***
Sudah satu minggu sejak kejadian waktu itu, hingga kini jasmine belum sadarkan diri.
Varen yang terus menerus menangisi ibunya kini demam tinggi dan dirawat di rumah sakit yang sama, varen di tempatkam di ruang husus rawat anak.
Revan juga meminta lea dan thea yang merawat varen selama jasmine belum pulih.
Kini revan berada di dalam mobil, memuju rumah tempat dimana seseorang yanh sengaja untuk mencelakai anak dan istrinya.
Sebenarnya, varen lah yang menjadi tujuan orang itu, tetapi karna jasmine mendorong varen hingga bocah itu terjatuh kedalam selokan, jadilah jasmine yang tertabrak.
Orang itu mengincar varen karna dia tahu jika suatu saat nanti, varenlah yang akan menggantikan posisinya juga membalas dendam pada revan yang dulu membantai habis clan mafia nya beserta keluarganya.
Revan tidak tahu jika orang itu masihlah hidup dan berniat berbalas dendam padanya.
Inilah resiko menjadi seorang mafia, bukan hanya perusahaan nya saja yang menjadi incaran musuh, tetapi orang terdekatnya beserta keluarganya juga menjadi incaran musuh.
Mobil mewah berwarna hitam mengkilap itu langsung memasuki area halaman rumah dan berhenti tepat di depan pintu utama rumah itu.
Revan tidak ingin berbasa basi lagi hingga langsung menendang pintu itu hingga terbuka dan langsung masuk tanpa permisi.
Mengingat laporan yang alex berikan padanya, membuat darahnya semakin mendidih. Nafsunya yang ingin menghajar orang itu semakin melambung tinggi.
Revan menemukan orang itu duduk santai di ruang tengah dengan kaki saling bertumpu. Revan langsung berlari ke arah orang itu dan langsung memberikan bogeman tepat pada rahang hingga membuatnya langsung terguling ke lantai.
Lelaki itu terkekeh pelan, mengusap rahangnya yang terasa kaku lalu bangkit dan menatap revan dengan tagapan meremeh dan seringai licik.
Tak ingin memberikannya peluang untuk membalas. Dengan membabi buta revan memukuli lelaki itu hingga wajahnya berlumuran darah.
"Kezio, ingat hal ini, yang mungkin akan menjadi hal terahir untuk mu." Desis revan yang kemudian melepaskan timah panas tepat pada jantung kezio yang sudah terkapar tak bernyawa.
***
Didalam perjalanan menuju rumah sakit, revan mendapat kabar dari salah satu anak buahnya jika jasmine sudah sadar.
Revan langsung bergegas menuju ruangan istrinya dan menemukan istrinya yang sedang memangku varen yang tertidur.
Jasmine menyadari adanya yang masuk, dan ternyata itu adalah revan, suaminya, jasmine tersenyum dan menyapa, seolah tidak terjadi apapun padanya. "Hy"
Revan bernafas lega masih dapat melihat dan mendengar suara istrinya baik-baik saja.
Langkahnya mendekat dan langsung memeluk jasmine perlahan, tak ingin membuat putranya terbangun.
"Varen demam?" Jasmine mendongak menatap revan yang juga menatapnya.
"Ya, varen terus mencarimu dan tak berhenti menangis, jadi demam" lengan besarnya mengecek panas di kening varen. "Panasnya sudah menurun"
"Maaf, aku jadi merepotkan mu"
Revan tak suka dengan apa yang jasmine katakan. "Apa maksudmu, justru aku ingin kau terus bergantung padaku, terus bersandar padaku, aku tidak membutuhkan ucapan itu, aku hanya membutuhkanmu tetap di sampingku"
***
Setelah dua minggu berada di rumah sakit, kini jasmine baru di perbolehkan pulang, tentu dengan revan sendiri yang menyetir dan dirinya duduk tepat di samping pria itu, beserta varen yang duduk anteng di pangkuannya.
"Mama, mau itu" tunjuk varen pada sebuah toko mainan.
Revan yang mendengar langsung menghentikan mobilnya di pinggir dan mengajak varen ke dalam toko itu.
Jasmine menggelengkan kepalanya. Sudah sering jasmine memberitahu revan jika semua keinginan varen tak harus di turuti.
Jasmine memilih turun dan mengikuti saja dari belakang. Lagipula jika di larang revan pasti akan semakin menjadi dan mungkin bisa saja langsung membeli beserta toko toko nya.
Jasmine melihat revan menurunkan varen dari gendongannya dan membuat bocah itu mengambil apa yang menarik perhatiannya.
Hanya sebuah robot berukuran besar yang di ambil varen. Beruntung saja saat di tawari ini itu oleh revan varen menggeleng.
***
Setelah dari toko mainan, revan mengajak jasmine untuk makan di lestoran. Padahal sebelum pulang dari rumah sakit tadi, mereka selesai sarapan dan kini lelaki itu kembali merengek lapar.
"Kau tidak mau makan?" Tanya revan pada jasmine setelah memesan apa yang diinginkannya.
Jasmine menggeleng, "aku masih kenyang"
"Valen mau esklim" bocah yang sejak tadi diam asik memainkan mainan barunya kini bersuara.
"Varen kan baru sembuh, tidak boleh makan yang dingin-dingin dulu. Nanti kalo udah sembuh bener varen boleh makan eskrim" jasmine memberi pelototan pada revan, memberi isyarat agar lelaki itu tak terus mengabulkan permintaan varen.
Varen pun mengangguk, jasmine memang selalu mengajarkan agar varen tak memaksa sesuatu yang dilarang jasmine. Tetapi beda lagi jika varen memintanya langsung pada revan.
Setelah menunggu beberapa menit, pesanan revan pun datang dan lelaki itu langsung memakan nya.
Revan meminum airnya hingga tanfas setelah itu baru mereka benar-benar pulang ke rumah.
Sejak jasmine dinyatakan benar-benar sembuh, revan menjadi semakin banyak maunya.
***
Jasmine keluar dari kamar varen, barus saja varen tertidur setelah jasmine membujuknya.
Jasmine tersentak kaget saat baru saja menutup pintu lengan seseorang langsung menariknya ke arah kamar.
"Aku merindukanmu"
Jasmine memutar bola matanya malas. Kini tubuhnya terkurunt antara tembok dan tubuh besar revan. Lelaki itu bahkan sudah sibuk menggigit leher jasmine hingga meninggalkan jejak kemerahan.
"Enghhh" jasmine melenguh saat lengan nakal revan meremas dadanya.
"Ayo kita buat adik untuk varen"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Struggle Of The Mafia [TAMAT]
Acak[JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA] [WARNING!!! DIDALAM CERITA INI TERDAPAT UNSUR DEWASA, KEKERASAN DAN LAINNYA!! MOHON UNTUK BIJAK DALAM MEMBACA!!!] Jasmine Tyara Zura, gadis cantik, lugu dan tanggguh harus menerima nasib malang karna har...