16- Kakek tua

25 6 0
                                    

Kenzie pun pergi menemui Arion dkk. Sesampainya disana, Kenzie segera memberitahu bahwa Oza sudah terpapar virus dan mereka harus segera pergi meninggalkan kota tersebut.

"Huftt... Huffftt..." Napas Kenzie pun tersenggal-senggal karena harus berlari dari restoran menuju mobil, tempat pertama kali mereka sampai, dan jaraknya pun lumayan jauh. Arion dkk memandang Kenzie aneh. "Lo kenpa Ken kek gitu? Kek di kejar mak lampir aja lo!" Cibir Arion memerhatikan gerak-gerik Kenzie yang masih sibuk mengatur nafasnya.

"Lo dari mana aja? Oh iya, Oza mana? bukannya sama lo tadi," sambung Ivan.

"K-kita hh-harus." Ucapan Kenzie terpotong ketika Kayla menyodorkan sebotol air minum.

"Nih, mending lo minum dulu! Atur dulu nafas lo!" Suruh Kayla, Kenzie pun segera menerima air tersebut dan menegaknya hingga tandas.

"Kita harus segera pergi dari sini," ucap Kenzie sembari menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.

"Ha? Maksud lo? pergi gimana?" Tanya Calista tak paham dengan ucapan Kenzie.

"Kita harus segera pergi dari kota ini--" Kenzie menggantungkan ucapannya. "Tanpa Oza."

"Maksud lo? Kita pergi tanpa Oza gitu? bukannya Oza tadi sama lo? Kemana dia sekarang?" Tanya Calista.

"Oza terpapar virus dan dia nyuruh kita cepet pergi dari kota ini," ucap Kenzie lesu.

Arion dkk yang mendengar hal tersebut pun sangat terkejut. "Lo gak bohong 'kan? Pasti lo lagi nge-prank kita!" Ucap Kayla tidak terima, bagaimana Oza bisa terpapar virus. "Lo bohong kan, 'Ken? Jawab gue Ken? Lo pasti bohong kan?!" Bentak Kayla  dengan sura bergetar.

"Gue gak bohong Kay! Kita harus meninggalkan Oza disini. Dia gak bisa ikut sama kita, kita harus pergi. Itu pesan terakhir Oza."

"Nggak! Kita gak boleh pergi tanpa Oza! Gue gak mau!" Tukas Kayla.

"Kita gak boleh pergi tanpa Oza! Gue gak mau! Kita datang dari Jakarta ke kota ini bersama, maka kita juga harus mati bersama!" Imbuh Kayla.

"Gue setuju sama Kayla," ucap Calista.

"Tapi ini permintaan Oza, justru Oza makin marah kalo kalian masih maksain diri kalian untuk minta Oza pergi bersama kita lagi!" tegas Kenzie.

"Gue tetep gak mau, kalo kalian mau pergi, pergi aja gak papa. Gue mau di sini nemenin Oza," desak Kayla.

"Lo gak boleh ngomong gitu Kay. Lo gak boleh egois, lagian yang di bilang Oza juga ada benarnya. kita gak boleh mendekati Oza lagi apalagi meminta nya untuk pergi bersama kita lagi!" tutur Arion sembari menggendong Lia.

"Jadi kita harus gimana sekarang? Keadaan kita sedang tidak baik-baik saja, sedangkan orang di luar sana banyak yg menunggu kabar baik negara kita," ucap Calista.

"Gue tetep mau di sini!" lirih Kayla. Dengan suara ter senggal-senggal dan air mata yang mengalir di pipi nya.

Ivan membantah Kayla dan mengatakan. "Milyaran nyawa di seluruh dunia ada di tangan kita, kita harus merelakan satu nyawa demi menyelamat kan milyaran nyawa." Ivan memeluk Kayla dan mengelus pelan rambut gadis itu. "Disini gak ada satu pun orang yang rela ninggalin Oza, Kay. Dia sahabat kita, kamu semua juga sama. Kami semua juga gak mau meninggalkan Oza, tapi kita juga harus berpikir untuk keselamatan kita dan orang banyak di luar sana. Kita harus meninggalkan Oza."

Seketika suasana mulai hening.
Lagi-lagi Kayla tidak mau pergi dengan Kenzie dan yang lain. Dia hanya memikirkan nasib yang sedang di alami oleh teman nya yang sedang terpapar virus berbahaya itu.

Setelah meyakinkan Kayla, Kenzie dan teman-teman nya mulai pergi meninggalkan kota. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki.

Di perjalanan Nathalia tiba-tiba berhenti, otomatis yang lain juga ikut berhenti.

"Kamu kenapa?" tanya Arion.

"Kayaknya ada yang ikutin kita," jawab Nathalia, lalu menoleh kebelakang di ikuti teman-teman nya.
Tapi tidak ada orang, yang ada hanya bangunan yang terbengkalai.

"Nggak ada siapa-siapa kok," ucap Arion.

"Mungkin cuma firasat lo doang," tambah Calista.

Nathalia menganguk membenarkan ucapan Calista. "Mungkin, yaudah ayo jalan lagi," kata Nathalia. Mereka pun melanjutkan perjalanannya. 

"Huh hampir saja," ucap seseorang yang tengah bersembunyi, dan kembali mengikuti Kenzie dan teman-teman nya.

Yah, orang tersebut adalah Oza. Oza mengikuti teman-teman nya dari jarak jauh tanpa sepengetahuan Kenzie dkk.

Kenzie dan yang lain mulai berjalan melewati rel kereta api, namun sial gerombolan mobil menghalangi jalan mereka.

"Mereka siapa?" Tanya Ivan kepada teman-teman nya. 

"Gue nggak tau," jawab Kenzie.

"Gue juga nggak tau," ujar Kayla dan Calista.

"Apa lagi gue," kata Arion.

Orang-orang itu pun turun dari mobil, mereka tau bahwa Kenzie dan teman-teman nya akan pergi ke kota Hamilton.  Kota yang akan menjadi jawaban dari semua tekateki virus ini, orang-orang itu mulai mendekati mereka. Karena panik Kenzie dkk memilih untuk kabur, dan mereka malah berpencar. Nathalia pergi bersama Wisnu dan Lia, Arion bersama Ivan dan Kayla, Kenzie bersama Calista.

Arion, Ivan dan Kayla pergi jauh meninggalkan rel kereta api, tanpa mereka sadari mereka malah pergi ke arah dermaga yang sangat kosong, dermaga yang sepi dan gelap itu seperti menunjukkan sudah tidak ada lagi kehidupan disana.

"Kita dimana, udah gelap sepi lagi," ujar Arion sambil sesekali menetralkan napasnya yang ngos-ngosan.

"Sumpah sih ini sepi banget, gue jadi takut," ucap Kayla bergidik ngeri.

"Yaudah sih, untuk sementara waktu mending kita disini dulu sampai situasinya aman," jawab Ivan.

"Tumben bener lo!" Puji Arion sambil menepuk pundak Ivan.

"Lo pikir selama ini gue gak bener?" Tanya Ivan sambil menoyor kepala Arion.

"Dih, sakit anjir kepala gue!" Cibirnya lagi sambil sesekali melihat ke arah Ivan.

"Udah stop! Kalian kok malah bertengkar sih, mending sekarang kita mikirin gimana caranya kita keluar dari sini," ujar Kayla sambil berkacak pinggang di depan Arion dan Ivan.

"Ya mau gimana lagi, Kay. Disini juga gak ada orang," jawab Arion.

"Yaudah kita disini dulu aja, itung-itung cari aman dari orang-orang tadi." Ivan menjawab sambil melihat ke arah Arion dan Kayla yang sedang mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mereka pun duduk di salah tempat duduk disana, sambil memikirkan bagaimana mereka bisa keluar dari dermaga yang sepi ini. Mereka pun terkejut saat melihat ada sosok kakek tua yang sedang menghapiri mereka.

"Ini, ini buat kalian," ucap kakek itu sambil memberikan perahu karet yang dipegangny, kakek itu juga tampak menjaga jarak dari Ivan dan teman-temannya.

"Ini buat apa kek?" Tanya Arion dengan gugup.

"Ini perahu karet satu-satunya benda yang bisa kalian pakai untuk keluar dari dermaga ini," ucap kakek itu sambil melihat ke arah mereka bertiga.

The Virus 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang