Bab 41 - Terbongkar

2.2K 325 0
                                    

Clara bergerak gelisah menanti Dewa yang tak kunjung menjemputnya, padahal lima belas menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Berulang kali dia mengirim pesan dan menelepon lelaki itu, tetapi tak kunjung ada jawaban.

“Mau Mama antar?” tawar Mama Clara ketika melihat sang anak belum juga berangkat.

Clara tampak menimbang-nimbang, kemudian mengangguk. Dia berusaha berpikir positif, bisa saja Dewa sudah tiba di sekolah dan lelaki itu lupa tidak membawa ponsel sehingga tidak dapat membalas pesan atau panggilannya.

Ketika sampai di sekolah, Clara terburu-buru keluar dari mobil sang Mama usai menyalami wanita itu. Pasalnya, bel masuk sekolah baru aja berbunyi nyaring. Selama hampir tiga tahun bersekolah di sekolah tersebut, dia tidak pernah telat satu kalipun.

Clara yang awalnya melangkah dengan cepat, seketika menghentikan langkahnya saat mendengar obrolan beberapa siswa yang melewatinya.

“Tadi gue lihat Dewa,” tutur salah satu siswi berambut kepang.

“Di mana? Kantin atau kelasnya? Nggak kaget gue mah kalau jawabannya itu,” sahut siswi di sebelahnya.

“Bukan! Gue lihat dia di rumah sakit Medika. Tadi gue habis jenguk temen sekelas gue di sana, terus gue lihat Dewa lagi dirawat. Awalnya gue ragu, tapi gue tanya ke salah satu perawat di sana dan ternyata beneran Dewangga,” beri tahu gadis berambut kepang itu.

“Gue baru tahu dia sakit-sakitan.”

“Nah, sama. Entar gue jelasin di kelas lanjutannya,” ujar siswi berambut kepang itu saat menyadari sosok Clara di dekatnya.

Saat siswi berambut kepang itu hendak melangkah, dengan cepat Clara meraih pergelangan tangan siswi itu. “Di ruang nomor berapa?”

“Ya?” sahut siswi itu, tampak terkejut.

“Di ruangan apa dan nomor berapa Dewa dirawat?” tanya Clara dengan sorot tajamnya.

Siswi itu menelan ludah, dia tampak gugup. “D-Di ruang Arimbi, nomor dua.”

“Thanks,” sahut Clara.

Setelahnya Clara berjalan cepat menuju ruang kelasnya dengan raut khawatir yang tercetak jelas di wajahnya. Dia sungguh khawatir saat ini, tetapi dia tidak mungkin bolos sekolah untuk menjenguk Dewa. Akhirnya, dia memutuskan untuk menjenguk lelaki itu sepulang sekolah.

***

Kabar Dewa yang masuk rumah sakit berhembus begitu cepat layaknya tertiup angin. Clara yang saat ini tengah makan di kantin beberapa kali menangkap dengar para siswa yang membicarakan hal itu.

“Clar, Dewa beneran sakit-sakitan?” tanya Naura, teman segeng Ayu yang juga mengaku sebagai fans Dewa.

Clara mendongak, menatap malas ke arah gadis yang pernah membullynya itu. Kali ini tidak ada rasa takut di wajah Clara. Dia terlihat seperti Clara yang berwajah datar dan tampak galak.

“Dia cuma sakit, itu aja,” jawab Clara.

Setelahnya datanglah beberapa siswi yang juga mengaku sebagai fans Dewa. “Ternyata Dewa penyakitan ya? Gue denger katanya dia sering masuk rumah sakit.”

“Terus kenapa kalau ternyata dia sakit dan sering masuk rumah sakit?” geram Clara. Gadis itu kini telah berdiri dari duduknya.

“Kenapa? Ya gue nyesel aja udah ngefans sama dia. Iya nggak?”

Ucapan siswi itu pun diangguki oleh para siswi yang lain.

Clara mendengkus kesal, bola mata gadis itu sudah berkilat marah. Apalagi saat ini para siswi yang pernah mengaku sebagai fans Dewa itu tengah mentertawakannya. Tangan Clara pun terangkat, terayun hendak menampar siswi itu. Namun, sebuah tangan lain mencegatnya. Clara menoleh dan mendapati Vino menangkap tangannya. Dia melirik ke arah Ardi, Atha, dan Dani yang berada di sebelah Vino.

Ambitious Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang