22

11.7K 531 3
                                    

***

Jasmine yang biasa bangun pagi-pagi kini terbangun karna suara tangisan putranya yang begitu keras.

Jasmine menoleh ke arah revan yang masih pulas dalam tidurnya.

Dengan gerakan terburu-buru jasmine memakai kemeja revan yang menutupi seluruh tubuh nya hingga atas pahanya.

"Sebentar sayang!" Ujar jasmine membuka pintu dan melihat putranya yang memukul-mukul pintu dengan kepalan lengan kecilnya.

Wajah tampannya penuh dengan air mata, kini lengan mungil itu terangkat ke atas, meminta di gendong.

"Uhh, berat, kenapa nangis hmm, cariin mama ya?" Hibur jasmine sambil mengelap pipi varen yang basah dan mendudukan varen di kursi meja makan.

Bocah itu tidak menjawab, mungkin masih kesal karna terbangun dan tidak menemukan ibunya di kamar. Varen terbiasa tidur dan bangun dengan jasmine di sampingnya.

"Varen mau roti?" Jasmine mengangkat roti tawar yang ia ambil dari kulkas dengan selai nuttela.

Varen mengangguk dan menunjuk dada jasmine, "mama mimi"

Jasmine tersenyum dan langsung membuatkan susu hangat untuk varen.

Saat sedang memotong buah apel varen terus memanggilnya. Jasmine kira varen sangat lapar hingga serewel itu.

"Mama"

"Iya sayang, sebentar" dengan buru-buru jasmine menaruh potongan buah apel di samping roti yang sudah di tambahkan selai.

"Mama, dia siapa?"

Jasmine langsung menengok ke belakang dan menemukan revan yang sudah bangun dengan rambut yang acak-acakan dan bertelanjang dada, hanya mengenakan celana jeans nya. Duduk tepat di samping varen yang kini menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ini milikmu sayang" jasmine mencoba mengalihlan perhatian varen pada roti, susu dan buah.

"Huaaaa mama" tangisan varen langsung pecah dan jasmine langsung menggendong dan membawanya sedikit menjauh dari revan yang kini menatapnya.

"Kau bisa mandi lebih dulu" ujar jasmine tanpa mengeluarkan suara.

Revan yang mengerti langsung bangkit dan kembali memasuki kamar.

Setelah beberapa menit, varen berhenti menangis dan hanya terdengar isakan kecil.

"Varen"

Jasmine kembali mendudukan varen di kursinya dan membuat varen menatap jasmine dengan mata bulat hitamnya.

"Sayang, varen bilang ingin memiliki papa kan?"

Varen mengangguk dengan lengan yang menghapus air mata di pipinya.

"Nah paman yang tadi itu, papa nya varen. Varen seneng ga punya papa?"

Varen mengangguk lagi dan diam-diam menatap pintu yang masih tertutup.

"Sekarang, varen makan sarapannya ya, terus mandi"

Varen pun mulai mengambil rotinya tetapi dengan mata yang kasih menatap pintu tempat revan masuk tadi.

Tak lama pintu itu terbuka dan menampilkan revan yang sudah segar dan tetap dengan celana jeans nya tanpa kemeja. Karna kemejanya di pakai jasmine.

Salahkan saja revan yang merobek baju jasmine hingga mau tak mau jasmine memakai baju yang ada di dekatnya.

"Morning" sapa revan mencoba ramah.

"Morning" cicit varen menunduk, menatap roti di tangannya.

Jasmine sengaja menaruh piring untuk revan di dekat piring varen dan dirinya duduk berhadapan dengan kedua lelaki beda usia itu.

Varen menatap jasmine dan mendapat anggukan kecil.

Mata bulat itu menatap revan dan menyodorkan rotinya, "mau roti"

***

Jasmine kira revan akan pergi setelah sarapan, tetapi jasmine salah.

Lelaki itu justru meminta orang-orangnya untuk membereskan barang-barangnya dan barang varen.

"Tunggu, van aku tidak ingin pergi kemanapun, dan kau tidak bisa bersikap seenaknya. Apalagi menitipkan putraku pada orang lain"

Revan mendengus. Selama empat tahun tidak bertemu, sikap keras kepala jasmine tidak pernah hilang sedikitpun.

"Kita tinggal bersama. Dan varen bukan hanya putramu tetapi putra kita"

Revan langsung menarik lengan jasmine ke luar dari apartemen dan masuk kedalam mobil.

"Dimana varen?" Mau tak mau jasmine duduk di samping revan di kursi belakang.

"Bersama alex. Tenang saja putra kita aman"

***


The Love Struggle Of The Mafia [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang