my little alpha - 5

4.8K 777 209
                                    

Jadi orang gampang baper tuh merepotkan juga ya ternyata, itulah yang sedang dialami Sunoo saat ini.

Dia masih terus terbayang-bayang dengan yang terjadi saat dia datang ke acara ulangtahun Taki. Bukan memikirkan Taki, melainkan si bocah SD berambut kuning pucat yang kebetulan sekali adalah kerabat dari Taki.

Masih Sunoo ingat bagaimana bocah itu merangkul bahunya yang selebar papan tulis dengan lengannya yang masih kurus tanpa massa otot. Padahal Niki saat itu hanya memakai kaos lengan panjang saja karena mantelnya diberikan pada Sunoo. Tapi bagi Sunoo, dirangkul begitu saja sudah bikin nyaman, bikin Sunoo makin baper. Bahkan bersandar di bahunya yang sempit saja terasa nyaman. Nagih, Sunoo pingin lagi dirangkul dan senderan pada bocah itu.

Dan di hari sabtu saat pertemuan kedua untuk les Niki, Sunoo sudah antusias menunggu bocah itu bahkan dia sampai rajin bersih-bersih dan berdandan rapi. Membuat Sowon mengerutkan dahinya, terheran-heran melihat kelakuan sang adik yang tiba-tiba jadi menyejukkan begini.

FYI, Sowon libur kerja di hari sabtu.

"Tumben klimis begitu, biasanya kalau di rumah dandannya kumal sangat seperti gembel."

Sunoo yang sedang styling rambutnya dengan catokan sambil bercermin di meja riasnya di kamar, langsung melirik kakaknya dengan tatapan kemusuhan. Enak saja dia dikatain kumal dan gembel. Padahal kalaupun sedang tidak ada Niki, Sunoo tuh memakai baju rumahan yang gemes-gemes, ditambah poninya diikat gaya apel dan bau tubuhnya tetap wangi dengan cologne bayi favoritnya. Masa kayak gitu dikatain gembel? Emang kakaknya saja yang laknat.

"Kalau mau dugem sana pergi, engga usah pake acara nyari ribut segala," sewot Sunoo yang kembali menghadap cermin, menyelesaikan kegiatan hair styling nya.

"Ih baperan," ejek Sowon sebelum dia melenggang dengan santainya untuk keluar dari rumah.

"Bisa-bisanya aku punya kakak kayak dia," gumam Sunoo sambil mendengus sebal. Dia hampir saja melemparkan alat catokan rambutnya saat tiba-tiba Sowon berteriak nyaring dari pintu depan.

"Sunoo-ya! Ada Niki nih!"

Sunoo buru-buru mematikan catokannya dan berlari menuju asal suara. Matanya langsung berbinar saat mendapati bocah SD berambut kuning pucat yang berdiri di hadapan kakaknya. Dia tersenyum pada bocah itu, tapi hanya dibalas dengan tatapan datar.

Sunoo sabar kok 🙂

"Kamu seriusan kelas 6 SD? Tinggi banget ya. Dulu waktu Sunoo seusia denganmu dia itu kecil sekali loh, kayak kurcaci. Aku sampai khawatir kalau adikku itu bakal sulit tumbuh padahal teman-temannya yang lain rata-rata lebih tinggi dari dia semua."

Sunoo lantas merapatkan posisi berdirinya supaya lebih dekat dengan kakaknya, hanya untuk mencubit lengan kakaknya dari belakang.

"Aw! Apa sih cubit-cubit?!"

Sunoo membalas tatapan kesal kakaknya dengan senyum yang masih terpatri di wajah.

"Kakak daripada ngomong ngelantur, mending cepat berangkat deh."

Sowon berdecak. Tapi kemudian ekspresinya kembali bersahabat saat menoleh pada Niki.

"Niki, kamu belajar yang rajin ya. Anggap aja ini rumahmu sendiri. Tante tidak bisa menemanimu sekarang, karena ada urusan penting. Kalau kakak ini macam-macam padamu, langsung saja tabok dia sampai pingsan--"

"Kakak," tegur Sunoo dengan geram dan nada yang sedikit ditekankan.

"Ya pokoknya Niki, selamat belajar. Tante pergi dulu ya, sayang. Awas kamu kalau berbuat maksiat pada anak kecil."

babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang