14- Jebakan

18 7 0
                                    

"Nggak, tapi perasaan gue gak enak aja."

Oza memegangi kedua bahu Kayla. "Kay, kita gak punya banyak waktu lagi. Dan kita jangan buang kesempatan ini. Kita harus pergi sekarang, lo percaya sama gue. Semua pasti baik-baik aja."

Kayla menganguk lemah, dan kembali berjalan menuju bus bersama Oza.

"Ayo!" Ajak Oza bersama teman-teman nya.

Didalam mobil pun Kayla masih tidak tenang. Hati nya mendadak gusar hanya karena percakapan orang-orang tadi.

Bus yang mereka tumpangi melaju dengan cepat membelah jalanan kota. Kayla berdoa dalam hati, semoga tidak terjadi apa-apa dengan mereka nantinya.

Semua orang yang berada didalam bus sudah terlelap tidur. Kayla terusik ketika merasa bahwa udara di sekitar sangat lah dingin.

"Dimana ini," gumam Kayla sangat pelan, hampir tak terdengar oleh siapapun.

Kayla masih bingung memandangi keadaan sekitar. Pepohonan menjulang tinggi berada di sepanjang jalan. Jalanan yang mereka lewati juga tampak sangat sepi. Namun, Kayla sangat mengantuk dan kembali tertidur.

Nathalia menguap pelan, perlahan manik mata nya berkedip ketika merasa bahwa mobil tidak lagi bergerak. "Udah sampai kah?" Tanya Nathalia dengan sangat pelan pada siapapun yang mendengar nya.

Nathalia menggeser Lia yang ada di pangkuan nya agar tidur di pangkuan Arion. Nathalia segera berdiri dan mengintip dari jendela.

"Hah!" Nathalia terduduk, wajah nya sangat kaku. Melihat pemandangan yang telah ia lihat di luar sana.

Arion ikut terbangun karena teriakan Nathalia, Arion sontak terkejut melihat wajah Nathalia yang sangat syok. "Lo baik-baik aja Kan, Nat?" Tanya Arion.

Nathalia menggeleng dan tidak menjawab sedikitpun pertanyaan Arion. Gadis itu menoleh pada Arion dan menunjuk ke arah jendela. Arion segera berdiri dan melihat apa yang sebenarnya terjadi sampai Nathalia syok seperti itu.

Kini Arion pun ikut terdiam kaku. Semua orang di dalam bus di buat bingung.

Nathalia dan Arion lihat sampai mereka syok seperti itu.

"Dimana kita?" Tanya Ivan dengan sekujur tubuhnya yang mulai bergetar.

Yup, kini mereka semua berada di sebuah kota mati yang tidak berpenghuni. Gedung pencakar langit menjulang tinggi dihadapan mereka. Berbagai kendaraan mewah juga terparkir dengan sangat rapi di jalanan. Tapi, kota ini sangat sepi. Bahkan suara hewan pun tidak ada disini. Lantas kemana semua penghuni nya?

Oza segera menggendong Lia dan membawa nya keluar dari bus, di ikuti dengan teman-teman nya.

"Kenapa kita bisa ada disini?" Tanya Oza.

"Kita dimana?" Tanya Arion bertanya kembali.

Kenzie berjalan ke salah satu mobil yang kosong. Tidak ada penghuni di dalam mobil tersebut. Satu koran tiba-tiba terbang dan menyentuh sepatu Kenzie. Kenzie memakai kaos tangan nya dan mengambil koran tersebut. "Auckland city," gumam Kenzie.

Kenzie mencocokkan gambar yang ada di koran dan keadaan yang ada di depan mereka sekarang ini.

"Kenapa, Ken?" Tanya Oza.

Kenzie memutar tubuh nya dan menghadap semua teman-teman nya yang seolah menunggu penjelasan Kenzie. "Kita dijebak, kita gak di bawa ke Hamilton, kita berada di Auckland."

"Auckland?" Tanya Oza dengan sangat terkejut.

"Iyaa, Auckland," balas Kenzie.

"Kenapa dengan Auckland?" Tanya Calista.

"Tempat ini berbahaya," kata Oza membuat semua orang mengernyit. "Auckland kota dimana semua penghuni nya mati karena Virus, dan udara disini juga berbahaya."

Semua syok mendengar penuturan Oza. "Ini semua salah lo, Za!" Bentak Kayla.

"Lo kenapa sih?" Tanya Oza dengan heran.

"Kalo aja tadi lo dengerin omongan gue, kita gak mungkin berada disini. Gue udah bilang sama lo, tapi apa? Lo bilang kalo semua bakal baik-baik aja. Ini yang lo maksud baik-baik aja?!" Teriak Kayla dan mendorong tubuh Oza.

Oza mendorong tubuh Kayla dengan kasar, membuat gadis bertubuh mungil itu mundur beberapa langkah. Kenzie juga memegang tangan Kayla dan sigap kalau saja Oza salah langkah. "Tutup mulut lo, Kay. Gue gak mungkin biarin kalian celaka. Ini semua di luar kendali gue. Karena gue gak mau kita buang-buang waktu."

"Dan sekarang gimana?" Tanya Kayla setengah berteriak. "Kita sekarang emang gak buang-buang waktu, Za. Tapi buang nyawa dengan cuma-cuma."

"Stop!" Teriak Kenzie. "Udah! Sekarang kita berpikir gimana caranya kita bisa keluar dari kota terkutuk ini, bukan malah berdebat gak jelas."

"Kalian pergi, tinggalin gue sendiri disini!" Lirih Kayla.

"Kay, lo kok jadi bego gini sih?" Sarkas Arion.

"Lo mau pulang kan? Lo mau keluar dari kota ini? Silahkan, Ar. Pertanyaan gue cuma satu, gimana caranya? Lo mau pulang pakai apa dan darimana?" Kayla menunjuk bus yang membawa mereka ke tempat ini. "Dia udah pergi, lantas lo mau pulang pakai apa. Dia udah kabur. Cuma dia yang tahu jalan masuk dan keluar dari tempat ini."

Nathalia mendekati Kayla dan memegang kedua bahu gadis itu. "Kay, kamu gak boleh ngomong gitu. Selagi kita masih sama-sama percaya sama aku. Kita semua bakal kembali dengan baik-baik aja kok." Kayla menangis dengan histeris di dalam pelukan Nathalia.

"Nathalia benar," kata Ivan. "Gak ada yang sulit selagi kita masih bersama."

Oza mendekati Kayla dan memeluk gadis tersebut. "Maafin gue, Kay."

Kayla menganguk. "Maafin gue juga, ya."

Lia memberi masker kepada Oza dan teman-teman nya. Udara disini sangat lah berbahaya. Karena, udara ditempat ini telah tercemar oleh virus yang sangat mematikan.

Kini Oza dan teman-teman nya mulai berjalan dan menyusuri kota tersebut. Berharap mereka menemukan petunjuk agar bisa segera keluar dari tempat ini.

The Virus 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang