Tepat satu minggu lagi akan diadakan PTS—penilaian tengah semester—karena itulah, Clara terlihat semakin giat belajar. Mau di rumah, di sekolah, ataupun di tempat les, dia akan selalu membawa buku catatannya dan membacanya setiap ada kesempatan. Tak lupa, dia juga menyelinginya dengan latihan soal-soal.
Jika PTS sebelum-sebelumnya Clara bisa belajar dengan tenang di manapun dia mau, namun tidak sekarang. Ada satu orang yang selalu mengikutinya ke manapun dia pergi jika dirinya berada di sekolah. Siapa lagi kalau bukan pacar pura-puranya alias Dewa? Lelaki itu bahkan seperti anak ayam yang mengikuti induknya, tak mau lepas dari Clara.
Clara menutup buku tulisnya dengan kesal. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya lantas melangkah dengan cepat menuju toilet karena dia tidak tahan lagi ingin buang air kecil. Sebelum dia memasuki toilet perempuan, dia berbalik dan menatap Dewa yang masih saja mengikutinya.
“Lo mau ikut masuk?” tanya Clara.
Dewa tersenyum jahil. “Boleh?”
Clara melotot. “Gila! Ini toilet cewek!” serunya, lantas memasuki toilet sembari mencak-mencak.
Dewa yang melihat tingkah Clara tak tahan untuk tidak menyemburkan tawanya. Dia memang membuat Clara kesal belakangan ini karena terus mengikuti gadis itu. Padahal niatnya baik, dia hanya ingin dekat dengan Clara dan menjadi teman gadis itu. Namun, sepertinya Clara lebih suka sendiri.
“Woi, Dewa!”
Dewa yang merasa namanya dipanggil pun menoleh. Lelaki itu melambai ke arah teman-teman satu gengnya yang berjalan menghampirinya.
“Lo ngapain di depan toilet cewek?” tanya Vino, salah satu anggota geng.
“Nungguin Clara,” jawab Dewa dengan santainya.
Dani menggeleng heran mendengar jawaban Dewa. “Kalian emang couple ter-wow! Nggak bisa lepas walaupun cuma satu detik?” guraunya.
“Lo harus berterima kasih sama kita-kita, Wa, minimal traktir kita sesuatu. Berkat kita loh akhirnya lo bisa pacaran sama Clara,” sahut salah satu anggota geng.
Dewa mengangguk-angguk. “Iya deh. Kalian mau apa? Entar gue traktir buat bentuk terima kasih.”
Teman-temannya pasti tidak tahu kalau dia hanya berpura-pura dengan Clara, namun dia tetap ingin mentraktir mereka sesuatu. Dewa senang berbagi dengan teman-teman satu gengnya. Bahkan, jika mereka kumpul-kumpul di suatu tempat selalu saja Dewa yang membayar makanannya.
“Serius nih? Entar malam deh, di café biasa. Oke?” ujar Dani. Dia tersenyum penuh arti, begitu juga teman-teman gengnya yang ada di sana. Sebenarnya beberapa dari mereka sengaja memanfaatkan kebaikan Dewa. Menurut mereka, Dewa mudah dibodohi dan dimanfaatkan, karena itulah mereka sengaja menerima Dewa ke dalam geng agar ada orang yang bertugas membayar semua makanan setiap kali kumpul-kumpul. Selain itu, Dewa juga tampan dan terkenal, membuat geng mereka mendapatkan perhatian lebih dari para siswa perempuan.
“Oke!” seru Dewa.
“Entar malam Dewa nggak bisa.”
Suara seorang gadis dari arah belakang tubuh Dewa membuat para lelaki yang ada di sana mengalihkan pandangannya. Mereka terbelalak mendapati sosok Clara berada di sana, gadis itu kini melangkah mendekat lantas berdiri di sebelah Dewa.
“Entar malam Dewa ada acara sama gue. Iya kan?” tanya Clara, gadis itu menatap Dewa dengan sorot tajamnya seolah menyuruh Dewa untuk mengiyakan ucapannya.
Dewa yang bingung pun hanya dapat mengangguk-angguk.
“Yah, ya udah deh kapan-kapan aja traktirannya. Kita duluan, Wa!” ujar Vino. Lelaki itu beranjak dari sana diikuti oleh anggota geng yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl (TAMAT)
Подростковая литература"Gue dapat dare untuk pacaran sama lo. Cuma satu bulan aja, mau kan?" "Nggak." "Kenapa?" "Gue nggak mau pacaran sama cowok bodoh." *** Clara hanya tahu tiga kata: belajar, belajar, dan belajar. Bagi gadis itu, hidup adalah untuk belajar dan belajar...