RATU AURORA | 05

36K 3.9K 4.1K
                                    

HAPPY READING

~~~

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Den Levin baru pulang?"

Bi Yem yang kebetulan berada di ruang tamu bergegas mendekati Levin saat cowok itu baru saja masuk dari pintu utama rumahnya.

"Papah pulang Bi?" tanya Levin balik tanpa menjawab pertanyaan Bi Yem saat tadi dia tidak sengaja melihat mobil Papa-nya terparkir di garasi.

Tumben sekali Papa-nya itu pulang ke rumah. Masih tau jalan pulang pria itu rupanya. Kirain sudah amnesia dan tersesat tidak tahu dimana.

"Iya Den. Tuan baru aja nyampe rumah satu jam yang lalu."

"Sama perempuan itu lagi?" tanya Levin yang sontak membuat Bi Yem terdiam. Haha tentu saja Levin sudah tahu dan sangat hafal dengan sifat Papa-nya itu.

Akan sangat mustahil sekali rasanya jika Nugraha pulang tidak membawa wanita sialan itu ke rumahnya. Tanpa memikirkan perasaan putra-nya yang terluka.

Wanita itu, wanita yang sangat Levin benci dari dia kecil. Wanita yang sekarang berstatus sebagai Mama tirinya tapi Levin sendiri tidak akan pernah sudi menganggap dan menyebutnya seorang Mama.

Sebab wanita itu sudah merebut kasih sayang Papa-nya yang seharusnya sepenuhnya untuk dia. Apalagi setelah Mama-nya pergi untuk selama-lamanya.

Wanita itu sudah membuat dia kehilangan sosok ayah dan pelindungnya.

"Yaudah kalau Bibi ga mau jawab. Levin mau ke kamar dulu."

"Hm. Iya Den. Tuan pulang sama perempuan itu lagi," jawab Bi Yem ragu.

"Oh oke Bi. Biarin aja."

"Iya Den.... Tapi Den... Anu...Den Levin mau Bibi siapin makan malam nggak? biar bibi anter ke kamar? Kayaknya Den Levin juga belum makan kan? Lemes banget soalnya, mau dimasakin apa bilang aja ke Bibi ntar Bibi masakin," ucap Bi Yem menatap tampang kusut Levin prihatin.

"Ga usah Bi. Levin ngantuk. Mau istirahat aja."

"Hm. Yaudah deh Den. Kalau ada apa-apa cepat bilang bibi ya Den."

"Iya Bi."

Levin berjalan menuju tangga hendak menaiki lantai atas setelah sedikit berbincang dengan Bi Yem. Namun, saat baru sampai di tangga ketiga, suara seorang yang sangat dia kenal dan sudah lama tidak dia dengar itu tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Darimana aja kamu?"

Levin menoleh. Satu sudut bibirnya terangkat saat melihat keberadaan Papanya. Nugraha di belakang sana.

"Papah peduli?" tanya Levin yang kemudian kembali menaiki satu tangga.

"BERHENTI KAMU LEVIN! PAPAH LAGI BICARA SAMA KAMU! BISA SOPAN NGGAK KAMU SAMA ORANG TUA?"

"Heh." Levin memutar tubuhnya sambil tertawa remeh.

"Orang tua? sopan Papah bilang?"

"Papah lagi kesambet apaan? Kesambet dimana? Ga salah Papah nanya gitu ke Levin?"

"Emang sejak kapan Papah peduli dengan sikap dan sopan santun Levin? Emang sejak kapan Papah peduli dengan kehidupan yang Levin jalani? Terus ngomong-ngomong soal orang tua. Emangnya Papah ngerasa pantes disebut orang tua?"

"Butuh kaca ngga?"

"Bukannya selama ini Papah gak pernah peduli sama anak yang ada di depan Papah ini? bukannya selama ini Papah juga udah lupa dengan peran Papah sebagai orang tua?"

Ratu AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang