Clara merebahkan diri di atas kasur usai mandi. Tubuhnya benar-benar lelah, ini semua karena dia terlalu berambisi saat bermain futsal tadi. Sudah lelah-lelah, ternyata kemenangannya hanya dihadiahi penghapus papan tulis, spidol, dan sapu untuk kelas. Mendadak, Clara kesal mengingatnya.
Mata Clara melirik meja belajar dan tumpukan buku-bukunya yang sudah memanggil-manggil, namun gadis itu hanya mendengkus dan memilih untuk memejamkan matanya. Sepertinya khusus malam ini dia akan puasa belajar, hanya malam ini saja.
Baru saja mata Clara terpejam, suara pintu kamar yang dibuka dengan keras membuat gadis itu kembali membuka matanya. Dia menatap dengan sorot tajam ke arah manusia menyebalkan yang memasuki kamarnya tanpa permisi.
Ares, adik Clara yang satu itu memasuki kamar kakaknya sembari memegang ponsel. Dia tak mempedulikan tatapan tajam dari Clara dan memilih untuk melanjutkan langkahnya lalu duduk di tepi ranjang.
“Clar, gue lagi chat sama Bang Dewa,” ujar Ares.
“Gue nggak tanya,” sahut Clara sembari memejamkan matanya. Dia terlampau lelah untuk meladeni adik menyebalkannya.
Ares terdiam sejenak, tampak mengetik sesuatu di ponselnya. Lelaki itu lalu kembali menatap sang kakak. “Bang Dewa nanyain nih, lo di-chat kok nggak bales?”
“Paketan habis,” jawab Clara sekenanya.
Ares mengangguk-angguk, kemudian lelaki itu kembali mengetik sesuatu di layar ponselnya. “Bang Dewa nanya lagi, lo entar malam datang nggak?”
Clara membuka kedua matanya, gadis itu mengernyit. “Datang ke mana?”
Sebagai perantara, Ares membalas pesan Dewa sesuai dengan pertanyaan Clara. Setelah mendapat balasan dari Dewa, adik Clara itu kembali berujar, “Dateng ke acara malam puncak HUT sekolah, masa lo lupa? Gitu kata Bang Dewa.”
Clara manggut-manggut. “Oh, itu, gue nggak datang.”
Ares lanjut mengetik sesuai dengan jawaban Clara. Saat Dewa membalas pesannya, Ares sebagai perantara berujar, “Sampein ke Clara kalau gue bakal jemput dia jam tujuh malam, sayang kalau nggak datang, guest star-nya bagus-bagus. Gitu kata Bang Dewa.” Sedetik kemudian, Ares berseru girang,
“Serius nih Bang Dewa mau ke sini? Suruh datang setengah tujuh aja, ya? Gue pingin ngobrol sama dia.”Clara melongo melihat respon adiknya. “Eh, gue bilang nggak datang! Balas gitu!” seru Clara.
Ares menggeleng dengan wajah menyebalkan. “Nggak mau, gue udah terlanjur balas, Clara mau datang, Bang, dan Bang Dewa disuruh jemput setengah tujuh,” ujarnya.
“Gue nggak bilang begitu! Hapus pesannya!” teriak Clara.
“Nggak mau!” balas Ares sembari memeletkan lidahnya, lelaki itu langsung kabur dari kamar Clara begitu melihat sang kakak melotot galak.
***
Dewa benar-benar datang ke rumah Clara malam ini, dia bahkan sudah sampai sebelum pukul setengah tujuh. Lelaki itu kini tengah duduk manis di ruang tamu sambil sesekali menimpali ocehan dari Ares.
Sedangkan Clara, gadis itu tengah menatap isi lemarinya, dia bingung akan memakai baju apa, pasalnya baru kali ini dia hendak datang ke acara malam puncak HUT sekolahnya. Tahun-tahun sebelumnya, Clara tidak pernah datang karena acara malam puncak HUT sekolahnya selalu diadakan sampai tengah malam. Selain itu, terlalu ramai, banyak orang asing karena acaranya memang untuk umum, tidak hanya untuk warga sekolah.Clara mengingat-ingat pakaian yang dikenakan Dewa. Kalau tidak salah, tadi lelaki itu memakai celana jeans dan jaket denim serta dalaman kaus. Clara memutuskan untuk memakai pakaian yang sama seperti Dewa, mengambil kaus, celana jeans, dan jaket denim, kemudian memakainya. Gadis itu lantas mematut dirinya di depan cermin, mengangguk-angguk, menurut Clara memakai pakaian seperti ini bagus juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl (TAMAT)
Novela Juvenil"Gue dapat dare untuk pacaran sama lo. Cuma satu bulan aja, mau kan?" "Nggak." "Kenapa?" "Gue nggak mau pacaran sama cowok bodoh." *** Clara hanya tahu tiga kata: belajar, belajar, dan belajar. Bagi gadis itu, hidup adalah untuk belajar dan belajar...