19

10.3K 502 2
                                    

***

Sejak kepulangan alvin beberapa jam lalu, jasmine masih setia duduk bersandar di kasurnya.

Matanya menatap perutnya yang memang sedikit membuncit. Tetapi jasmine tidak berfikir jika dirinya sedang hamil, jasmine berfikir mungkin perutnya sedikit membuncit itu karna kebanyakan makan. Karna ahir-ahir ini jasmine memang selalu makan banyak.

Jasmine menghelanafas dan turun dari kasur menuju kamar mandi. Setidaknya mandi air dingin bisa sedikit meredakan rasa pusing dan keresahannya.

***

Sedangkan di sisi lain...

Revan membantai habis-habisan musuh-musuhnya. Tidak ada satupun musuh yang di biarkan hidup olehnya.

Termasuk para tahanannya di bawah tanah. Dengan kejam recan menguliti mereka dan menjadikan bebera menjadi samsak untuk di pukuli sepuasnya.

Penampilan lelaki itu yang dulunya selalu rapi dan terlihat tampan, kini berpenampilan seperti preman pasar.

Kemeja kusut, bulu-bulu tipis menghiasi rahang, dagu dan atas bibirnya. Rambutnya yang mulai memanjang, bahkan semua pekerjaan dan urusan lainnya kini selalu di kerjakan cepat.

Seperti saat ini, revan masih berkutat di dalam ruangan kerjanya. Semua pekerja di kantor sudah bubar sejak beberapa jam lalu tetapi lelaki otu masih saja memandangi kertas dan laptop di depannya.

Saat tak sengaja menekan tombol, laptop langsung menampilkan gambar foto pernikahannya dengan jasmine.

Ketikannya di keyboard terhenti, matanya langsung mematap kosong pada gambaran dirinya dan jasmine saat menikah waktu itu, walaupun singkat dan sederhana, tetapi jasmine terlihat sangat bahagia.

Gadis itu tersenyum sangat manis, berbanding terbalik dengannya, ekspresinya tidak menunjukan apapun, bahagia tidak, namun tidak bahagia juga tidak.

Jika saja revan bisa menghentikan waktu, revan ingin kembali ke masa lalu dan memperbaiki semua kesalahannya lalu bertemu dengan jasmine dan menikahi gadis itu dengan perasaan bahagia dan cinta.

Tetapi, lagi dan lagi, revan hanya bisa menghela nafas, semua anak buahnya tidak bisa melacak keberadaan jasmine ataupun tanda-tanda kemana gadis itu pergi.

Tak ingin larut dengan gadis bernama jasmine. Revan langsung membereskan mejanya dan pulang. Jam sudah menunjukan pukul tengah malam.

Ditambah lagi, revan harus mengurus pernikahannya dengan tasya. Ya, mau tak mau revan harus menikahi tasya. Bagaimana pun penerusnya ada di dalam tubuh tasya.

Mungkin jika revan menemukan jasmine, revan akan lansung menceraikan tasya dan memgambil seluruh hak asuh anaknya dan menikahi jasmine.

***

Keesokan harinya...

Semua urusan dekor dan lainnya sudah di urus oleh alex dan yang lainnya. Revan dan tasya hanya menerima beres.

Hari yang di tunggu-tunggu tasya pun ahirnya tiba.

Hari dimana ia bisa menguasai semuanya. Termasuk revan.

Dan tasya pastikan jika pembalasan dendamnya akan segera terwujud. Di tambah penghalang yang selalu menghalangi jalannya sudah hilang, hal itu semakin mempermudak semuanya.

Tasya memakai gaun yang sangat cantik dan mewah, sedangkan revan memakai jas lengkap dasi dan tatanan rambut yang rapih, walaupun rambutnya sedikit memanjang.

Tasya tersenyum lebar dan menyalami satu-persatu tamu yang datang, begitu juga dengan revan.

Revan sengaja mengundang beberapa anggoda rekan bisnisnya dan mengijinkan wartawan mengexpose acara pernikahannya.

"Sayang, aku laper, kita pulang aja yu, tamu nya juga udah pada pulang" bisik tasya sedikit merengek.

Dalam hati revan mengumpat, kelakuan tasya ntah kenapa terlihat sangat menjijikan. Jika bukan karna anaknya, revan juga tidak akan sudi menikahi tasya dan akan lebih memilih mencari keberadaan jasmine.

"Hm"

Revan langsung berjalan menggamdeng tasya ke luar gedung dan masuk kedalam mobil.

Lagi pula dirinya juga lelah karna terus bekerja dan berdiri seharian menyalami para tamu.

Apalagi, tasya selalu berbuat ulah agar mendapat perhatian dari para tamu dan wartawan. Dan hal itu semakkin membuat mood nya ancur.

***

Sampai di rumah, revan langsung masuk ke kamarnya di lantai tiga tanpa memperdulikan tasya yang kesulitan berjalan saat menaiki tangga.

Masa bodo dengan tasya. Ada alex ini. Itu yang di pikirkan revan saat masuk kedalam kamarnya.

***

Jasmine duduk di depan tv dengan memeluk kedua lututnya.

Matanya menatap kosong siaran live pernikahan revan dan tasya, tak terasa air matanya menetes dengan deras, walaupun tidak terisak, tetapi rasa sakitnya semakin dalam.

Bagaimana jika revan tahu, jika jasmine benar-benar hamil, apakah lelaki itu akan mencarinya untuk melenyapkan bayi ini? Ataukan juga akan melenyapkannya seperti waktu itu?

"Jasmine. Kau baik-baik saja?"

Jasmine tersentak kaget saat sebuah usapan dan suara ada di dekatnya.

"Ya, aku baik-baik saja"

"Kau menangis?"

Jasmine langsung menyentuh pipinya yang terasa basah. Benarkah dirinya menangis sejak tadi?

"Ahh, tidak ini hanya kelilipan" ujar jasmine tertawa kaku dan menghapus air matanya dengan tisu yang di berikan alvin padanya.

"Kau yakin baik-baik saja, jasmine. Wajah mu lebih pucat dari kemarin"

"Ya, aku baik-baik saja. Kau tak perlu hawatir"

"Kau sudah makan?"

"Ya, tapi keluar lagi" jawab jasmind menunduk, bahkan rasa mualnya masih terasa.

"Aku membawakan bubur untukmu, tadi aku memasak aga banyak dan membawanya kesini" alvin berjalan kearah dapur dan menata makanan yang ia bawa di atas meja.

"Terimakasih, padahal kau tak perlu repot-repot seperti ini" jasmine merasa tak enak karna alvin selalu membawakannya makanan dan lainnya.

"Tak apa, bukankah kita keluarga, ya walaupun sempat terpisah" alvin terkekeh pelan dan menuangkan air putih kedalam gelas. "Kenapa masih berdiri di sana, kemari dan kita sarapan bersama"

Jasmine pun mau tak mau mendekat dan duduk berhadapan dengan alvin.

'Jika saja alvin itu revan, mungkin aku akan merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia'

Jasmine dan alvin sarapan dengan tenang, sesekali alvin menanyakan seputar kehamilan jasmine.

"Jadi, suamimu, ohh maaf maksudku mantan suamimu tidak tahu jika kau hamil?" Tanyanya sambil menyuapkan sesendok bubur kedalam mulutnya.

Jasmine mengangguk dan hanya mengaduk makanannya, apapun yang ia makan terasa sedikit mual, dan itu sedikit mengganggunya.

"Aku rasa kau perlu memberitahu mantan suamimu itu agar dia bertanggung jawab"

Jika saja alvin tahu cerita sesungguhnya tentang mantan suami jasmine. Mungkin alvin tidak akan mau membahas hal itu lagi.

"Tidak, dia juga sudah menikah dengan kekasihnya, dan aku tidak ingin berurusan dengannya lagi"

Dengan mood yang ancur, jasmine memakan buburnya tanpa peduli rasa mualnya, setidaknya jasmine bisa menghabiskan semangkuk bubur tanpa ada yang tersisa sedikitpun.

"Tenang saja, jangan hawatirkan apapun karna aku akan membantumu mengurusnya. Dia juga keponakanku kan, dan aku adalah pamannya"

Ucapan alvin berhasil membuat jasmine terharu, "terimakasih"

***

The Love Struggle Of The Mafia [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang