19-perjuangan 3

13 7 0
                                    

"KAYLAAA!!" teriak Ivan dan Arion bersamaan.

Gadis itu hanya mematung di tempat,  merasakan sebuah benda masuk ke dalam tubuh nya, Kayla menyentuh dada bagian kirinya yang terasa begitu nyeri.

Satu detik...
dua detik...
tiga detik...

Kayla jatuh bersamaan dengan lirihan kecil dari mulut nya.
"Maaf." Hanya kata itu yang di dengar oleh Ivan dan Arion.

Arion dan Ivan berlari menghampiri Kayla di tempat itu, namun tentara itu menghalangi keduanya.

"Kalian mau kemana?" tanya salah satu tentara yang menghadang mereka.

"Minggir! Teman kami terluka, sialan!" teriak Arion, lalu memberi perlawanan kepada tentara yang mencoba menghalangi jalan nya.

"Jangan teriak bocah bodoh!" salah satu dari mereka menjok wajah Arion sampai terhuyung kesamping.

"Cih, sialan!" umpat Arion,  melihat temanya terjatuh Ivan menghampiri
Arion dan membantunya berdiri.

"Lo nggak papa?"

"Gue ngga papa, gue ngerasa biar pun kita jelasin panjang kali lebar mereka nggak bakal percaya. Kalau misalkan kita mati disini. Gue nggak akan pernah menyesal datang kesini setidak nya gue bersyukur bisa bareng-bareng sama kalian, dan gue mati secara terhormat," kata Arion, dan menatap nanar Kayla yang terkapar di atas tanah dengan darah yang mengalir di dada kirinya.

"Gue juga nggak akan menyesal, kalau pun memang ini hari terakhir kita hidup. Gue nggak papa, mungkin perjuangan kita harus sampai disini. Setidaknya kita sudah berjuang, semoga yang lain hidup dan bisa mencari jalan keluar untuk virus sialan ini," jawab Ivan.

Bukanya mereka menyerah, tapi melihat keadaan seperti sekarang, kecil kemungkinan mereka bisa lolos dari tentara-tentara yang mengepungnya. Apa lagi para tentara membawa senjata, sedangakan mereka tidak.

"Kalau begitu maaf dan terimah kasih."

Dor!
Dor!
Dor!

Suara tembakan kembali terdengar bersamaan dengan itu, tubuh Ivan luruh ke tanah. Ia menyelamatkan Arion dari tembakan, karena mereka fokus berbicara. Mereka sampai tidak fokus memerhatikan sekelilingnya. Yah, karena merasa di bicarakan dan juga tidak mengerti apa yang Ivan dan Arion bicarakan salah satu tentara melepaskan tembakan yang di tujukan ke Arion tapi Ivan dengan sigap mendorong tubuh Arion, sehingga ia yang terkena tembakan.

"IVANN!" Teriak Arion, ia merangkak dan menghampiri sahabat nya.

"Kenapa lo nyelamatin gue? Biar pun lo nyelamatin gue ujung-ujungnya gue juga bakalan mati," ujar Arion.

Napas Ivan terengah-engah, Ia tidak bisa mengeluarkan suara, Di mulutnya sudah banyak keluar darah, akibat tiga peluruh yang mengenai punggungnya. Air mata Arion mulai menetes, di hembusan napas terakhir nya ivan memandangi Arion dan tersenyum. "Kalau lo berhasil hidup, sampaikan ke Indonesia kalau gue mencintai mereka." Mata nya perlahan-lahan mulai menutup.

"Ivan bangun! Jangan tutup mata lo, Ayo bangun." Arion  berucap lirih ia menepuk-nepuk pipi Ivan.

Arion bangkit lalu berkata, "Tentara biadap lo bakal menyesal!"

"Cih, drama murahan! Mending lo menyusul teman lo di neraka, penyusup!"

Dor!
Dor!
Dor!

Arion mendapat tembakan di bagian kepalanya di susul gelak tawa para tentara. Tubuh Arion jatuh di samping tubuh Ivan.

Di sisi lain Calista sedang tersesat di dalam rumah yg di penuhi dengan mayat.
Dia sangat kebingungan dimana tempat keluar nya, pintu yang dia cari juga tak kunjung di temukan. Tetapi juga percuma ketika dia menemukan pintu ruang mayat karena setelah itu dia tidak tau mau kemana lagi.

Calista menangis tersedu-sedu meratapi nasib yang dia rasakan saat ini.
"Kemana lagi gue harus pergi? Gue capek," lirih Calista sambil memijat pelipisnya.

Dia berjalan menuju ruang bekalang mayat tersebut dan Alhasil dia menemukan pintu di dekat kamar mandi yg sangat lusuh di sana, akhirnya Calista pun tak banyak bicara, dia menghampiri pintu ter sebut lalu membuka pintu itu perlahan.

Sedikit terdengar decitan dari pintu yg Calista buka.

Bruk!

The Virus 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang