"Maksud lo? Suka sebagai lawan jenis?” tanya Clara, gadis itu mengangkat kepalanya agar bisa menatap wajah Dewa.
Dewa menunduk. Ketika menyadari bahwa Clara tengah menatap wajahnya, dengan tergesa lelaki itu menundukkan kepala Clara lantas mendekap gadis itu semakin erat.
“Nggak usah dijawab kalau lo bingung,” ujar Dewa dengan degup jantung yang bekerja melebihi batas normal. Diam-diam lelaki itu menggerutu dalam hati, dia menyesal sudah bertanya hal seperti ini kepada Clara. Bagaimana jika jawaban dari gadis itu membuatnya sakit hati? Bukankah dirinya sendiri yang akan rugi?
Clara membuka mulutnya. “Gue—”
“Kalau berdua-duaan, yang ketiga adalah setan.”
Suara dari seseorang membuat Dewa kontan melepaskan pelukannya. Lelaki itu menatap ke arah seseorang yang sudah merusak suasana. Dia berdecak ketika mendapati Vino dan dua anggota Geng Rajawali tengah berada di sana dengan senyum menggoda, kecuali Atha yang menampilkan wajah datar.
“Vino sialan,” gumam Dewa dengan lirih.
Vino, Dani, dan Atha melangkah mendekat ke arah Dewa. Mereka melirik Clara sesaat sebelum beralih menatap Dewa.
“Pantesan gue cariin lo di base camp atau deket panggung nggak ada, ternyata lagi berduaan sama Clara di sini,” goda Vino sembari menyenggol-nyenggolkan bahunya kepada Dewa.
Dewa berdecak. “Apaan sih lo.”
Tatapan mata Dewa beralih ke arah Atha. Dia berdecak kesal ketika melihat teman satu gengnya itu tengah memandangi Clara dengan sorot lekat. Alarm tanda bahaya muncul, dengan cepat Dewa menarik tangan Clara dan menggenggamnya, membawa gadis itu ke belakang tubuhnya.
“Yang lain mana?” tanya Dewa ketika tidak mendapati anggota geng yang lain.
“Mereka di base camp lah. Kita mau balik ke sana, lo mau ikut nggak?” tawar Dani.
Dewa tak menjawab, lelaki itu justru beralih menatap Clara yang terdiam sejak tadi. “Kalau gue mau ke sana, lo mau ikut nggak?” tanya Dewa.
“Ikut,” jawab Clara sembari menatap Dewa dengan raut datarnya yang khas.
“Gue boleh bawa dia kan?” tanya Dewa kepada ketiga temannya yang dijawab anggukan oleh mereka.
Kelima remaja itu berjalan bersama menuju base camp anggota Geng Rajawali yang terletak di area belakang sekolah. Sesampainya di sana, pemandangan yang menegangkan terlihat. Para anggota Geng Rajawali tengah berkelahi dengan beberapa siswa yang berasal dari sekolah lain. Terkejut, Vino, Atha, Dani, dan Dewa bergegas menghampiri teman-teman mereka dan melerai perkelahian tersebut.
“Udah, stop,” ucap Dewa sembari menahan tangan salah satu temannya.
Seorang siswa lelaki dengan lebam di wajahnya mendekat ke arah anggota Geng Rajawali. Dia menyeringai. “Payah kalian.”
“Mau apa kalian? Ngapain ke sekolahan gue?!” teriak Vino dengan mata melotot.
Salah satu siswa anggota geng dari sekolah lain meludah. Dia menatap Vino dengan sorot meremehkan.
“Ngapain? Ya mau ketemu cowok-cowok payah kayak kalian,” tunjuknya ke semua anggota Geng Rajawali.
“Sialan lo!” seru Dani yang terlihat menahan amarah. Dia sudah tidak tahan lagi dengan para lelaki di depannya. Mereka adalah anggota Geng Lion dari sekolah sebelah, musuh bebuyutan anggota Geng Rajawali.
Di saat para anggota Geng Rajawali dan anggota Geng Lion mulai adu mulut sembari menahan emosi, Clara memperhatikan kelakuan para lelaki itu dengan sorot datar. Merasa bosan melihat perdebatan, Clara beranjak duduk di salah satu bangku yang berada di sana, mengamati para lelaki yang mulai adu jotos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl (TAMAT)
Подростковая литература"Gue dapat dare untuk pacaran sama lo. Cuma satu bulan aja, mau kan?" "Nggak." "Kenapa?" "Gue nggak mau pacaran sama cowok bodoh." *** Clara hanya tahu tiga kata: belajar, belajar, dan belajar. Bagi gadis itu, hidup adalah untuk belajar dan belajar...