RATU AURORA | 12

12.4K 1.3K 1.4K
                                    

Hai hai hai sudah sangat lama sekali ya besti.

Kalian apa kabar?

Sebelumnya selamat tahun baru 2023 ya. Semoga tahun ini akan jadi tahun yang lebih baik lagi untuk kita semua. Aamiin.

Masih ada yang nungguin cerita ini update kah?

Absen hadir coba yang nungguin.

Spam Ratu Aurora disini.

Oke. Happy Reading. Semoga suka ya🤍

Sudah sepuluh menit Ratu dan Levin terjebak di ruangan musik dengan Levin yang berbaring di paha Ratu sambil memejamkan mata menahan kesakitan. Sedari tadi, pandangan Ratu sama sekali tidak teralih dari Levin. Entah kenapa dia merasa kasihan dengan laki-laki yang padahal sudah menghancurkan masa depannya itu.

"Ngapain liatin gue mulu dari tadi?" Tanya Levin membuka mata yang sontak membuat Ratu kaget lalu mengalihkan pandangan ke sembarang arah dengan cepat.

"Gapapa," jawab Ratu singkat.

"Lo suka sama gue? Kenapa? Gue ganteng ya?" Goda Levin dengan posisi yang masih sama sambil memperhatikan wajah Ratu dari bawah.

"Gak usah geer. Gue cuma merasa bersalah. Karena gue, lo jadi terluka dan nahan kesakitan kayak gini."

"Halah ngaku aja lo. Gengsi kok di gedein. Kalo suka juga gapapa kali. Jodoh kan ngga ada yang tau." Lagi-lagi Levin sengaja menggoda Ratu kala melihat pipi gadis itu memerah.

"Apaan sih. Nggak usah geer tolong. Nggak ada yang suka sama lo. Please sadar diri! Lo tuh ga se istimewa itu. Ga se perfect itu juga buat di sukain."

Levin terdiam sesaat sebelum menjawab. "Ya ga usah emosi juga kali. Gue juga cuma becanda."

Ratu menatap Levin yang juga menatapnya dari bawah.

"Levin. Mending lo duduk dulu deh sebentar. Gue mau liat seberapa parah luka lo." Ratu mencoba menyuruh Levin untuk bangkit tapi cowok itu malah diam dan tidak mau bergerak.

"Nggak mau. Gue lebih nyaman kayak gini."

"Sebentar aja. Gue mau liat luka lo. Gue tau daritadi lo nahan kesakitan."

"Sok tau lo. Ga tau aja lo ya kalo gue strong? Habis digebukin bokap aja gue masih bisa bawa motor ugal-ugalan di jalan raya. Habis ketabrak truk aja gue masih bisa nyampe rumah lo sambil bawa kresek bekas martabak yang udah gaada isinya. Lo gatau kalo gue punya seribu nyawa? Masa gini doang gue lemah. Gue ga se cemen itu juga Ratu Aurora Athalia."

"Ga usah becanda mulu bisa?" Ratu menatap Levin kesal.

"Galak amat. Pokoknya gue nggak mau. Lagian lebih nyaman kayak gini tau. Ini udah cukup buat mengurangi rasa sakit gue Tu. Tidur di pangkuan lo jadi ngingetin gue sama kenangan semasa gue kecil."

"Gue jadi keingat Mamah. Gue kangen tidur di pangkuan Mamah. Dan sekarang, semuanya jadi sedikit terobati."

Ratu terdiam sesaat menatap Levin sebelum kembali membuka suara. "Tapi lo yakin bisa nahan sakit di punggung lo sampe kita keluar dari sini?"

Levin tersenyum tidak seperti biasanya lalu meraih tangan Ratu untuk dia genggam erat.

"Bisa. Asal lo jangan lepasin tangan gue dan jangan tinggalin gue disini sendiri. Dengan begitu, gue bisa menahan apapun, termasuk rasa sakit," ucap Levin kemudian kembali memejamkan mata.

"Levin," panggil Ratu kaget.

Levin kembali membuka mata. "Kenapa?"

"Tangan lo dingin. Lo nggak baik-baik aja. Sekarang kita harus gimana?"

Ratu AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang