20

11.6K 526 2
                                    

***

Revan berjalan keluar dari dalam lift di ikuti alex di belakangnya. Revan baru saja selesai meeting dan menuju keruang kerjanya.

Sekertarisnya langsung berdiri dan memberi hormat saat revan dan alex melewatinya dan kembali duduk saat revan dan alex sudah masuk kedalam ruangan kerja revan.

Revan mendudukan dirinya di sofa, dan tentu hal itu juga diikuti oleh alex yang duduk di kursi singgle yang tak jauh dari revan.

"Bagaimana? Kau sudah tahu siapa tasya sebenarnya" tanya alex tanpa embel-embel tuan atau bos.

Revan langsung menatap alex dengan menyipitkan matanya, curiga jika alex mengetahui sesuatu yang tidak ia ketahui.

"Kenapa? Kau tahu apa saja tentang tasya?"

Revan bisa melihat jelas jika ada seringaian di bibir alex.

Ini yang alex tunggu-tunggu. Revan menanyakannya sendiri dan alex akan mengatakan semuanya, dari siapa tasya sebenarnya lalu berlanjut pada detik ini.

Revan yang mendengar semua penjelasan dan bukti-bukti dari alex langsung menggebrak meja dan menunjuk alex dengan amarah yang meledak-ledak.

"Kenapa kau baru memberi tahuku sekarang, bukankah aku sudah mengatakan jika kau harus melaporkan semuanya padaku!" Revan mengusap wajahnya kasar, merasa sangat kesal dengan adik angkatnya itu.

Ya, revan mengangkat alex sebagai adiknya di saat alex berumur enam tahun. Dan sampai saat ini lelaki itu menolak untuk menjalankan bisnis seperti dirinya, dan bahkan seperti asik dengan dunia psichonya.

Alex semakin menyeringai, "aku hanya penasaran saja dengan tasya. Sepertinya dia mainan yang sangat menyenangkan"

Ahhh.. revan mendesah pelan, ternyata ini yang menjadi incarannya selama ini. Pantas saja alex merahasiakan hal itu darinya, ternyata alex ingin menjadikan tasya sebagai targetnya selanjutnya.

"Terserah, ambil saja dan sayangilah mainanmu itu"

***

Jasmine menyemprot bunga-bunganya dengan tatapan kosong.

Jasmine tidak pernag sedikitpun kenyalahkan bayi yang ada di dalam perutnya. Tetapi jasmine merasa takdir selalu mempermainkannya dengan berbagai macam ujian.

"Kapan rasa sakit ini berahir?"

Tring!

"Jasmine!"
Teriakan menggelegar dari alvin berhasil membawa kesadaran jasmine kembali.

Jasmine menatap alvin dengan bingung. "Ada apa?" Tanyanya saat alvin tiba-tiba memeluknya dengan erat.

"Kau tahu aku sangat bahagia jasmine" pekiknya dengan melepas pelukannya.

"Aku tahu. Aku melihat kau secerah mentari hari ini"

"Kau ingat dengan harris?"

"Ya, waktu itu kau pernah kengajaknya ke sini"

"Dia menerima cintaku!" Pekiknya lagi membuat jasmine mengerjapkan matanya.

"Maksudmu--- ohh jangan katakan kau menyukai sesama jenis?" Dan jasmine langsung menepuk dahinya saat mendapat anggukan dari alvin.

'Astaga, kenapa aku memiliki teman seperti ini?'

"Kau harus nya senang, kau tahu, peluang sakit dalam hubungan sesama itu lebih sedikit dari pada hubungan lawan jenis" ujar alvin sedikit ambigu, namun jasmine mengerti artinya.

"Apa kau,,, maaf, seperti ini karna seorang gadis?"

Alvin mengangguk pelan dan mengerucutkan bibirnya. "Ya, dia berselingkuh tepat di apartemenku. Kau tahu, aku langsung menendang mereka dari apartemenku dan aku memilih menjual apartemen itu dan membeli rumah. Aku sangat kecewa hingga aku mati rasa. Lalu aku bertemu dengan harris. Dari sana aku mulai menyukainya"

"Begitu" ujar jasmine pelan.

Bahkan rasa sakitnya dan alvin tidak jauh berbeda.

***

Revan pulang ke rumahnya dan langsung membereskan pakaiannya, hari ini juga revan harus ke london untuk mengambil alih perusahaannya yang di pimpin oleh reno.

Setidaknya, revan bisa mengalihkan jasmine dari pikirannya selama di london, dan untuk di sini, revan meminta alex untuk mengambil alih dan menyerahkan seluruh hak tasya pada alex.

Terserah alex akan melakukan apa pada penipu seperti tasya.

Tetapi sebelum benar-benar pergi, revan meminta alex untuk meminta tasya menandatangani surat cerainya.

Setelah memasukan semua barangnya pada koper. Revan menutup kopernya dan meminta edward untuk membawakan koper-kopernya kedam mobil.

Revam memakai jasnya dan kacamata hitamnya, lalu turun kelantai bawah dan masuk kedalam mobilnya.

Tepat saat mobil revan keluar mobil yang di tumpangi tasya masuk. Dan beruntungnya tasya tidak menyadari jika itu mobil revan karna biasanya revan akan memakai mobil hitamnya bukan mobil berwarna merah.

'Mungkin itu temannya revan' itu yang tasya pikirkan.

Saat memasuki rumah, tasya meminta pelayan untuk membawa barang-barangnya ke kamarnya.

Saat melewati ruang tengah, tasya melihat alex duduk di di sofa panjang dengan lengan terlipat di depan dada, menatap tasya dengan seringaian mengerikan.

"Kenapa kau ada di sini?" Tanya tasya dengan sikap so bossi.

"Kenapa?, ini juga rumahku" jawab alex semakin menyeringai.

Tasy merasa ada yang salah di rumah itu. Perasaannya mulai tak enak saat alex berjalan mendekatinya.

"Kau takut?" Bisik alex tepat lima langkah di hadapan tasya.

"Aku akan melaporkanmu pada revan jika kau macam-macam!" Teriak tasya menunjuk alex.

"Silahkan saja, kaka tersayangku itu juga tidak akan mempercayaimu" alex menunjukan layar ponselnya pada tasya, membuat tasya membelalakan matanya.

Alex menunjukan surat cerai tasya dan revan yang sudah di tandatangani oleh kedua belah pihak.

Tasya membelalakan matanya, tak percaya dengan apa yang alex tunjukan padanya.

"Revan ada di luar negri, dan kita akan bersenang-senang di sini"

AHHHHHH!

***

The Love Struggle Of The Mafia [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang