Memulai hari di kehidupannya yang baru, Sunoo tampak sedang menyirami tanaman yang berjejer di teras bakery shop milik Heeseung. Ia bersiul menyenandungkan sebuah nada, untuk menghibur dirinya sendiri. Toko sudah buka tapi belum ada pelanggan, mungkin karena masih pagi.
Inilah kehidupan barunya. Heeseung membawanya tinggal di Jeju. Mempekerjakannya sebagai kasir di bakery shop yang baru pria itu bangun. Bangunannya memang kecil mungil, tapi cukup ramai pelanggan sebab desainnya yang minimalis aesthetic. Tempat yang sempurna bagi Sunoo untuk bersembunyi.
"Sunoo, jangan memaksakan diri. Kalau lelah istirahat saja," tegur Heeseung dari dalam, yang terdengar semakin keras di setiap kata.
Sunoo lantas menoleh. Menyungging senyum secerah matahari terbit untuk menyambut kedatangan Heeseung yang masih mengenakan apron di tubuhnya.
"Aku masih kuat kok, Kak. Hanya duduk-duduk saja membuatku bosan."
Heeseung tersenyum sambil mengusak rambut yang lebih muda. "Aku hanya tidak ingin kandunganmu kenapa-kenapa."
"Hehe, jangan khawatir Kak, aku kuat kok."
Mereka saling berbagi tawa bersama. Terlihat begitu menyejukkan hati. Hubungan mereka seperti kakak adik kandung.
Padahal mereka baru kenal saat Sowon menikah. Benar, Heeseung adalah adik dari suami Sowon. Itulah mengapa Sunoo dijemput langsung ke rumah untuk dibawa pergi ke Jeju.
Sowon yang memintanya. Yeji juga memperingatkannya supaya Sowon membantu Sunoo untuk pergi sejauh-jauhnya dari Niki. Dia juga diminta tutup mulut dari Niki. Sowon tak bisa melakukan apapun selain mempercayakan adiknya pada adik iparnya.
Heeseung memang pria alpha, tapi Sowon tau betul pria itu bukan alpha brengsek. Setidaknya dia bisa dipercaya untuk melindungi Sunoo sampai bayinya lahir.
Sunoo menjalani rutinitas harian di tempat tinggal barunya dengan perasaan riang penuh semangat seperti biasanya. Tak sekalipun dia menunjukkan ekspresi mendung di wajahnya baik saat sedang sendiri atau bersama Heeseung. Positif, segalanya akan baik-baik saja.
"Kau ingin sesuatu, Sunoo? Akan kubelikan apapun yang kau inginkan. Ayo bilang saja."
Sunoo yang sedang beberes setelah menutup toko, hanya terkekeh membalas ucapan Heeseung.
"Aku serius ini, ayo bilang. Apa sih istilahnya? Hmm, ngidam. Nah, kau ngidam apa sekarang?"
Sunoo refleks mengelus perutnya yang sudah mencembung sedikit sambil menghampiri Heeseung yang duduk di salah satu bangku. Pria itu tampaknya baru selesai dengan hitung-hitungan keuntungan penjualan hari ini.
"Kakak mau belikan aku?"
Heeseung mengangguk cepat. "Hari ini untungnya lumayan. Kalau kau ngidam daging sapi pun akan aku belikan malam ini juga."
Pipi Sunoo bersemu merah. Heeseung memang orang yang baik. Dia agak sedikit kurang enak hati karena Heeseung harus mengurus dan menanggung segala kebutuhannya. Terlebih bukan hanya Sunoo saja, tapi juga Niki kecil yang sedang tumbuh di dalam perutnya.
Niki...
Harusnya Niki yang ada di sisinya sekarang.
Sempat luntur selama beberapa detik, senyum cerahnya kembali mengembang ketika menatap Heeseung.
"Kak.."
"Hm? Mau apa?"
"Mau konjac jelly."
"Hah? O-oke, aku cari nanti."
"Yang rasa mangga ya."
Jujur, Sunoo rindu dengan alpha kecilnya.
***
"Aku sudah bilang, aku tidak tau sama sekali dia dimana, Niki," kata Sowon dengan nada amat frustasi.
Wanita itu lelah Niki selalu datang ke rumahnya, meminta penjelasan dimana Sunoo sekarang.
"Aku yakin tante pasti tau. Ini semua pasti rencana ibuku kan?"
"Kalau memang ini rencana ibumu, harusnya kau tanya ibumu saja. Kenapa tanya aku?"
"Aku yakin ibu pasti juga melibatkan tante dalam urusan ini."
Sowon menghela napas. Memijit keningnya yang mulai panas.
"Kenapa kau sebegitunya ingin bertemu Sunoo, huh?"
"Tentu saja karena dia soulmate ku," jawab Niki dengan serius.
"Ya, oke, dia memang soulmate mu. Tapi apa kau bisa membahagiakannya? Kau tau sendiri keluargamu tidak menyukai omega. Sunoo adalah omega. Dia soulmate mu tapi tidak bisa kau nikahi, lalu apa gunanya? Kau hanya ingin bermain-main dengannya kan?"
Niki menggebrak meja di tengah-tengah mereka. Sekarang dia bisa melakukannya karena tidak ada bayi di sekeliling mereka.
"Kau tidak tau apa-apa, jadi jangan asal mengambil kesimpulan."
Sowon menghela napas. "Aku tidak tau di mana dia. Kalaupun tau aku juga tidak akan memberitahumu. Carilah sendiri."
Wanita itu beringsut pergi. Namun langkahnya langsung terhenti saat Niki mengatakan sesuatu yang sedikit mengejutkan.
"Sunoo hamil kan?"
Sowon masih bergeming di posisinya sekarang.
"Sunoo hamil anakku, dan sekarang kalian memisahkan kami berdua. Menurutmu aku hanya bermain-main dengannya? Menurutmu aku akan membuangnya begitu saja setelah tau dia hamil?"
Niki mengacak rambutnya frustasi.
"Kau ternyata sama saja dengan ibu. Aku tidak mengerti kenapa kalian begitu ingin memisahkan kami berdua. Oke, aku akan mencari dia sendiri. Akan kubawa dia pulang."
Niki lantas beranjak pergi dari rumah kakak Sunoo itu. Tubuhnya rasanya terbakar oleh amarah dan ambisi. Dia akan buktikan pada ibu dan Sowon kalau dia bisa menemukan Sunoo dengan caranya sendiri. Setelah ketemu, fuck tradisi aneh keluarganya, Niki akan langsung meresmikan hubungan mereka dalam ikatan pernikahan.
Meski itu harus mengorbankan segalanya, Niki tak peduli.
***
Di kamar, sendirian, Sunoo duduk bersandar pada kepala ranjang sambil mengamati sebungkus konjac jelly rasa mangga di tangannya. Tidak ada yang spesial dari jelly itu. Heeseung membelikan 10 biji untuknya.
Dengan pencahayaan sedikit remang di kamarnya, Sunoo terisak lemah masih sambil melihat konjac jelly yang belum dia buka.
Dia hanya sedang teringat kembali dengan kenangannya bersama Niki dulu.
Bibirnya menyungging senyum tipis ketika ingat bocah SD kelas 6 itu rela-rela saja diberi konjac jelly dengan rasa paling hambar karena keusilan Sunoo.
Usil yang berujung baper.
"Yang anggur buat Kak Sunoo saja. Yang mangga biar aku habiskan. Aku tidak kuat makan yang manis-manis apalagi kalau sambil melihat Kakak. Diabetes nanti."
Sunoo tertawa kecil. Anak itu, kecil-kecil sudah jago menggombal.
Sunoo pun menyeka air mata di wajahnya. Kemudian dia membuka tutup konjac jelly nya, lalu memakannya.
Rasanya hambar.
Sehambar hari-harinya tanpa Niki.
Tbc