Bab 40 - Disetujui

2K 303 2
                                    

Met malming! Gue ga punya ayang, tapi pengen kencan😢 (abaikan).

***

Entah berapa lama Clara memeluk Dewa, yang jelas gadis itu sudah tenang dan berhenti terisak sekarang. Dewa sendiri tidak protes, lelaki itu tidak mempermasalahkan mau seberapa lama Clara memeluknya. Hanya saja, dia cukup risih ketika mendapati beberapa tetangga Clara yang lewat melihat ke arah mereka.

Clara melepaskan pelukannya dari tubuh Dewa. Gadis itu menunduk, dia tidak berani menatap Dewa. Baru kali ini dia merasa malu di depan orang lain. Diam-diam dia juga merutuki dirinya sendiri. Mengapa harus menangis di depan Dewa? Benar-benar memalukan. Bagaimana bisa dia menjadi mudah menangis jika bersama Dewa?

“Clar,” panggil Dewa. Lelaki itu tersenyum geli ketika melihat sang pacar yang terus menunduk sembari bergerak gelisah.

“Hm?”

“Coba liat gue.”

Clara menggelengkan kepalanya, menunduk semakin dalam.

Merasa gemas dengan tingkah Clara, Dewa merangkum wajah gadis itu lantas mendongakkannya. Sontak, Clara terbelalak.

Sembari mengulas senyum di wajah tampannya, tangan Dewa terulur lantas menghapus sisa air mata di wajah Clara secara perlahan.

“Kenapa lo nangis? Hm?”

Clara terdiam. Gadis itu menatap mata Dewa sejenak sebelum mengalihkan tatapannya ke arah lain.

“Nggak mau cerita?” tanya Dewa. Tangannya yang semula menghapus sisa air mata di wajah Clara, kini beralih menjadi mengelus pipi gadis itu dengan lembut.

“Bokap-Nyokap gue masih nggak setuju,” tutur Clara.

“Nggak setuju soal apa?”

“Mereka nggak ngebolehin gue ambil kedokteran, maunya mereka gue ambil teknik,” adu Clara.

Dewa mengernyit. “Lo nangis cuma gara-gara itu?” herannya.

“Itu bukan cuma! Tapi sesuatu yang serius dan menyangkut masa depan gue!” seru Clara, kemudian dia menatap Dewa dengan sorot kesal.

“Iya-iya, gue tahu itu serius. Tapi, apa nggak lo omongin baik-baik? Kenapa malah nangis begini?”

“Gue bingung mau ngomong gimana, gue juga nggak berani nentang mereka.”

Dewa menghela napas. Lelaki itu berpikir selama beberapa detik. “Coba lo omongin baik-baik dan bujuk orang tua lo. Mau gue bantuin ngomong?” tawarnya.

“Lo mau bantuin gue?” Clara bertanya balik.

Senyum Dewa terulas, lelaki itu menatap Clara dengan sorot lembut. “Jelas dong. Lo cewek gue, ya apapun masalah lo bakal gue bantu.”

“Thanks,” tutur Clara dengan senyum tipis.

Dewa mengangguk. “Yuk, ngomong sekarang,” ajaknya, kemudian meraih tangan Clara dan membawa gadis itu memasuki rumah.

“Loh, Bang Dewa?” heran Ares ketika melihat Dewa memasuki rumahnya sambari menggenggam tangan Clara.

“Halo, Res!” sapa Dewa dengan senyum. Lelaki itu beralih menatap sang pacar yang kembali berwajah datar. “Di mana orang tua lo?”

“Di ruang tengah.”

Dewa mengangguk. Lelaki itu menarik Clara untuk berjalan bersamanya menuju ruang tengah. Sampai di sana, dia terdiam sejenak ketika melihat orang tua Clara tengah berbincang dengan raut serius.

“Halo, Om, Tante,” sapa Dewa.

Kedua orang tua Clara menoleh. Mereka tertegun ketika mendapati Dewa berada di sana bersama Clara.

Ambitious Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang