Happy weekend & happy reading😘
***
Atha sempat terkejut saat merasakan Clara memeluk pinggangnya dari belakang, namun lelaki itu tentu saja tak menolak, dia membiarkan Clara melakukannya. Sejak tadi dia ingin bertanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi, namun selalu dia urungkan, sepertinya nanti saja saat sudah sampai di tempat tinggalnya.
Kening Clara berkerut saat melihat motor yang dikemudikan oleh Atha berhenti di area apartemen. “Lo tinggal di sini?” tanyanya.
Atha mengangguk. “Ya.”
“Sendirian?” tebak Clara.
“Hm.”
Atha memarkirkan motornya di basement, kemudian beranjak turun diikuti oleh Clara. “Ikut gue,” ujarnya lantas berjalan menuju lift.
Clara mengangguk-angguk, mengikuti Atha dengan patuh. Lift mulai bergerak menuju lantai sepuluh, tempat di mana unit apartemen Atha berada. Ketika lift terbuka, kedua remaja itu berjalan bersisian menuju unit yang terletak di paling ujung.
“Masuk, Clar,” ucap Atha seraya membuka pintu apartemennya.
Lagi-lagi, Clara hanya mengangguk, melangkah masuk ke dalam apartemen Atha. Sampai di dalam, gadis itu menatap takjub ke seisi apartemen Atha yang terbilang luas untuk ditinggali oleh satu orang. Selain itu, apartemen ini terlihat bersih, menandakan kalau Atha rajin bersih-bersih, atau lelaki itu menyewa seseorang untuk membersihkan apartemennya? Entahlah, namun yang jelas, apartemen Atha enak dipandang karena tidak berantakan.
Lama mengamati apartemen Atha sampai tidak sadar kalau lelaki itu menyodorkan kaus dan celana pendek ke arahnya. Clara baru tersadar saat Atha berbicara padanya.
“Baju lo basah, lo bisa ganti pakai baju gue dulu. Mandi sekalian aja di kamar mandi, ada di dalam kamar gue,” tunjuk Atha ke salah satu ruangan yang merupakan kamarnya.“Oke, makasih,” tutur Clara. Mengambil baju dari tangan Atha, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar lelaki itu.
***
Atha yang tengah duduk di sofa sembari bermain ponsel langsung mendongak saat mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat. Lelaki itu tersenyum geli saat melihat kedatangan Clara. Baju yang dia berikan kepada gadis itu terlihat kebesaran hingga membuat tubuh Clara seperti ditelan oleh baju.
“Kebesaran,” ujar Clara dengan bibir mengerucut.
Astaga, terlihat imut sekali di matanya. Dengan cepat Atha memalingkan wajahnya ke arah lain.
Clara kini beranjak duduk di sebelah Atha. Gadis itu terdiam sejenak sebelum menatap Atha dan berujar, “Sekali lagi, makasih, Tha. Sorry gue ngerepotin lo.”
Atha langsung menggeleng. “Nggak. Lo nggak ngerepotin sama sekali.” Setelahnya lelaki itu terdiam selama beberapa detik dengan memandang Clara. “Apa yang terjadi tadi? Kenapa keadaan lo basah dan berantakan gitu?”
Clara bungkam. Dia bingung untuk memberitahu kepada Atha atau tidak.
“Gue khawatir sama lo dan gue kepingin tahu apa yang terjadi. Kasih tahu gue ya?” pinta Atha saat melihat Clara masih terdiam.
Pada akhirnya, Clara mengangguk. Sepertinya tidak masalah kalau dia bercerita kepada Atha.
“Tadi pas di parkiran, Ayu sama gengnya dan beberapa siswi yang gue tebak fans Dewa, dateng dan deketin gue. Awalnya gue nggak tahu ada apaan, sampai mereka nyiram gue pakai air, kayaknya air teh sama kopi,” tutur Clara dengan raut datarnya, gadis itu terdiam sejenak sambil mengingat-ingat. “Mereka juga ngancam gue beberapa hal, tapi intinya mereka nggak suka gue deket-deket sama Dewa, nggak suka hubungan gue sama Dewa.”
“Shit!” umpat Atha dengan tangan terkepal. “Lo diam aja?”
Clara mengangguk.
“Nggak ngelawan?”
“Nggak.”
Rahang Atha mengeras detik itu juga. Dia membayangkan Clara yang tengah di-bully dan tidak melawan. Tentu saja hal itu membuatnya geram. Teringat dengan seseorang, Atha kembali bertanya, “Dewa di mana saat lo ngalamin itu?”
“Dia di ruang paduan suara.”
Atha membuang napas kasar. “Dia nggak tahu yang lo alamin?”
“Nggak,” sahut Clara sebelum menunduk.
Atha yang melihat Clara saat ini dibuat tak tega. Lelaki itu meraih tubuh Clara lantas mendekapnya. Mulai detik itulah dia bertekad, bahwa dia tidak akan membiarkan Clara mengalami pembullyan lagi dan dia akan melindungi Clara. Soal Dewa? Sepertinya dia akan mulai mengibarkan bendera perang kepada lelaki itu, lelaki yang tidak dapat menjaga pacarnya denga benar.
***
Dewa tidak tahu apa kesalahannya sampai Clara tampak menghindarinya sejak pagi. Saat dia menjemput Clara, orang tua gadis itu berkata kalau Clara sudah berangkat pagi-pagi sekali. Hal yang membuat Dewa mendidih adalah saat mengetahui kalau Clara berangkat diantar oleh Atha. Dia tahu karena melihatnya sendiri di parkiran pagi tadi.
Dewa masih bungkam, dia tidak berkata apapun saat ini, mencoba untuk tetap berpikir positif. Sampai akhirnya saat jam istirahat, dia melihat Clara kembali menghindar darinya dan malah makan bersama Atha di kantin. Kali ini kesabaran Dewa sudah habis, dia pun melangkah mendekat ke arah meja kedua remaja itu.
“Lo kenapa hari ini?” tanya Dewa kepada Clara dengan sorot tajamnya.
“Nggak usah dijawab, Clar,” tutur Atha.
Detik itu juga Dewa beralih menatap Atha dengan sorot tak suka. “Lo nggak usah ikut campur.”
Atha tertawa mendengarnya. “Lo yang mulai sekarang nggak usah ikut campur urusan Clara.”
“Apa maksud lo ngatur-ngatur gue?” tanya Dewa dengan intonasi bicara yang terdengar tinggi.
Keributan di antara Dewa dan Atha sontak memicu rasa penasaran dari para penghuni kantin, atensi mereka kini tertuju ke arah dua lelaki itu.
Atha berdiri, kemudian membalas tatapan Dewa dengan tak kalah tajamnya. “Lo jadi pacar nggak becus. Cewek lo kena bully sama fans lo yang nggak beradab, tapi lo diam aja,” sindirnya.
“Hah?” sahut Dewa seperti orang bodoh. Kapan Clara di-bully? Mengapa dia tidak tahu.
“Lo nggak tahu kan? Kemarin lo malah ninggalin Clara sendirian di tempat parkir dan dia berujung kena bully sama fans-fans lo.”
Dewa menelan ludah dengan susah payah. Lelaki itu lantas beralih menatap Clara. “Clar, yang diomongin Atha ...”
Ucapan Dewa tak berlanjut saat dia melihat Clara berdiri dari duduknya. “Gue duluan, Tha,” tutur Clara ke arah Atha, dia mengabaikan Dewa di dekatnya.
Atha mengangguk. Setelah Clara menjauh dari pandangannya, lelaki itu kembali menatap Dewa. “See? Clara jelas-jelas nggak mau deket sama lo lagi. Jadi, jauh-jauh dari dia kalau lo nggak mau dia kena bully lagi.”
Setelahnya, Atha berjalan meninggalkan Dewa yang mematung di tempat, tidak berucap apapun, dan tidak bergerak sedikitpun. Sepertinya lelaki itu benar-benar terkejut dan masih berusaha untuk mencerna ucapan Atha.
Atha yang melihat keterdiaman Dewa mendengkus singkat, kemudian lelaki itu berjalan menuju kelasnya. Kalau tahu pada akhirnya Clara akan mendapatkan bully dari fans Dewa, sejak awal dia tidak akan mengusulkan dare kepada Dewa untuk berpacaran dengan Clara. Satu hal yang pasti, dia akan berusaha mengambil Clara dari Dewa, menunjukkan kepada gadis itu kalau hal yang tepat adalah bersamanya, bukan bersama Dewa.
***
Eits, tarik napas dulu. Cerita ini bakal happy ending kok😆
Vote-nya ditunggu hehe
Salam sayang,
Ai
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl (TAMAT)
Fiksi Remaja"Gue dapat dare untuk pacaran sama lo. Cuma satu bulan aja, mau kan?" "Nggak." "Kenapa?" "Gue nggak mau pacaran sama cowok bodoh." *** Clara hanya tahu tiga kata: belajar, belajar, dan belajar. Bagi gadis itu, hidup adalah untuk belajar dan belajar...