Bab 20 - Sang Pelaku

2.4K 325 3
                                    

Clara mengernyit saat Dewa terus diam sepanjang perjalanan ke sekolah, bahkan saat mereka sampai di sekolah, lelaki yang biasanya cerewet, banyak ngomong, dan murah senyum itu masih terlihat diam dengan wajah datarnya.

“Wa, lo kenapa?” tanya Clara sambil berusaha menyejajarkan langkahnya dengan Dewa.

Dewa menoleh sekilas ke arah Clara. “Gue udah tahu pelakunya.”

“Ya?” sahut Clara dengan mata membesar. Namun, dengan cepat gadis itu bisa menormalkan kembali ekspresinya. “Siapa pelakunya?”

“Gue tanya dulu. Apa yang bakal lo lakuin setelah ini?”

Clara terdiam selama bebearpa detik. “Gue nggak bakal ngapa-ngapain.”

“Lo nggak marah?”

Clara menggeleng sebagai jawaban.

“Shit, Clar! Dia bahkan bikin lo dipandang jelek satu sekolah. Setelah lo tahu pelakunya, lo nggak akan marah? Serius?” ulang Dewa.

“Kenapa gue harus marah, emang siapa pelakunya?”

Bola mata Dewa menajam, menatap tepat ke dalam bola mata Clara. “Entar gue kasih tahu.”

Setelahnya mereka kembali berjalan menuju ruang kelas. Saat tiba di dalam kelas, dapat Clara lihat kalau Dewa menatap ke arah bangku belakang dengan mata berkilat marah.

Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, Clara benar-benar tidak fokus. Baru kali ini dia merasa gelisah akan suatu hal, lebih tepatnya dia khawatir kalau Dewa yang sudah mengetahui pelakunya berangsur marah dan membuat kekacauan.

Tepat saat bel istirahat berbunyi, hal yang sempat membuat Clara gusar benar-benar terjadi. Dewa terlihat marah dan berjalan dengan langkah cepat menuju bangku belakang. “Wa,” panggil Clara. Namun, seolah menulikan telinganya, Dewa terus berjalan menuju bangku belakang.

“Lo,” tunjuk Dewa ke arah Ayu membuat gadis itu yang tengah sibuk bercengkerama dengan teman-temannya beralih menatap Dewa. “Kenapa lo ngelakuin itu ke Clara?”

Detik itu juga suasana kelas yang tadinya ramai di jam istirahat langsung hening. Seluruh pasang mata menatap ke arah bangku belakang.

“Gue tanya sekali lagi. Kenapa lo nyebarin chat itu ke semua orang? Clara ada salah apa sama lo?” tanya Dewa dengan intonasi bicara yang terdengar tajam.

Ayu menegang kaget detik itu juga. Gadis itu terbelalak, tampak begitu terkejut. Dia hanya mampu bungkam.

Seruan heboh mulai terdengar dari para siswa di kelas tersebut. Mereka memandang Ayu dengan sorot yang menunjukkan ketidaksukaan. Sedangkan Clara, gadis itu terbelalak, namun tak berlangsung lama dia kembali berwajah datar, menurutnya sudah dapat ditebak kalau Ayu pelakunya, karena itulah dia tidak terlalu kaget.

“Karena lo perempuan, gue nggak bakal ngamuk, apalagi Clara bilang dia baiknya nggak marah sama si pelaku. Kalau lo cowok, mungkin saat ini udah gue hajar. Tapi karena lo cewek, gue cuma mau ngasih satu peringatan. Jangan macam-macam lagi sama Clara,” ujar Dewa dengan tegas.

Clara yang melihat kalau Ayu menunduk dengan meremas roknya, gadis itu pun tampak takut kepada Dewa membuatnya merasa tidak tega. Untuk pertama kalinya dia merasa seperti ini. “Dewa, stop. Kasihan Ayu, jangan gitu lagi,” tutur Clara. Entahlah, dia biasanya tidak peduli dengan orang lain, tetapi kali ini dia merasa kasihan.

Dewa menghembuskan napas kasar. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Clara. Bagaimana bisa gadis itu masih membela sang pelaku yang sudah menjelek-jelekkannya?

Merasa tidak terima, tetapi tidak ingin membuat keributan, pada akhirnya Dewa memilih untuk melangkah keluar kelas.

***

Ayu yang tengah mengemas buku-buku dan alat tulisnya langsung terhenti saat melihat dua sosok berdiri di sebelah mejanya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi dan seluruh siswa telah pulang, sedangkan Ayu sengaja pulang telat agar tidak bertemu dengan siswa-siswa lain.

“Lo kenapa ngelakuin itu? Tadi lo belum jawab pertanyaan Dewa,” tanya Aji, salah satu sosok yang berdiri di sebelah meja Ayu.

Nina yang berada di sebelah Aji turut berujar, “Gara-gara lo, gue sama Aji jadi ikut dituduh sama Dewa. Sumpah! Kemarin gue sempet takut banget, bahkan ada beberapa orang yang ikut nuduh gue juga,” ujarnya dengan menggebu. “Lo kalau mau main-main, mending jangan sama Clara atau Dewa. Atau, nggak usah cari gara-gara deh. Lo cemburu kan sama hubungan mereka makanya mau nyebar gosip nggak bener biar Clara putus sama Dewa?”

Ayu masih bungkam, gadis itu menunduk dengan meremas roknya. Ketika Aji hendak kembali berujar, muncullah tiga siswi yang mendekat ke arah Ayu.

“Kalian ngapain Ayu? Nggak usah nge-bully, ya!” seru Bella, teman segeng Ayu.

Aji yang mendengar itu langung terbelalak. “Bully? Justru temen lo tuh yang habis nge-bully orang lewat chat yang disebar,” sindirnya, kemudian dia beralih menatap Nina. “Yuk, Nin, kita balik aja.”

Nina mengangguk. Namun, sebelum melangkah pergi, gadis itu menyempatkan diri untuk melempar tatapan tajam kepada Ayu.

“Anjir! Kok lo diem aja sih digituin?!” seru Naura, tampak tak terima.

Ayu mengangkat kepalanya dan tepat saat itulah seringaian muncul di wajahnya. “Gue diem sekarang, tapi setelah itu nggak akan gue diem aja.”

Tania yang melihatnya mengangguk setuju. “Of course, saatnya lo tunjukkin siapa diri lo. Jangan mau kalah lo dari Clara. Padahal lo duluan yang naksir Dewa, eh, malah Clara yang dapetin cowok itu,” tuturnya, seolah sengaja memanas-manasi Ayu.

Ayu mengepal kuat. “Yuk, balik,” ajaknya dengan senyum yang dipaksakan.

Ayu dan ketiga temannya berjalan beriringan menuju tempat parkir. Sesampainya di sana, terlihat beberapa siswa tampak menghadangnya dengan berdiri di dekat motornya.

“Lo yang namanya Kak Ayu?” tanya siswa itu, berjalan maju diikuti oleh beberapa siswa yang lain.

Seorang siswa berkacamata yang ada di sana berujar, “Kak Ayu kalau nggak tahu apa-apa soal Kak Clara, jangan lagi-lagi nyebar hal negatif. Kalau Kak Ayu macam-macam lagi, kita nggak akan diem aja.”

“Heh, kalian adik kelas nggak ngomongnya yang sopan ya!” seru Bella.

Salah satu siswi berambut kucir kuda mendekat. “Temen kakak tuh yang nggak sopan! Masa nuduh Kak Clara yang enggak-enggak!”

Setelahnya terjadi adu mulut di parkiran itu antara adik kelas yang membela Clara dengan tiga sahabat Ayu. Para adik kelas yang membela Clara itu adalah adik-adik kelas anak olimpiade sains yang sering diajar oleh Clara dan pernah ikut lomba bersama Clara.

“Stop! Gue minta maaf,” tutur Ayu, namun terlihat tidak tulus. Gadis itu lantas melangkah ke arah adik-adik kelasnya dengan raut datar. “Kalian pulang sekarang, jangan halangin jalan gue.”

Melihat Ayu yang tampak mengerikan seperti tengah marah, para adik kelas itu pun segera menyingkir dari sana.

“Pasti Clara udah nyuci otaknya mereka,” tutur Naura sambil menatap kepergian para adik kelas itu.

Ucapan Naura diangguki oleh Bella dan Tania.

“Clara melulu dibela-bela. Lo yang sabar ya, Yu,” tutur Naura sambil menepuk pundak Ayu.

Ayu bungkam. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Mengapa semua orang seperti berpihak pada Clara? Dia sangat tidak menyukai hal ini.

***

Adakah yang udah nebak kalo pelakunya Ayu?

Thx for reading! Vote and comment ditunggu, hehe.

Find me on:
Ig: ainjae133
Wp: ainamardhiyyah31/ainjae

Ambitious Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang