RATU AURORA | 09

13.6K 1.4K 294
                                    

Happy Reading

Persetan dengan isi fikirannya yang tidak karuan, Ratu berlari meninggalkan Amel dan Kesya dari pinggir lapangan basket tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Loh Tu. Lo mau kemana?"

"Loh. Kenapa lagi sih itu anak?"

Kesya dan Amel menoleh, menatap bingung satu sama lain sambil menaikkan bahu mereka karena tidak mengerti dengan keanehan dan perubahan sikap Ratu yang tidak seperti biasanya akhir-akhir ini.

Dulu, waktu Ratu baru pindah ke SMA Aries, mereka melihat sosok Ratu sebagai seorang gadis yang ceria dan sangat periang. Dulu Ratu sering tertawa dan terlihat sangat bahagia menjalani hari dalam hidupnya. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Semuanya berubah. Ratu lebih sering diam, murung, melamun, tidak bersemangat, bahkan sering bolos pelajaran tanpa mereka tahu alasannya apa.

Padahal Ratu itu termasuk salah satu siswa pintar yang bisa dibilang kutu buku meskipun tidak terlalu cupu. Dulu dia sering menghabiskan waktunya di perpustakaan pada jam-jam tertentu jika tidak ada guru. Tapi sekarang untuk mengerjakan tugas saja dia bahkan jarang.

Tanpa berniat mengejar Ratu yang sudah menghilang dari pandangan mereka. Kesya dan Amel memilih untuk melanjutkan aktivitas caper mereka ke anak basket SMA Aries. Toh nanti juga mereka akan bertemu lagi di kelas.

Sementara di tempat lain alias di sepanjang koridor, Ratu masih berlari menuju kelas Levin untuk mencari cowok itu. Entah kenapa, Ratu juga tidak mengerti. Hanya saja hatinya tergerak sendiri untuk melakukan semua ini.

"Gue yakin lo ngga masuk hari ini."

"Iya Non silahkan di makan. Ga usah sungkan. Ngomong-ngomong. Udah baikan ya Non. Sama Den Levin? Tumben banget Den Levin kelitan semangat banget pergi sekolah? Mukanya kayak lagi bahagia gitu tadi bibi liat. Apalagi waktu nyuruh bibi nyiapin sarapan buat Non."

"Palsu. Semuanya palsu. Lo nggak se bahagia itu. Lo juga nggak mungkin semudah itu minta maaf dan biarin gue pergi kalo ngga ada apa-apa."

"Please Levin lo jangan gila. Lo ngga boleh ngelakuin hal aneh. Gue tau lo terluka, tapi semua ini cuma perihal waktu kalau lo bisa ikhlas nerima semuanya. Lo ngga boleh gegabah."

Ratu tidak berhenti berbicara sendiri pelan sambil berlari. Hingga akhirnya dia sampai di pintu kelas Levin dengan nafas ngos-ngosan. Mata Ratu meneliti setiap sudut kelas. Memperhatikan siswa yang masih ada di dalam sana satu persatu sambil mencari sosok Levin yang sama sekali tidak terlihat sama sekali.

"Kak. Kak..." panggil Ratu menghentikan salah satu siswa cewek di kelas Levin yang akan keluar.

"Iya. Kenapa?"

"Hm. Kakak liat kak Levin nggak?"

"Levin?"

"Iyahh Levin." Ratu mengangguk cepat tidak sabar menunggu jawaban dengan keringat yang sudah bercucuran di dahinya.

"Engga tuh. Bukannya Levin emang ngga masuk ya hari ini?"

"Ngga masuk?" Tanya Ratu kaget.

"Iya. Levin ngga ada dari jam pelajaran pertama. Tadi guru juga pada nyariin sih. Soalnya dia sering bolos."

"Tuh kan."

Ratu menghembuskan nafas kecewa. Dia sudah menebak. Pasti ada yang tidak beres dengan cowok itu.

"Yaudah deh kak. Makasih ya kalo gitu."

Ratu AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang