Apakah dirinya serius menanggapi ucapan Vino? Tentus aja tidak. Dewa sengaja berkata kalau dia serius dengan Clara demi menutupi kebohongan hubungan yang sebenarnya. Kalau teman-teman segengnya tahu dia hanya pacaran pura-pura dengan Clara, bisa-bisa dare-nya gagal terlaksana dan motor ninja kesayangannya terancam.
Dewa sibuk menggulir media sosial miliknya sambil sesekali nimbrung dalam obrolan teman-teman segengnya. Sejujurnya sejak kemarin ada satu hal yang terus berputar-putar di kepalanya, hal yang membuatnya terpaksa untuk terus mengalihkan perhatian dengan bermain ponsel atau mengobrol. Dan hal tersebut berkaitan dengan Clara.
Setelah kunjungan ke rumah Clara kemarin dan bertemu dengan orang tua gadis itu, Dewa tak pernah berhenti terpikirkan mengenai omongan orang tua gadis itu, terutama tentang betapa Clara berempati rendah kepada orang lain atau bahkan makhluk lain. Tentu saja dia sendiri amat terkejut dan sempat tidak percaya saat mengetahui hal itu, namun setelah diingat-ingat lagi seperti apa tingkah laku Clara selama ini, sepertinya sekarang dia percaya kalau yang diomongkan orang tua Clara benar adanya.
"Oi, Wa, ada chat masuk tuh."
Suara Vino membuat lamunan Dewa langsung buyar. Lelaki itu menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Ibunya yang menyatakan bahwa wanita itu sudah berada di depan sekolahnya. Dia pun buru-buru bangkit dan menggendong tasnya, "Gue duluan," ujarnya lantas melambai dengan senyum lebar kepada teman-teman segengnya.
"Yo! Hati-hati!" sahut Vino dan anggota Geng Rajawali yang ada di sana.
Sebenarnya tebakan Clara benar kalau Dewa tidak membawa motor hari ini dan diantar-jemput oleh Ibunya. Bukan karena motornya rusak, tetapi karena akhir-akhir ini dia sering merasa tidak enak badan dan tidak berani untuk menyetir. Selain itu, dirinya juga sering bangun kesiangan diakibatkan asmanya sering kambuh dan membuatnya beberapa kali harus terjaga di malam hari. Dikarenakan bangun kesiangan, dia pun tidak berani menyetir motor sendiri, apalagi kalau bangun kesiangan karena kurang tidur, lagi pula ibunya yang menyuruhnya untuk berangkat dan pulang bersama.
"Bu," sapa Dewa dengan senyum yang mengembang.
"Masuk, Wa," ujar Ibu Dewa dengan membalas senyum di wajah tampan anaknya.
Dewa melangkah masuk ke dalam mobil, sebelum memakai sabuk pengaman, lelaki itu mengecup pipi Ibu tercintanya. Hal yang biasa dia lakukan sebagai bentuk ungkapan sayang lelaki itu kepada sang ibu.
Mobil yang dikendarai Ibu Dewa mulai melaju membelah jalanan. Sejak itulah senyum Dewa luntur dan berganti dengan raut serius. Lelaki itu memandang lurus ke depan, melanjutkan pikiran-pikirannya tentang Clara, terutama obrolan orang tua Clara dan Ares. Entah mengapa hal tersebut terus mengusik pikirannya sejak kemarin. Sempat terbesit satu pertanyaan aneh di kepalanya, Clara normal bukan? Gadis itu bukan psikopat?
"Mikirin apa?" tanya ibu Dewa saat lampu lalu lintas berubah merah. Beberapa kali dia mendapati Dewa melamun. Tidak seperti biasanya.
"Hah?" sahut Dewa. Lelaki itu terdiam sejenak untuk menimbang-nimbang sebelum menghadap sang ibu sepenuhnya. "Menurut Ibu, Clara gimana?"
Alis Ibu Dewa menyatu. "Clara pacar kamu?"
Dewa mengangguk-angguk sebagai jawaban.
"Kenapa kamu nanyain soal pacar kamu sendiri?" heran Ibu Dewa.
"Dewa cuma penasaran aja pendapat Ibu gimana. Menurut Ibu, Clara kelihatan normal nggak?"
"Pertanyaan kamu aneh deh. Ya jelas normal lah. Dia juga cantik dan kata kamu pintar kan?" ujar Ibu Dewa, kemudian mulai melajukan mobil saat lampu lalu lintas berubah hijau. Sesekali dia melirik ke arah sang anak yang tengah terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl (TAMAT)
Teen Fiction"Gue dapat dare untuk pacaran sama lo. Cuma satu bulan aja, mau kan?" "Nggak." "Kenapa?" "Gue nggak mau pacaran sama cowok bodoh." *** Clara hanya tahu tiga kata: belajar, belajar, dan belajar. Bagi gadis itu, hidup adalah untuk belajar dan belajar...