujar Ivan.

Ario memukul kepala Ivan dengan topi yang sedari tadi ia pegang. "Ya kali hewan di swab, goblok!"

"Mungkin aja. Kan, sekarang musim nya legend."

"Ada-ada aja lo!" Timpal Oza.

Setelah percekcokan yang sangat panjang, akhirnya mereka bisa pergi dengan merak yang ikut bersamanya. Sungguh sangat merepotkan.

"Dasar mata duitan!" Seru Ivan dengan sangat sebal sebab polisi itu tidak mau melepaskan merak Nathalia sebelum di sogok. Dan uang yang harus Ivan keluarkan bukan lah sedikit. Dan apakah kalian pikir teman-teman nya membantu Ivan? Tentu saja tidak. Mereka membiarkan Ivan membayar polisi itu sendiri, semua ini Ivan lakukan demi merak kesayangan Nathalia. Dasar merak tidak tahu diri!

"Ternyata polisi itu lebih pintar dari kita!" Puji Ivan, walaupun hatinya sedang berapi-api sekarang ini.

Kenzie tersenyum miris mendengar ucapan Ivan. "Jaman sekarang emang gitu, selama lo masih Goodloking dan good dompet semuanya aman."

"Emang dasar Indonesia mata duitan!"  cerocos Kayla yang sedari tadi anteng di kursi paling belakang bersama Lia.

"Yang mata duitan bukan Indonesia. Tapi, oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang hanya mementingkan perut mereka," balas Oza.

"Itu polisi bukan minta denda, tapi meras kita!" Tambah Ivan, memang hanya Ivan yang sedari tadi tak berhenti nyerocos, mengingat berapa nominal yang harus ia berikan pada polisi laknat itu.

"Udah, Van. Yang penting sekarang kita bisa nyampe rumah dan gak ada hambatan lagi," ucap Oza.

"Maaf ya, aku merepotkan kalian terus." Nathalia menunduk dengan rasa bersalah, Ivan menoleh ke belakang melihat keberadaan Nathalia. 

"Santai aja Nat," imbuh Ivan.

Mereka akhirnya sampai di halaman rumah Oza yang sudah di penuhi oleh orang-orang yang mengucapkan belasungkawa. Oza Dkk turun dari mobil menuju ruang tamu milik Oza.

Rumah ini sekarang rasanya sepi bagi Oza. Pria ini berdiri di ambang pintu dan memandangi rumah nya yang dipenuhi orang-orang yang mengenakan pakaian serba hitam. Rumah ini tidak memiliki keceriaan lagi, rumah ini seakan lenyap dibawa duka yang begitu dalam.

"Pa!" panggil Oza dengan air mata yang mengalir deras. Oza tidak cengeng, tapi dia hanya tidak menyangka, malaikat tak bersayap dalam hidup nya kini sudah pergi lebih dulu meninggalkan nya bersama ke abadian. Wanita itu segalanya bagi Oza, dia semangat nya Oza, dia surga nya Oza. Tapi, kini dia sudah di panggil oleh Tuhan.

The Virus 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang